"Apa kalian tidak bisa diam? aku mencoba istirahat disini." Terdengar suara Mimi yang membuat kedua pria itu mengalihkan pandangannya seketika.
"Kau sudah bangun? Apa kau sudah merasa baik? Bisa kau mengenaliku?" Respon Lucas pertama kali yang membuat Mimi tersenyum pelan.
"Well, I guess it's time to take my leave." Ujar Varrel yang tidak ingin mengganggu dua orang itu.
"Varrel .. Terima kasih." Ucap Mimi pelan
Varrel yang mendengar itu tersenyum teduh sebelum keluar.
***
Mimi menatap lemah pada Lucas yang duduk dengan wajah bersalah.
Lucas mencoba turun dari tempat tidurnya meskipun terlihat jelas diwajahnya yang menahan sakit di sekujur tubuhnya.
"Jangan memaksakan dirimu, Luc. Just stay still, your body can't hold it." Ujar Mimi lemah.
Mimi tidak tahu sudah berapa lama ia ditahan, yang ia tahu kini tubuhnya tak ada tenaga bahkan untuk mengangkat tangannya.
Lucas dengan keras kepalanya tetap mencoba bangun. Ia berpegang kuat pada tiang cairan IV untuk berjalan ke tempat Mimi.
Mimi menatap Lucas yang berjalan sambil menahan sakit, seperti bukan Lucas jika ia terlihat lemah seperti ini.
"Arrggghhh.." desah Lucas sesampainya ia di sisi Mimi dan terduduk di kursi pengunjung.
"Dasar keras kepala." Ucap Mimi melihat Lucas seperti itu.
Lucas terkekeh pelan mendengar Mimi. "Ini tidak sebanding dengan keadaanmu." Ujar Lucas sambil menggenggam tangan Mimi.
"Bisa kau naikkan posisi kepalaku, tubuhku masih terlalu sulit untuk bergerak." Ujar Mimi, ia ingin melihat Lucas lebih jelas.
Lucas pun mencari kontrol tempat tidur Mimi dan mengaturnya.
Setelah Mimi dalam posisi duduk, Lucas kembali menggenggam tangan Mimi.
Dua pasang mata itu tak terlepas dari satu sama lain. Namun tak ada yang mau memulai, masing-masing memendam sesuatu untuk disampaikan.
Mimi yang pertama memutuskan kontak mata mereka. Matanya menelusuri tubuh Lucas yang tidak lebih darinya.
"Aku tidak apa-apa." Ujar Lucas melihat arah mata Mimi.
Mimi menatap Lucas, ekspresinya jelas ia akan segera menangis.
"A .. Aku.. minta maaf Mimi." Ujar Lucas berusaha menghentikan Mimi yang akan menangis.
Mimi terdiam mendengar itu.
"Kau tahu bagaimana perasaanku saat tahu kau tidak ada? That's a misery for me. Kau tahu betapa inginnya aku hancur untukmu? Saat pertama kali melihat keadaanmu disana, aku bahkan berani meledakkan diriku sendiri untuk membalas mereka yang melakukan semua ini. Tapi, di depanmu aku mengatakan hal yg sangat memalukan. Mimi, aku punya banyak musuh.. jika kau.. " Lucas mengatakan semuanya dengan suara serak, ia menunduk ditangan Mimi.
Terlihat begitu sulit untuknya melanjutkan, Mimi berusaha mengangkat tangannya dan meraih wajah Lucas, ia mengusap bibir Lucas dengan ujung ibu jarinya.
Lucas mengangkat kepalanya. Ia melihat Mimi tersenyum lembut kearahnya.
"I'm fine.. it's not something new for me. Stay by my side, I'll support you for everything.. Keep me by your side, hug me when I need, Kiss me when I want, that's all I need in exchange.. Don't push me away, I'll be empty without you." Ujar Mimi dengan suara lembut.
Lucas meraih tangan Mimi di wajahnya, mendekapnya lebih dalam di wajahnya.
"Okay, now enough with a serious chit chat.. Sepertinya aku mulai mengantuk lagi." Ujar Mimi yang membuat Lucas menggeram.
"Kau sangat tahu cara merusak moment, miss agent." Jawab Lucas.
"One of my speciality." Ucap Mimi sambil terkekeh.. Lucas kembali menjadi dirinya dengan mata tajam menatapnya.
"How are you..." Terdengar suara lain dari pintu yang membuat Mimi dan Lucas serentak mengalihkan pandangannya kearah pintu.
"Uh oh.. apa aku datang disaat yang tidak tepat?" Lanjut Mr. Sigrath.
"Oh dad, come on." Kata Lucas melihat ayahnya.
"Oke oke, I know.. I'll leave immediately. Oh and get well soon Ms.Huston or my son will freak out again. You should see how is he when you went missing a couple of days ago." Ujar Mr. Sigrath yang membuat Mimi tersenyum.
"Tell me later, Mr. Sigrath. I looking forward to that." Jawab Mimi.
"No you won't. Now leave, dad." Ujar Lucas seperti anak-anak yang ketahuan rahasianya. Mr. Sigrath pergi dengan terkekeh.
"Wow, aku baru tahu kau punya sisi seperti itu, Luc." Ucap Mimi yang mampu membuat telinga Lucas memerah.
"Oh, please forget it." Tukas Lucas.
Terdengar lagi suara ketukan dari pintu.
"Now what?" Kata Lucas menahan geram sedangkan Mimi hanya terkekeh menahan tawanya.
To be Continued..
Jangan Lupa baca story baru ku ya guys..
KAMU SEDANG MEMBACA
Play With Me, Boys.
Любовные романыMimi tak percaya ia akan berada dalam situasi seperti ini. Sulit dipercaya memang, ia sebagai agent rahasia tak bisa melakukan apa-apa ketika berhadapan dengan dua pria ini. Dua pria berbahaya sedang berada di depannya saling menatap tajam seakan s...