48 - Thank You

2.2K 142 5
                                    

Pria itu tertegun, ia menggertakkan giginya. Sedikit dia ingat, Lucas.. Worldwide Mafia. Tentu saja ia bisa, ada alasan kenapa selama ini The Villianz menutup mata pada tindakan Lucas. Ia terlalu sombong berpikir bisa mengalahkannya jika bukan karna otoriternya.

Tak tinggal diam ia mundur ke belakang bawahannya yang berkumpul karena sudah di kepung pasukan Varrel.

"Give me a way out, or I'll shoot her." Ujar pria tersebut dengan mengarahkan pistolnya pada Mimi yang masih ditahan oleh bawahannya.

***

Lucas hanya menatap sinis kemudian tertawa kecil. Dengan nada mencemeeh.

"Kau yakin?" Tanya Lucas dengan menaikkan dagunya.

"Tentu saja, tak ada yang bisa kau lakukan dengan perasaanmu. Wanita ini sudah menjadi kelemahan terbesarmu." Jawab pria itu masih berusaha mengancam.

"Heh, katakanlah kau benar-benar menembaknya. Lalu apa? Kau yakin bisa keluar dengan selamat dari sini? Perempuan itu tidak ada untungnya bagimu disaat seperti ini. Seakan aku tak bisa mencari wanita lain." Ujar Lucas dengan memandang rendah kepada Pria itu, Mimi sendiri dapat merasakan perasaan inferior hanya dari tatapan Lucas.

Tangan pria itu gemetar, Mimi melihat jarinya perlahan bergerak untuk menarik pelatuknya. Mimi pasrah, ia tahu keberadaannya tidak berarti besar bagi seseorang seperti Lucas.

Mimi tertawa dalam diam memikirkan hal itu, inikah rasanya diambang kematian?, Pikirnya. Semua yang terjadi dalam hidupnya seakan terlintas diingatannya. Dari awal ia merasakan kesengsaraan, bertemu pamannya, The Villianz, Lucas, Varrel, dan berakhir disini.

Mimi mengangkat kepalanya untuk menatap Lucas yang memberinya tatapan dingin. Mimi bergumam pelan dan menggerakkan mulutnya tanpa bersuara.

"Terima Kasih." Ujar Mimi diikuti setetes air mata yang mengalir.

Dorrr...

 Terdengar suara tembakan kuat didalam ruangan yang besar itu, Mimi merasakan tubuhnya tanpa penyangga dan jatuh begitu saja ke lantai berdebu dibawahnya.

Kemudian terdengar lagi suara tembakan yang ricuh di sekitarnya. Mimi membuka matanya, dilihatnya pria yang sebelumnya menarik rambutnya sekarang tergeletak tak berdaya di sebelahnya. Mimi dapat merasakan darah mengalir di sekitarnya.

"Mi, Kau tidak apa-apa?" Terdengar suara yang familiar di telinganya.

Tubuh Mimi terasa melayang dengan rasa hangat di sisinya. Lucas, dia mengangkat tubuh Mimi tanpa peduli tangannya sendiri terluka.

"Apa kau serius menanyakan hal itu setelah melihat keadaanku?" Gumam Mimi yang menyandarkan tubuhnya kedada Lucas. Lucas tidak menjawab.

Lucas menurunkan Mimi di mobil mirip ambulance yang sepertinya sudah sengaja disiapkan untuk menanganinya. Mimi berbaring terkulai dengan Lucas memeganginya disisinya.

Mimi tidak tahu lagi apa yang terjadi di luar, seseorang mulai mengobati luka Mimi yang ada di sekujur tubuhnya. Setelah itu ia dipasangin cairan IV untuk mencegah kemungkinan dehidrasi. Mimi dapat merasakan Lucas yang setia disisinya, hal itu membuat Mimi menutup matanya tertidur tanpa sadar.

***

Lucas terbangun di ruangan yang sangat luas dengan nuansa putihnya. Ia mengerjapkan matanya dan melihat di seberangnya Mimi masih terlelap.

Setelah dibawa ke Rumah Sakit, Mimi segera ditangani. Segera setelah Lucas melepas tangan Mimi, ia sendiri ambruk tak sadarkan diri.

Lucas mencoba bangun dari posisi tidurnya dan merasakan sakit di sekujur tubuhnya.

"Hei, Kau bisa memperparah keadaanmu jika kau memaksakan diri seperti itu." Ujar seseorang yang muncul di ambang pintunya.

Lucas terkekeh, "Apa yang kau lakukan disini? Tidak menjaga adikku? Manfaatkan waktumu sebelum aku sembuh untuk membunuhmu karena membiarkan adikku seperti itu." Jawab Lucas yang tahu siapa yang datang.

"Jeezz, Kakak Ipar memang merepotkan -,-" Jawab Varrel.

"Bukankah aku sudah menebusnya? apa kau tidak tahu berapa banyak yang kuhabiskan untuk mengumpulkan orang-orang itu. Aku bahkan sudah berlutut di depanmu." Lanjut Varrel.

"Dan kau pikir itu sebanding dengan nyawa adikku? Apa hanya segitu kau menghargai nyawanya?" Balas Lucas.

"Bukan begitu maksudku.." Varrel tak bisa mengelak kalau karena kurangnya kemampuannya lah yang menyebabkan Alicia menderita seperti itu.

"Apa kalian tidak bisa diam? aku mencoba istirahat disini." Terdengar suara Mimi yang membuat kedua pria itu mengalihkan pandangannya seketika.

"Kau sudah bangun? Apa kau sudah merasa baik? Bisa kau mengenaliku?" Respon Lucas pertama kali yang membuat Mimi tersenyum pelan.

"Well, I guess it's time to take my leave."  Ujar Varrel yang tidak ingin mengganggu dua orang itu.

"Varrel .. Terima kasih." Ucap Mimi pelan

Varrel yang mendengar itu tersenyum teduh sebelum keluar.

To be Continue..

Jangan Lupa Baca cerita Baruku ya Guys.. ^_^

Play With Me, Boys.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang