Mimi mulai membuka sarung tangannya.
"Kau terlihat sangat menikmatinya." Ucap Lucas menghampiri Mimi.
"Tentu saja, bukankah ini tujuanmu?" Jawab Mimi.
"Ahaha, kau memang menarik, Velvet." Ujar Lucas sambil merangkul Mimi keluar gym meninggalkan dua orang yang masih saling menatap.
***
Dalam waktu dua minggu, kesibukan Mimi hanya berkisar dengan kegiatan mengunjungi Katherine dan Leo di tempat pelatihannya, kemudian ke rumah Alice untuk mengamati perkembangannya dan kesibukan lain yang dibuat Lucas untuknya.
Kini ia sedang duduk di sofa ruang kerja Lucas dengan Lucas yang berbaring di pahanya. Lucas memintanya untuk membantu memeriksa data keuangan bisnis nya atau lebih tepatnya bisnis ilegalnya sebagai mafia.
Mimi sendiri pada awalnya berdecak kagum melihat deretan angka dalam pembukuan Lucas. Mimi mudah memahaminya karena pembukuannya sangat rapi dan ia pun belajar cepat dari Lucas.
Tangan Mimi memegang setumpuk kertas sedangkan yang lainnya mengusap kepala Lucas.
Lucas sendiri menikmati perlakuan Mimi yang memanjakannya. Dia lebih sering mengamati wajah serius Mimi daripada kertas ditangannya.
"Selesaikan tugasmu, ini mulai melelahkan bagi mataku." Ucap Mimi yang menyadari tatapan Lucas.
"Hehe, ini selalu terasa menyenangkan untuk berada di dekatmu. Tapi akhir-akhir ini kau lebih sering mengurus orang lain daripada aku." Ujar Lucas memanyunkan bibirnya.
Mendengar itu membuat Mimi menurunkan kertas di tangannya dan melihat Lucas dan tawanya pecah melihat wajah Lucas yang sok imut.
"Ahahaha.. apa-apaan wajahmu itu. Ingat umurmu, dasar orang tua." Ucap Mimi disela-sela tawanya. Lucas pun bangun dari pangkuan Mimi.
"Apa kau selalu secantik ini ketika tertawa?" Goda Lucas pada Mimi. Seketika Mimi menghentikan tawanya dan menatap datar pada Lucas.
"Kau sangat tahu cara menggodaku." Ucap Mimi sambil memajukan tubuhnya pada Lucas.
"Dan kau selalu bisa membuatku bergairah." Ujar Lucas ikut memajukan tubuhnya sehingga wajah mereka sangat dekat sekarang.
Lucas akhirnya menghilangkan jarak diantara mereka dan mencium Mimi. Mimi membalasnya.
Ia merasa setiap ciuman Lucas selalu terasa menyenangkan di bibirnya dan setiap esapan seakan mewakili perasaannya.
Kemudian Mimi mendengar seseorang membuka pintu, ia pun segera mendorong Lucas menjauhinya yang ditanggapi tatapan bertanya dari Lucas.
Tatapan itu hilang ketika Lucas menyadari bawahannya di pintu ruang kerjanya.
"Maaf mengganggumu tuan. Tapi ini mendesak." Ucap bawahan Lucas.
"Sebaiknya begitu. Jika tidak lebih baik kau bunuh diri sebelum kubunuh." Ucap Lucas tajam pada bawahannya.
Mimi bergidik mendengar nada suara Lucas, ia bahkan melihat orang itu meneguk ludahnya.
"Tuan besar meminta anda menemuinya secepatnya." Lanjut laki-laki bawahan Lucas itu.
"Ayah?" Tanya Lucas, Mimi penasaran seperti apa ayah Lucas.
Ia hanya melihat filenya tapi ia ingin tahu bagaimana di kenyataannya.
"Ya tuan." Jawab pria itu.
"Hm, baiklah kau boleh pergi." Ujar Lucas mengibaskan tangannya menyuruh bawahannya untuk pergi. Pria itu pun pergi dengan tenang.
"Ayo kita lanjutkan." Ucap Lucas tiba-tiba sudah di depan Mimi.
Mimi menahan tubuh Lucas. "Bukankah kau akan menemui ayahmu?" Tanya Mimi.
"Dia bilang secepatnya bukan sekarang." Jawab Lucas membuat Mimi memutar bola matanya.
"Jeez, Lalu kapan kau akan menemuinya?" Tanya Mimi lagi.
"Besok mungkin. Sekalian mengantarmu ke tempat Alice, aku akan menjemputmu sepulang dari sana." Ujar Lucas.
Karena memang besok adalah hari tantangannya pada Varrel dan Alice.
"Kau tidak akan menemaniku?" Tanya Mimi lagi. Lucas menatap Mimi sejenak, ada nada tak rela dari suara Mimi.
"Apa kau segitu inginnya bersamaku?" Balik Lucas bertanya.
"Hell, sudahlah. Aku mau tidur, mataku lelah memperhatikan angka dari tadi." Tukas Mimi meninggalkan Lucas.
Lucas sendiri hanya membiarkannya, dalam hati ia sedikit cemas mengenai ayahnya.
TO BE CONTINUED..
Jangan lupa vote dan comment nya ya guys..
KAMU SEDANG MEMBACA
Play With Me, Boys.
RomanceMimi tak percaya ia akan berada dalam situasi seperti ini. Sulit dipercaya memang, ia sebagai agent rahasia tak bisa melakukan apa-apa ketika berhadapan dengan dua pria ini. Dua pria berbahaya sedang berada di depannya saling menatap tajam seakan s...