16 - You Can't Lie to Me.

7.7K 237 0
                                    

Mimi menikmati setiap sentuhan Lucas di tubuhnya. Ia lupa, baru kemarin ia sangat mengharapkan keberadaan pria ini untuk menghilang dari pikirannya. Kini ia tak bisa menolak kehadirannya disisinya.

Tiba-tiba Lucas berbisik di telinga Mimi yang membuat Mimi tersadar dengan semuanya.

"I love you, Velvet. Nothing can take you from me." Ucapnya yang membuat Mimi sadar, ini adalah pertanda buruk. Laki-laki ini akan terus menghantuinya disaat ia sudah bersiap melepaskannya.

***

Ucapan Lucas seperi pukulan kuat di hati Mimi. Ia mengucapkannya, kata yang tabu untuk mereka berdua. Kata yang seharusnya tidak boleh diucapkan oleh satupun dari mereka.

Mimi hanya terdiam, tidak membalas ataupun merespon perkataan Lucas. Lucas tak masalah dengan itu, ia yakin Mimi mempunyai pikiran yang sama dengannya.

Hingga selesai mandi, Mimi masih diam. Ia tak ingin mengucapkan apa-apa. Keadaan hening ini lebih baik menurutnya. Setelah selesai memakai bajunya lagi, ia menghampiri Lucas.

"Dimana mobilmu? Aku akan mengambil tasku lalu pulang." Ucap Mimi tanpa melihat Lucas, nada bicaranya pun kembali seperti saat pertama kali mereka bertemu, acuh.

"Biar kuantar kau pulang." Ujar Lucas, yang mencoba mengacuhkan perubahan sikap Mimi sejak tadi.

"Tidak perlu, tunjukkan saja dimana mobilnya. Aku masih harus menjemput mobilku di Club itu." Jawab Mimi mencegah Lucas mengikutinya.

Lucas pun menghela nafas, dan berjalan menuju garasinya. Mimi mengikuti dari belakang. Lucas paham apa yang dicoba Mimi lakukan, ia mencoba 'menjaga jarak' dengan Lucas.

Sesampainya di depan mobil, Lucas segera membuka kuncinya. Mimi segera mengambil tasnya dan mencari ponselnya. Ia menghembuskan nafas berat, seperti dugaannya pamannya sudah menelponnya berkali-kali.

Tertera disana,
47 misscall
24 voicemail
39 messages

Tak lama kemudian, ponselnya bergetar dan nama pamannya tertulis sebagai pemanggil. Mimi mengangkat telfonnya.

"Mimi, darimana saja kau? Apa kau tahu betapa khawatirnya aku sekian jam tidak bisa menghubungimu? Tidak biasanya kau tidak mengangkat telfonmu? Apa kau aman? Sesuatu terjadi padamu?." Tanya pamannya bertubi-tubi seakan tak perlu mengambil nafas sejenak.

"Aku aman dan baik-baik saja paman. Aku hanya sedikit pusing, mungkin demam sehingga telat bangun. Maaf sudah membuatmu khawatir." Jawab Mimi singkat, jelas dan padat.

Lucas memperhatikan dan memasang telinganya tajam di belakang Mimi. Ia penasaran siapa itu, kemudian mendengar kata paman dari mulut Mimi membuatnya sedikit lega.

"Aku sudah menyiapkan barang-barang dan keperluanmu di U.S.A. karna penerbangan pagi sudah kau lewatkan. Kau bisa berangkat nanti malam, aku akan meminta beberapa orang mempersiapkan keberangkatanmu." Ujar pamannya to the point yang hanya dibalas deheman kecil dari Mimi.

"Aku juga sudah meminta petinggi lain mencabut hukumanmu. Kuusahakan minggu depan kau sudah bisa kembali." Lanjut pamannya.

"Baiklah paman, terima kasih. Aku akan bersiap sekarang." Jawab Mimi tak bersemangat, ia senang akan kembali beroperasi namun kenyataan pahit di belakangnya membuat ia tak habis pikir untuk meninggalkannya.

Mimi memutuskan panggilannya. Ia tahu sedari tadi Lucas memperhatikannya, tapi ia berusaha tidak memperdulikannya toh setelah ini mereka tidak akan bertemu lagi.

Ia menghadap Lucas sekarang. Menunggu Lucas untuk mengucapkan sesuatu.

"Jadi kau... akan pergi?" Tanya Lucas.

"Hm." Balas Mimi.

"Apa mungkin kau akan kembali?" Tanya Lucas lagi.

"Tidak." Jawab Mimi singkat.

Suasana terasa sangat kaku sekarang. Setelah Lucas menyatakan perasaannya pada Mimi, ia merasa akan mendapatkannya tapi kini gadis itu berniat pergi dengan wajah datar seakan tidak pernah terjadi apa-apa diantara mereka.

"Tidak bisakah kau tinggal? Bersamaku? Aku akan menjagamu." Ujar Lucas, mencoba meyakinkan Mimi.

"Disana adalah tempatku. Aku menghabiskan setengah hidupku dalam dunia seperti itu. Tidak mungkin aku meninggalkannya begitu saja untuk pria yang baru kutemui beberapa kali." Jawab Mimi tenang, tetap tanpa ekspresi.

"Saat pertama kali kita bertemu, kau pernah bilang jika aku menikmati bertarung denganmu, dan itu adalah kenyataan. Suara tembakan, sayatan pisau, keadaan antara hidup dan mati adalah sesuatu yang kunikmati. Saat itulah aku merasa bersemangat." Lanjut Mimi.

"Hanya karena itu? Apa kau akan terus membohongi perasaanmu? Akuilah bahwa sekarang duniamu hanya tertuju padaku, Velvet." Balas Lucas, kesal melihat wajah tak berekspresi Mimi.

Mimi hanya diam, jika ia menjawab mungkin ia tak akan bertahan.

"Kau akan meninggalkanku setelah semua yang kita lakukan? Kau mengucapkannya tanpa perasaan, apa kau yakin tidak akan menyesal kemudian? Aku bisa membuat dunia yang kau bilang tadi, hal-hal seperti itu bertebaran di sekitarku. Dan lagi kau sudah jadi milikku, tak ada istilah kau meninggalkanku Velvet." Tukas Lucas sambil mendekap tubuh Mimi.

Ia bisa gila jika Mimi meninggalkannya seperti ini, dia yang membuat Lucas kembali menikmati menjadi keturunan Sigrath. Tak mungkin ia melepaskannya begitu saja.

Mimi tak membalas dekapan Lucas. Ia mendorong tubuh Lucas agar melepaskannya. Lucas melepaskan Mimi membiarkan ia mengambil keputusan.

"Aku bukan milikmu, Lucas. Apapun yang terjadi dengan kita tak membuatmu bisa mengklaim diriku milikmu. Seperti kau memanggil Velvet, itu bukti dunia kita berbeda. Statusmu belum berubah, seorang mafia dan aku agent. Kita tidak diharuskan bersama." Ujar Mimi tegas, suara sedikit bergetar namun ditahannya.

Lucas tak tahan melihat Mimi yang keras kepala. Ia pun menggapai tangan Mimi dan menariknya masuk ke dalam rumahnya.

Mimi mencoba berontak, tapi ia tahu perbedaan tenaga antara mereka berdua terlalu besar, ketika melewati sebuah vas bunga, ia mendorongnya hingga pecah. Membuat Lucas menghentikan langkahnya untuk menatap kelakuan Mimi. Dengan sekali hentakan kuat Mimi melepaskan pegangan Lucas.

Ia menarik dua pecahan Vas bunga yang cukup panjang untuk dijadikannya seperti pisau. Lucas tak percaya Mimi benar-benar akan melawannya.

Mimi menyerang Lucas, namun kini Lucas menanggapi dengan serius. Ia menarik tangan Mimi yang menyerangnya dan memelintirkannya ke belakang. Membuat genggaman Mimi pada pecahan kaca tersebut terlepas dan terlihat tangannya terluka akibat itu.

"Kau tak bisa melawanku hanya dengan kemampuan seperti itu, Velvet. Ckckck." Ucap Lucas di telinga Mimi dengan nada rendah yang menakutkan.

Mimi segera menyikut Lucas dan melepaskan diri dari pegangan Lucas. Ia kembali menyerangnya, tapi kali ini Lucas tak merespon dan hanya berdiam diri.

Ketika Mimi mengarahkan kaca itu ke leher Lucas, ia berhenti tepat sebelum menyentuh kulit Lucas.

"Sudah kubilang, kau tak bisa berbohong padaku." Ucap Lucas sambil tersenyum miring.

TO BE CONTINUED..

Jangan lupa vote ya guys..

Play With Me, Boys.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang