57 - Take Me Out

1.8K 110 7
                                    

"Hm, sebelum aku di rekomendasikan oleh pamanku masuk BIN, aku dilatih oleh kenalan pamanku. Dia merawatku cukup lama sebelum paman membawaku pada BIN. Aku akan mencoba menghubunginya." Jawab Mimi.

"Hanya menghubunginya kau perlu benda ini?" Sela Grey.

"Kau tahu kenapa aku bisa masuk BIN dalam umur yang terlalu muda? Bahkan kau sendiri tua berapa tahun dariku dan jadi bawahanku. Itu karena pelatihan darinya yang terlalu.... Uhh, membayangkannya saja membuatku merinding."

"Dia terlalu hebat, kata paman dia sebelumnya juga agent The Villianz tapi karena satu hal dan lainnya ia keluar. Dan untuk menemukannya aku butuh bantuan dari benda ini." Jelas Mimi panjang lebar.

"Sekarang semuanya sudah siap, baru bisa dimulai perencanaan untuk kabur." Ucap Mimi.

_-_-_

Mimi berhasil mengirim pesan pada teman pamannya. Ia tak pernah tahu siapa nama sebenarnya pria itu, sejak dulu bahkan pamannya hanya memanggilnya Smith yang akhirnya ditiru Mimi.

Ia tahu itu bukan nama aslinya,karena setiap orang yang ditemuinya memanggilnya dengan panggilan yang berbeda-beda. Mr. Smith merupakan alasan Mimi mendapat banyak pujian dalam karirnya namun bagi Mimi sendiri Mr.Smith merupakan salah satu pengalaman terburuk bersamanya mengingat pelatihan darinya.

Seperti tahu keadaan Mimi, Mr.Smith membalas pesan Mimi selalu disaat yang tepat ketika tidak ada orang di sekitarnya. Bahkan berkas identitas palsunya dikirim tepat kepada Grey untuk menghindari Lucas.

-_-_-

Tepat 2 hari sebelum Mimi dirujuk. Mimi mulai gelisah karena Lucas sangat jarang meninggalkan sisinya. Dalam hati Mimi merasa sedikit senang namun dengan ini usaha Mimi akan makin sulit dilakukan. Ia bahkan tidak bisa mendengar kabar apapun dari Mr. Smith.

Grey yang selalu menemani Lucas pun sudah merasakan was-was bahwa kemungkinan Lucas mengetahui rencana mereka.

Jam sudah menunjukkan lewat senja. Langit mulai menghitam dan malam datang dengan tenang. Entah darimana, tapi insting Mimi merasakan ancaman. Jantungnya berdebar-debar memperhatikan sekitarnya, ia melihat Lucas yang berada di sisinya sambil mengutak-atik laptopnya.

Teeet.. Teeet..

Code Blue.. Code Blue..

Lucas langsung meletakkan laptopnya siap berdiri kemudian melirik kearah Mimi. Yang ditatap hanya tersenyum memberikan izin untuknya pergi. Tapi Lucas tidak bergeming, ia sendiri tak yakin meninggalkan Mimi.

"Tidak apa-apa." Ujar Mimi sambil mengusap tangan Lucas.

"Kenapa aku merasakan jika aku pergi, kau tak akan kembali?" Jawab Lucas.

"Kenapa kau merasakan seperti itu? Kau pikir dengan keadaan seperti ini aku bisa apa?" Balas Mimi, mengerti ucapan Lucas.

"Jangan merendah. Aku tahu sehebat apa dirimu, keadaan seperti ini tidak mungkin bisa mengalahkan mu."

'Yeah, You're right.' Batin Mimi. Tapi kenyataannya, di depan Lucas ia hanya memutar bola matanya.

Tepat disaat itu Grey mendobrak masuk.

"Penjaga ruangan Alicia di serang." Seru Grey sambil melempar Handphone ditangannya pada Lucas.

Lucas dengan sigap menangkap handphone yang dilempar oleh Grey.

"Apa yang terjadi? Siapa yang cukup gila menyerang Alicia disaat seperti ini?" Teriak Lucas yang berhasil membuat Mimi terkesiap.

Mimi memahami itu mengingat baru beberapa menit yang lalu Code Blue terdengar dan sekarang ada orang yang kekurangan hati nurani menyerang seseorang yang sekarat seperti itu.

Lucas menatap Mimi yang dibalas tatapan tajam Mimi seakan berkata, "Kejar brengsek yang membuatmu seperti ini."

Blam..

Lucas menutup pintu kamar Mimi cukup kuat, dan dibuka kembali oleh Grey.

"Cepatlah." Ujar Grey.

"What? Apa kau yakin melakukannya disaat dia sedang seperti itu?" Balas Mimi, jujur saja ia masih belum memutuskan untuk pergi.

"Bukankah seperti ini lebih mudah? Kau bisa berpura-pura diambil oleh orang yang menyerang Alicia saat ini. Lucas akan lebih mengerti begini." Tukas Grey yang dengan cepat melepas perlatan medis ditubuh Mimi.

Mimi diangkat Grey keatas kursi roda. Ia diantar hingga kedepan lift yang di dalamnya sudah ada beberapa orang yang siap menerimanya.

Mimi belum menangkap semuanya, ia berbalik kearah Grey dengan tatapan penuh pertanyaan.

"Penyerangan itu dilakukan Mr.Smith." Jelas Grey singkat dan menjawab semua pertanyaan Mimi.

Mimi langsung membuang nafas. Jadi orang yang barusan dibilangnya kurang hati nurani adalah orang yang dibutuhkannya sekarang.

Begitu Mimi sampai dengan aman di dalam mobil, seketika aliran listrik rumah sakit itu padam.

-_-_-

Lucas berhasil mengejar orang dibalik semua ini. Ia membelakangi Lucas.

"Menyerahlah, kau sudah tertangkap." Ujar Lucas. Ia tak ingin menghabiskan waktu disini, pikirannya sedang kacau dipenuhi prasangka tentang Mimi.

"Kau pikir begitu? Aku bahkan masih bebas melangkah. Jangan sombong hanya karena kau mengejarku, aku yang berhenti bukan kau yang mengejar." Jawab pria itu.

"Siapa kau?" Tanya Lucas, merasa diremehkan dan pertama kalinya ia merasa kalah dari aura pria di depannya.

"Kau tidak perlu tahu itu. Adikmu tidak kuganggu, aku hanya menyerang penjaga disekitarnya untuk menarikmu kemari." Balas Mr.Smith

"Apa tujuanmu kemari? Tidak mungkin hanya untuk bertemu denganku." Lucas makin penasaran dengan wajah dibalik punggung itu.

"Hm, kau benar. Aku tidak akan melakukan hal sia-sia seperti itu. Bagaimana kubilang untuk mengambil sesuatu yang berharga." Jawab Mr.Smith

Seketika Lucas teringat Mimi, jika memang Alicia tidak diganggunya berarti maksud dari perkataannya menariknya kesini adalah mengalihkannya dari Mimi.

"Fu*k." Geram Lucas.

"Kau pikir bisa keluar dari tempat ini selamat jika kau macam-macam dengannya?" Ujar Lucas, mengambil posisi siaga.

"Usahamu sia-sia nak, Kau tidak pantas disisi Velvet. Apa kau pernah berpikir ia lebih baik sebelum bertemu denganmu? Disisimu ia kehilangan semua yang dicintainya. Pamannya, teman-temannya, bahkan hal-hal yang disukainya. Anak itu tidak butuh sekedar ancaman, ia juga butuh kebebasan yang membiarkannya menikmati setiap aksinya mengalir sesuai rencana di kepalanya." Jelas Mr.Smith.

"Di sekitarmu ia hanya mendapat ancaman, sedangkan kau membatasi kebebasannya. Ia selalu menahan diri saat di sekitarmu. Kau pikir ia akan dalam kondisi menyedihkan seperti ini jika ia tidak pernah bertemu denganmu?" Lanjut Mr. Smith.

"Kau pun begitu bukan? Kau senang ia disekitarmu hanya sekedar hiburan. Jika bukan karena rasa bersalah, kau tidak akan peduli lagi dengannya setelah ia dalam kondisi seperti itu. The only reason you keep her till now just because you feel guilty. Don't come near her anymore in the future if you still like this." Tegas Mr. Smith.

Bersamaan dengan itu listrik padam dan memburamkan pandangan Lucas.

"Rest assured kid. She will be fine." Ujar Mr.Smith.

To be Continued..

Play With Me, Boys.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang