"You know exactly what I want, Mr Sigrath. Bring it here in two hours and.. Come alone." Ucap pria itu kemudian memutuskan sambungan sepihak.
Lucas terdiam, pikirannya kacau memikirkan keadaan Mimi. Sean yang melihatnya pun dapat merasakan nafsu membunuh di sekitar Boss nya.
"Get everything ready in 10 minutes." Ujar Lucas memberi perintah yang langsung ditanggapi oleh Sean.
***
Lucas menyiapkan persenjataan sederhana karena jika ia diminta datang sendirian maka baku tembak adalah pilihan terakhirnya.
Ia sudah dalam perjalanan menuju tempat The Villianz. Kini, ia masih mengutak-atik notebooknya. Ia butuh persiapan rencana, jika ia tidak bisa keluar dengan selamat setidaknya Mimi dan Alicia bisa.
Disaat seperti ini, ia mendapat pemberitahuan email masuk.
Holy shit!!
***
Mimi merasa ikatan tubuhnya melonggar, seseorang mengangkat tubuhnya dan tangannya diikat menggantung.
Ia sedikit membuka matanya dibalik rambutnya yang terurai berantakan, Alicia di sampingnya dengan keadaan yang tidak lebih baik darinya.
Shit, sejak kapan The Villianz menggunakan metode menyiksa targetnya. Batin Mimi, ia sungguh tak tega melihat keadaan Alicia.
Ia berusaha tenang sambil mengawasi sekitarnya. Dari balik rambutnya, tak ada yang menyadari jika ia sudah bangun.
Mimi mencoba meraba ikatan tangan yang menggantungnya. Cih, mereka pikir bagaimana selama ini aku menjadi anggota elit jika tidak bisa melepaskan diri dari hal seperti ini. Pikirnya.
Mimi butuh sedikit memulihkan diri untuk bisa melepaskan ikatannya dalam sekali hentakan.
Secara perlahan ia mulai merenggangkan ototnya dan membiasakan dengan rasa sakit yang sudah ia terima. Suara tulang Mimi terdengar beruntun, beruntungnya tak ada orang di sekitarnya.
Ketika itu, terdengar suara berisik beberapa orang dari luar. Kemudian terlihat mobil yang familiar memasuki hangar diikuti dengan beberapa orang yang siap siaga dengan senjatanya mengarah pada si pengemudi.
Seperti yang Mimi duga, Lucas keluar dari mobilnya dengan wajah datarnya.
Sendirian? Itu sama saja dengan bunuh diri, Batin Mimi.
Lucas melihat kearahnya, ekspresinya tak terdefinisi. Mimi tak bisa mendengar percakapan mereka dengan jelas. Tapi, ia percaya pada Lucas.
***
Lucas tiba di pintu masuk bandara. Ia langsung digiring 4 mobil sekaligus hingga ke hangar besar di tengah sebuah lapangan luas.
Sekarang ia mengerti kenapa ayahnya tak bisa mengambil tindakan gegabah.
Lucas keluar dari mobilnya dengan berharap pada segala kemungkinan bahwa ia harus bisa menyelamatkan Mimi maupun Alicia.
Tepat di depannya, berdiru pria yang sama dengan yang ia temui beberapa bulan lalu bersama Mimi. Tapi perhatiannya teralihkan dengan sosok bayangan yang terikat menggantung di belakang pria itu.
Mimi! Alicia!
Lucas menahan geram, jika bukan karena itu mungkin dia sudah mengabaikan rencana yang sudah ia susun demi meledakkan kepala pria di hadapannya.
"Lepaskan mereka." Ujar Lucas tanpa basa-basi, emosi nya sudah di ujung tanduk.
"Berikan aku barangnya terlebih dahulu." Balas pria itu dengan memberi tanda pada bawahannya yang segera mengarahkan senapannya pada Mimi.
"Don't try to piss me off, old man. You never know what will happened next." Ujar Lucas dengan nada yang menyeramkan. Silver yang berdiri dibelakang ketua pun, merasakan dirinya meremang.
"You think that kind of bluff gonna work with me? Oh boy, you're too naive." Balas pria itu.
"Let's see till when you can keep that arrogantly looking face, boy." Lanjut pria itu dengan menjentikkan jarinya.
Ketika itu pula Lucas mendengar jeritan tertahan Alicia akibat cambukan di punggungnya.
TO BE CONTINUED..
Sorry lama update.. masih ngurusin proses penerbitan😅😅
KAMU SEDANG MEMBACA
Play With Me, Boys.
RomansaMimi tak percaya ia akan berada dalam situasi seperti ini. Sulit dipercaya memang, ia sebagai agent rahasia tak bisa melakukan apa-apa ketika berhadapan dengan dua pria ini. Dua pria berbahaya sedang berada di depannya saling menatap tajam seakan s...