Lucas terkejut, tapi ia tidak menolak. Ia membalas ciuman Mimi dan melingkarkan tangannya di pinggang Mimi.
"What happened to you, Velvet? It's not like you." Ucap Lucas, mendorong Mimi setelah merasakan air mata Mimi turun lagi.
Lucas mengusapnya dengan jarinya. Mimi hanya tersenyum.
"Antarkan aku pulang." Ucap Mimi.
Melihat wajah Mimi seperti itu, Lucas seakan tak bisa menolak. Ia menuruti Mimi. Ia pun mengantarkan Mimi ke rumahnya yang sudah di bersihkan.
***
Lucas telah menyelesaikan panggilannya untuk memerintahkan bawahannya mengurus rumah Mimi.
Ia berniat ikut olahraga seperti Mimi, mengingat betapa menariknya melawan Mimi.
Ia mendengar Mimi sedang berbicara dengan seseorang di telfonnya. Lucas menunda niatnya masuk ke ruangan. Ia mendengarkan saja tak ingin Mimi tahu.
'Ah, dia guru yang mengajarku. Aku hanya bilang itu perampokan. Ia tidak tahu aku agent.' Ucap Mimi.
Lucas terdiam sejenak, ia tahu yang dimaksud Mimi adalah dirinya. Tapi kenapa Mimi menyembunyikannya, ia yakin orang di telfonnya itu juga termasuk The Villianz.
Setelah tidak mendengar apa-apa Lucas membuka pintu dan dilihatnya Mimi sedang membalut pergelangan tangannya. Lucas masih menyelidik alasan Mimi berbohong.
Mimi seakan terhanyut dalam pikirannya. Ia bahkan tidak menyadari kehadiran Lucas dan Lucas pun juga tak ingin menyadarkannya.
Lucas hanya memperhatikan bagaimana Mimi memukul sand bag itu dengan sekuat tenaganya. Seakan-akan ia ingin membuatnya babak belur.
Lucas kemudian tersadar melihat cairan merah kental mengaliri tangan Mimi dan mulai menetes ke lantai.
Ia segera berlari kearah Mimi dan menahan tangan Mimi untuk melanjutkan tindakannya.
"Apa kau gila? Bagaimana bisa kau meninju sekuat itu ketika kau terluka sebesar ini? Kau tidak lihat lukamu terbuka dan membuat darah sebanyak ini?" Lucas kesal melihat Mimi yang tidak memperdulikan keadaannya.
Namun kesalnya hilang seketika melihat air mata Mimi keluar. Apa segitu sakitnya lukanya? Pikir Lucas.
"Apa lukamu sakit? Tunggu disini, aku akan mengambil obatnya." Ucap Lucas.
Lucas keluar mengambil obatnya. Ia tidak menyangka Mimi akan menangis. Bahkan ketika ia mengeluarkan peluru dari tangannya saja ia tak mengeluarkan suara.
Kemudian ia teringat bagaimana Mimi memukul sand bag sebelumnya. Penuh emosi. Apa terjadi sesuatu di telfon tadi? Pikir Lucas.
Mimi menyembunyikan identitasnya dari The Villianz. Lalu ada apa? Aiiss, Lucas kesal dengan pikirannya tak menemukan jawaban.
Ia kembali ke ruang olahraganya, disana ia merasa hatinya teriris melihat Mimi menangis kuat memegangi kakinya.
Itu bukan tangisan sakit karena luka, itu tangisan yang penuh perasaan. Lucas merasakan begitu banyak beban dalam tangis gadis itu.
Ia pun menghampiri Mimi untuk mengobati lukanya, ia tak mengucapkan apa-apa. Ketika Mimi berdiri ia hanya mengikutinya.
Ia terkejut ketika Mimi menciumnya dan ciuman itu seperti menumpahkan seluruh perasaannya. Lucas pun membalasnya mengikuti permainan bibir Mimi.
Ketika ia merasakan pipi gadis ini basah, ia membuka matanya dan kemudian mendorongnya. Gadis ini menangis kembali.
"What happened, Velvet? It's not like you." Tanya Lucas menghapus air mata Mimi.
"Antar aku pulang." Kata Mimi dengan tersenyum paksa. Lucas mengerti itu artinya Mimi tak ingin membahas masalahnya.
Ia pun mengantarkan Mimi pulang dalam diam.
Awalnya banyak pertanyaan di kepala Lucas. Tapi, berkat ciuman Mimi, itu cukup untuk memberikan jawabannya.
Mimi juga memikirkan hal yang sama dengannya. Mimi tak bisa mencintainya karna kami berdua berbeda. Status kami belum berubah, hanya sebatas musuh yang kebetulan bersimpangan.
Tapi melihat Mimi menangis menghilangkan logika Lucas untuk bertahan pada moralnya.
"I don't fucking care anymore. I'll make it happen. Two of us." Ucap Lucas.
***
Di sisi lain, di markas pusat The Villianz. Paman Mimi menghela nafas berat. Ia tidak tahu apa yang dipikirkan gadis itu.
Sebenarnya ia melihat semuanya. Ia melihat Lucas menembaki orang-orang tersebut dan juga pria itu yang masuk ke dalam kamar putrinya sebelumnya.
Ia sudah menyelidiki siapa pria itu, Lucas Sigrath. Keturunan pertama Marvoleous Sigrath. Yang artinya ia adalah calon penerus pemimpin mafia kelas dunia.
Selama ini, The Villianz memang tidak dapat berkutik melawan mereka. Di karenakan operasi mereka yang tersebar di seluruh dunia.
Tapi, melihat Mimi menyembunyikan fakta tersebut. Berarti ada 2 kemungkinan. Dia belum tahu atau dia tidak ingin pamannya tahu. Pilihan pertama jelas bukan karena Mimi ada saat Lucas menembaki para pria tersebut.
Artinya, Mimi memang tidak ingin ia tahu. Dan lagi Mimi setuju untuk pindah ke U.S.A tanpa banyak alasan. Itu termasuk hal bagus, ia belum terikat dengan Lucas.
Memyadari itu ia pun segera menyiapkan berkas-berkas kepindahan Mimi ke U.S.A.
Ia tak ingin membiarkan Mimi lepas dari genggamannya. Mimi hanya miliknya.
TO BE CONTINUED..
KAMU SEDANG MEMBACA
Play With Me, Boys.
RomanceMimi tak percaya ia akan berada dalam situasi seperti ini. Sulit dipercaya memang, ia sebagai agent rahasia tak bisa melakukan apa-apa ketika berhadapan dengan dua pria ini. Dua pria berbahaya sedang berada di depannya saling menatap tajam seakan s...