Malam itu saat Lucas sedang menuju tempat perjanjian dengan kliennya, seorang kriminal, Lucas mungkin sudah terbuka pada publik namun bukan berarti ia meninggalkan masa lalunya.
Ia mendengar bunyi hantaman keras dari dalam gang, entah karena apa Lucas merasa tertarik pada hal yang biasanya akan diabaikannya. Kemudian ia melihat seseorang dengan rambut panjang tergerai mengenakan dress putih yang baru saja menghabisi 2 laki-laki yang sekarang terbaring.
Wanita itu mengumpulkan barangnya yang berjatuhan dan menghadap Lucas kemudian tersentak.
".... Mimi?"
---
Wanita di depannya hanya memandang laki-laki di depannya datar sebelum berjalan melewatinya begitu saja.
Lucas terdiam melihat ekspresi datar itu, ia sempat berpikir bahwa mungkin ia salah orang. Sebelum ia melihat mata wanita itu yang melihatnya dari ujung matanya sebelum melewatinya.
Mata itu tak bisa membohonginya.
Lucas dengan cepat menarik tangan wanita tersebut dan membuat wajah mereka berhadapan. Namun ia tak menemukan hal yang dicarinya. Tak ada sebutir jejak di wajah wanita itu, hanya menampilkan ekspresi kaget dan seakan kesal disentuh seenaknya.
Wanita itu menarik tangannya dan menendang tulang kering Lucas yang membuatnya melepas pegangannya.
"Maaf, kukira anda sedang mabuk." Ujar wanita itu tak berekspresi melihat pria di depannya yang meringis pelan. Ia berbalik meninggalkannya dengan senyuman tipis di bibirnya.
Lucas terdiam mendengar suara itu, tajam, sinis dan merendahkan, membuat semua ingatannya seakan berputar cepat pada satu wanita.
"What the..." Gumam Lucas sambil memperhatikan punggung yang makin menjauh.
Entah kenapa dari ucapan wanita itu Lucas mendapat perasaan kesal yang sulit diartikan. Ucapannya sederhana tapi ada sesuatu yang familiar dari sana, 'apa ini? Seakan... diremehkan?"
Menyadari itu, ia seakan tersadar akan apa yang sebenarnya baru saja terjadi. Lucas menyeringai lebar akan hal itu.
Ia bergegas untuk pergi, ada hal menarik yang akan terjadi.
Disisi lain, sepasang mata menatap jauh kerumunan lalu lintas di depannya. Kemudian ia menghela nafas pelan.
"Let's play a little game, huh?" Ujarnya, sambil tersenyum menatap pantulan dirinya samar dari kaca di depannya.
---
Lucas yakin 80% wanita yang ditemuinya semalam adalah Mimi, namun kini ia terdiam di mejanya memikirkan semua kemungkinan.
Ia sendiri tak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang. Grey berkali-kali mengingatkan tentang jadwal kegiatannya namun Lucas hanya melambaikan tangannya, memerintahkan Grey mengurus semuanya.
Dalam pikirannya, ia ingin segera mencari Mimi tapi dalam hatinya ia sendiri ragu untuk melakukannya. Ia takut dengan membawa Mimi kembali maka tidak menutup kemungkinan hal yang sama akan terulang kembali.
Lucas mengacak-acak rambutnya gusar. Ia merasa frustasi sendiri memikirkannya.
Akhirnya ia hanya meminta bawahannya untuk menyelidiki kejadian semalam dan mencari informasi tentang wanita itu. Lucas menghela nafas panjang, seakan melepas sedikit beban di hatinya.
(Alarm darurat berbunyi)
Grey menggebrak masuk pintu kantor Lucas.
"Kita punya situasi." Seru Grey dari ambang pintu.
Dalam hati Lucas menggerutu karena ia merasa masalah selalu datang disaat yang paling tidak diharapkannya. Ia pun bergegas mengikuti Grey.
"Situasi macam apa yang membuatmu sampai begitu panic?" Tanya Lucas sambil mempercepat langkahnya menuju ruang monitor yang diarahkan Grey.
"Sebaiknya anda melihatnya sendiri." Balas Grey sambil membuka pintu ruang monitor.
"Apa yang terjadi?" Tanya Lucas pada pengawas ruang monitor.
"Itu..." Pengawas itu tak bisa menjelaskan. Akhirnya Lucas mengalihkan pandangannya pada monitor. Yang dipenuhi tulisan 'ERROR'.
"Apa-apaan ini? Hanya masalah seperti ini?" Bentak Lucas, Grey pun menghela nafas karena Lucas yang tak sabaran. Ia pun mengambil alih monitor.
"Gedung ini sedang diserang, Luc. Ini penampakan terakhir dari kamera pengawas." Ujar Grey sambil memperlihatkan situasi terakhir dari kamera pengawas.
"Lantai 1 sampai 9 sudah diblokir musuh, mereka juga berhasil meretas kendali gedung ini." Jelas Grey melanjutkan perkataannya. Lucas menggertakkan giginya melihat monitor itu.
Lucas menarik kerah baju Grey.
"Siapa yang cukup gila menyerang gedung ini? Apa mereka dari dunia bawah?" Geram Lucas dihadapan Grey.
"Kami masih mengidentifikasi musuh. Sampai saat ini tidak diketahui keadaan lebih lanjut di lantai bawah." Jawab Grey tetap tenang.
"Lalu apa yang kau lakukan disini? Berikan aku informasi siapa yang melakukan ini tepat di hadapanku!" Tegas Lucas sambil melepas kerah Grey.
Lucas tak bermaksud kasar pada Grey tapi masalah setelah masalah membuat otaknya cukup panas. Ia bergegas kembali ke ruangannya untuk mengambil alih komando gedung ini.
Beberapa langkah sebelum mencapai ruangannya, Lucas terhenti merasakan seseorang di belakangnya. Dalam sekejap saat ia akan berbalik, pukulan hangat mendarat di pipi kirinya. Ia melihat orang di depannya melayangkan serangan kedua. Lucas yang tak siap terburu-buru mengambil posisi bertahan.
"Insting bertarungmu menurun, huh?" Ujar orang yang menyerang Lucas. Ia melepas kacamata hitam dan topinya sambil mengibaskan rambutnya.
Lucas tak percaya dengan matanya, orang di depannya ini adalah,... Mimi.
TO BE CONTINUED..
Maaf Guys, aku masih ngerjain proyek sebagai translator dan lainnya.
Jadi untuk berikutnya, aku update pelan-pelan ya.. ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
Play With Me, Boys.
RomanceMimi tak percaya ia akan berada dalam situasi seperti ini. Sulit dipercaya memang, ia sebagai agent rahasia tak bisa melakukan apa-apa ketika berhadapan dengan dua pria ini. Dua pria berbahaya sedang berada di depannya saling menatap tajam seakan s...