39 - Where is He?

3.7K 251 7
                                    

Hal pertama yang dilihatnya adalah wajah ayahnya yang mengekspresikan kecemasannya.

Dengan segera Lucas berdecak lidah, ia sangat tidak ingin bertemu ayahnya disaat seperti ini.

Dilihatnya sekitar ruangan dan teringat sesuatu.

"Where's Velvet?" Ucapan pertama yang keluar dari mulut Lucas seketika ia bangun.

Ayahnya terdiam tak menjawab membuat Lucas mengerti jawaban dari pertanyaannya.

***

Dalam otak Lucas, ia sudah memikirkan kemungkinan terburuk yang akan ia dengar dari ayahnya. Tapi ia tetap menunggu jawaban dari ayahnya.

Ia bahkan lupa dengan keadaan dirinya sendiri yang dipasangi gips di beberapa bagian.

Dalam hati ia sedang berusaha menyiapkan mental untuk mendengar pernyataan ayahnya dan demi apapun ia bersumpah akan memburu siapapun yang melakukan semua ini.

"Dia..." saat ayahnya bersuara, entah karena alasan apa Lucas menahan nafasnya.

"... tubuhnya tidak ditemukan." Ucap ayahnya dengan jeda cukup panjang.

Otak Lucas masih memproses kata-kata ayahnya.

'Tidak ditemukan?' Pikirnya.

"Bagaimana bisa? Sebesar apapun ledakan itu, dia tidak berada di titik ledakan. Mustahil tubuhnya hancur, aku bahkan masih melihat ia.." ucapan Lucas terpotong ileh ayahnya.

"Tidak ditemukan bukan karna tubuhnya hancur, Lucas. Sepertinya ada yang mengangkut tubuhnya sebelum ambulance datang." Jawab ayahnya dengan ekspresi datar.

Lucas rasa ini pertama kalinya ekspresi ayahnya terlihat sangat sulit untuk dibaca. Kini Lucas menggeram mendengar ayahnya yang seakan tak peduli dengan wanitanya.

"Lalu kau tidak melakukan apapun? Apa segitu sulitnya mencari keberadaannya? Aku yakin kau bisa dengan mudah menemukannya. Apa nama Sigrath hanya gertakan bagimu?" Lucas mengucapkannya lantang di depan ayahnya.

"Don't talk to me like that, brat. You don't know a thing." Kini suara ayahnya meninggi, Lucas tahu menyinggung nama Sigrath di depan ayahnya adalah suatu hal tabu, justru karna itu ia melakukannya.

Kemudian ayahnya mengeluarkan selembar kertas dari saku dalam jasnya dan meletakkannya diatas Lucas. Ia berlalu keluar meninggalkan Lucas yang menatap kertas itu.

Setelah terdengar suara pintu tertutup Lucas segera mengambil kertas yang ditinggalkan ayahnya dan membukanya.

Yang tertera disana adalah jawaban dari pertanyaan terbesar di kepala Lucas.

'Jangan berbicara. Ruangan ini disadap.
Bukan karena aku tak mau, aku tak bisa.
Alicia juga tertangkap dan mereka hanya meninggalkan pesan "Lucas will be the only one who know."
Kami sudah menemukan tempat mereka, tapi kami tak bisa menerobos masuk jika Alicia adalah sanderanya.
Sepertinya mereka akan menghubungimu, tunggu saja. Dan berusahalah untuk sembuh lebih cepat.'

Kini Lucas termenung diam, semuanya terasa kacau di kepalanya. Ditambah keadaan seperti ini membuatnya tak bisa melakukan apa-apa dan itu makin membuatnya makin frustasi.

Ia masih ingin bertanya namun ia tak tahu pada siapa. Kenapa Alicia bisa tertangkap? Sehebat apa musuhnya? Dan siapa sebenarnya mereka? Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Sebenarnya berapa hari ia tertidur hingga melewatkan banyak sekali hal penting. Begitu banyak pertanyaan di kepalanya.

Namun tiba-tiba terlintas sesuatu di ingatannya.

"Apa yang dilakukan Varrel sampaj Alice bisa tertangkap?" Pikirnya tiba-tiba.

***

Disisi lain, terlihat seorang perempuan dengan darah yang masih mengalir dari kepalanya yang terduduk diam dengan rantai di sekitar tubuhnya. Tak jauh dari perempuan tersebut, wanita lain terlihat tergeletak tak berdaya dengan keadaan terikat tak jauh beda dari wanita lainnya.

TO BE CONTINUED..

Jangan lupa vote and comment nya ya guys..

Padahal masih capek, tapi ngelihat makin banyak yang baca dan vote ceritaku, jadi semangat nulis.. hehehe

Lanjutkan perjuangan guys, klik bintang doang kok..

Play With Me, Boys.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang