One day before..
Mimi mendengar suara memanggil namanya. Namun itu adalah panggilan yang hanya diketahui sedikit orang. Ia berbalik melihat orang yang memenuhi pikirannya selama ini, Lucas.
Dihadapannya, seseorang yang dirindukannya. Namun Mimi tetap menjaga komposurnya, ia menatap datar pada Lucas yang menatapnya dengan tatapan tak percaya. Mimi berjalan melewati Lucas seakan tak ada hal yang terjadi yang memaksa mereka untuk berkomunikasi.
Namun sudut matanya memaksa untuk memandang Lucas saat melewatinya dan sialnya hal tersebut tertangkap oleh Lucas. Ia kembali menghadap Lucas berkat tangannya yang di Tarik paksa oleh Lucas.
Mata Lucas menatapnya tajam, untuk sejenak Mimi seakan tenggelam dalam tatapan itu. Ingin rasanya ia memeluk sosok di depannya tapi dengan cepat ia menendang tulang kering Lucas untuk membebaskan diri.
"Maaf, kukira anda sedang mabuk." Ujar Mimi sebelum bergegas meninggalkan Lucas.
Ia tak dapat menahan senyumannya lagi. Mimi tak sabar untuk segera mempersiapkan pertemuan berikutnya dengan Lucas, ia menyetop taksi.
Dalam otaknya sedang berputar rencana untuk Lucas. Ia tak dapat menahan senyumnya karena bertemu Lucas. Memang ia datang ke kota ini untuk Lucas tapi ia tak berencana menemuimya secepat ini. Dan ternyata pertemuan singkat tadi berhasil memaksanya untuk mempercepat pertemuannya.
"Let's play a little game, huh?" Gumamnya.
---
Lucas tak menghabiskan waktu untuk menggapai Mimi, ia memeluknya erat sambil bernafas berat. Sulit dipercaya melihat Mimi dihadapannya, ia seakan terisak merasakan Mimi di pelukannya. Orang yang telah disakitinya secara tidak langsung kembali padanya.
Mimi yang merasakan tubuh Lucas bergetar dalam pelukannya membalas pelukan hangat itu. Ia telah lama merindukan pelukan ini. Ia menangkup wajah Lucas agar menatapnya, Ia memperhatikan dengan seksama lelaki di hadapannya, tak ada yang berubah, hanya sesosok Lucas yang masih mempesonanya hingga kini.
Mimi mengecup dalam bibir Lucas yang membuat Lucas mengeratkan pelukannya pada Mimi. Kecupan itu melepaskan semua penderitaan yang masing-masing tanggung selama jarak memisahkan. Jarak dan waktu tak menggoyah perasaan yang tumbuh diantara mereka.
Ketika dia adalah laki-laki yang benar untukmu, dia tidak akan pernah lari darimu. Karena dia tahu kaulah yang dibutuhkannya, ia tak akan mengambil resiko untuk kehilanganmu.
Mimi akhirnya melepaskan kecupannya dan memberi jarak diantara mereka. Tak ada kata terucap, seakan tatapan mereka sudah menjelaskan semuanya. Tak perlu penjelasan, mereka sudah saling memahami.
Disaat seperti itu, Grey dan karyawan lainnya datang dan melepaskan tembakan kejutan yang berisi kertas-kertas perayaan. Lucas memandang sekelilingnya.
"Kalian.." Lucas tak bisa berkata-kata.
"Apa kau terharu dengan kejutannya?" Bisik Mimi di telinganya. Lucas memutar bola matanya memikirkan bagaimana ia emosi tak menentu sesaat sebelum bertemu Mimi tadi.
"Kau gila." Balas Lucas sambil memcium Mimi sekilas. Membuat karyawan wanita lainnya teriak histeris karena pertama kalinya melihat bos tampan mereka seperti itu.
"Ucapkan terima kasih pada Grey, dia yang membantuku selama ini." Lanjut Mimi.
"Membantumu? Jadi selama ini dia tahu keberadaanmu?" Sahut Lucas.
"Well, tentu saja. Tidak mungkin aku pergi begitu saja tanpa meninggalkan mata-mata untuk mengawasimu." Jawab Mimi sambil bersikap acuh. Lucas mengalihkan pandangannya pad Grey.
"Saat kau tahu betapa terpuruknya aku, kau diam-diam di belakangku." Ujar Lucas pada Grey dengan tatapan mengancam 'setelah ini kau berurusan denganku', Itulah yang ditangkap Grey.
Grey hanya tersenyum kaku menanggapi Lucas. Kemudian ia menghampiri Mimi dan membisikkannya sesuatu.
"Apa kalian masih merahasiakan sesuatu dariku?" Tegur Lucas melihat Mimi tersenyum pada Grey.
"Hehe, apa kau cemburu?" Goda Mimi.
"Tidak." Jawab Lucas cepat. Mimi terkekeh melihatnya.
"Kalau begitu ayo ke bawah." Tukas Mimi menarik tangan Lucas sambil mengucapkan terima kasih pada karyawan Lucas sepanjang menuju lift.
"Untuk apa kebawah?" Tanya Lucas.
"Lihat saja nanti." Jawab Mimi sambil megarahkan telunjuknya ke bibirnya.
"Apa kau bisa berhenti seperti itu? Ini sudah hampir 1 tahun dan aku tak tahu apa yang bisa menahanku sekarang." Ujar Lucas sambil mendorong Mimi dan mengurungnya dengan kedua tangannya.
Ting!
Begitu lift terbuka, puluhan blitz kamera menerpa mereka berdua. Diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan membabi buta dari para reporter.
Lucas yang terkejut memandang Mimi yang sudah memberi senyuman pada kamera.
"Apa yang kau lakukan?" Bisik Lucas pada Mimi. Pertanyaan Lucas terjawab dari pertanyaan-pertanyaan para reporter tersebut.
'Betulkah anda akan menjadi penerus RCG Company?'
'Bagaimana perasaan anda menjadi penerus perusahaan Top 10 dunia dalam usia muda ini?'
' Kenapa anda bersama dengan CEO SIG Group?'
'Benarkah rumor bahwa anda adalah tunangan SIG Grup yang menghilang satu tahun yang lalu?'
'......'
Lucas sendiri terkejut tak tahu apa-apa yang terjadi. Ia menatap Mimi dengan penuh tanda Tanya.
"Untuk itu, mungkin kalian bisa tanyakan sendiri pada CEO nya." Jawab Mimi tenang sambil menunjuk Lucas. Lucas yang ditanyai pun hanya meneguk ludah. Ia menghadap Mimi dan memberikannya ciuman panas di depan ratusan kamera di depannya.
Untuk sejenak lobby perusahaan Lucas terdengar hening setelah teriakan terkejut karena aksi Lucas. Mimi hanya menerimanya dan tersenyum dalam ciumannya.
"Kau terlalu simple." Bisik Mimi setelah Lucas melepasnya. Yang hanya ditanggapi senyuman miring dari Lucas.
Para reporter makin panas memberikan pertanyaan dan Lucas menariknya keluar dari kerumunan. Sekeluarnya mereka dari gedung itu, gentian Mimi yang menarik Lucas kedalam mobil yang sudah dipesannya.
"Need you in me." Bisik Mimi sebelum mencium Lucas di dalam mobil.
Lucas menyeringai mendengar itu, sesaat sebelumnya memang ia bimbang untuk kembali pada Mimi karena ketakutannya untuk menyakitinya, tapi melihat Mimi di hadapannya seperti kembalinya malaikatnya.
TO BE CONTINUED..
Ini hadiah buat yang setia nungguin, vote and Comment padahal udah sebulan di tinggal.
Thank You Guys. ^_^
Part berikutnya private karena mengandung unsur 21++
KAMU SEDANG MEMBACA
Play With Me, Boys.
RomanceMimi tak percaya ia akan berada dalam situasi seperti ini. Sulit dipercaya memang, ia sebagai agent rahasia tak bisa melakukan apa-apa ketika berhadapan dengan dua pria ini. Dua pria berbahaya sedang berada di depannya saling menatap tajam seakan s...