Prolog

47.9K 1.6K 21
                                    

Susan mengerjakan tugas bahasa Jepang-nya dengan santai. Itu adalah soal mudah baginya. Apalagi bahasa Inggris dan Jerman. Itu adalah keahliannya.

Kelas 11 Bahasa 3 adalah kelasnya. Katanya sih kelasnya itu adalah markas dari para anak nakal. Walau itu memang benar.

Susan berdiri dan meletakan buku tugasnya ke atas meja Sheva, sang ketua kelas galak yang ada di sebelahnya.

"Lo cepat amat sih, nyontek ya?" Sheva menunjukan puppy eyes miliknya, Susan tersenyum geli dan mengangguk.

"Iya,"

"Lo emang teman terbaik gue." Sheva dengan cepat mengambil buku Susan yang ada di atas meja, namun sayangnya sebuah tangan terlebih dahulu terjulur dari belakang kepala Sheva mengambil buku bergambar Minion milik Susan.

"Verga!" Susan berteriak dengan keras. Cowok bergaya acak-acakan itu malah tertawa.

"Sora sama dengan langit, gakkou sama dengan sekolah, saiko sama dengan keren. Kalo gitu nama gue Vergara Saiko dong. Gue 'kan keren." Verga berucap bangga setelah membaca buku Susan.

"Verga!"

"Apa?" Wajah Verga tampak tanpa dosa sama sekali.

"Kok lo nyebelin banget sih?" Susan berusaha menggapai bukunya, tapi Verga malah berjinjit dan mengangkat tangannya setinggi mungkin.

"Itu nama tengah gue."

"Verga," Susan mulai merengek.

"Oke, gue bakalan kasih asal lo salin semua tugas lo di buku gue." Susan menimang lalu mengangguk. Verga tersenyum menang dan memberikan buku Minion itu ke Susan.

"Tapi dalam mimpi lo!" Susan berkata dengan keras di depan wajah Verga. "Lo kira lo siapa, hah! Lo juga murid, tugas murid itu belajar bukan main basket!"

"Tapi gue mau nya main basket. Dan cepat kerjakan tugas gue!" Sentak Verga dengan suara yang agak meninggi.

"M-a-l-a-s."

"Dasar Susan boneka!"

"Dih, daripada elo kerjaannya main basket doang tiap hari bau keringat. Tiap hari bolos, nilai gitu-gitu aja." Cibir Susan.

"Lo kok nyolot sih?!"

"Lah lo juga ngegas!"

"Sudah! Kalian berdua diam!" Sheva berdiri diantara dua orang yang tidak pernah akur itu, memberhentikan perdebatan diantara dua orang itu.

"Dia yang mulai!" Susan keukeuh.

"Kok gue? Elo kali yang mulai duluan!" Balas Verga tidak terima.

"Udah, nggak ada yang salah dari kalian berdua. Gue yang salah." Sheva mengalah, memang bukan dirinya yang salah, tapi daripada berlanjut lebih panjang lagi lebih baik begini.

"Bener lo yang salah." Verga mengiyakan. "Harusnya elo ikat tuh teman boneka Susan lo supaya nggak mengganggu ketentraman di kelas ini."

Susan mendelik. Dengan sadis memukul kepala Verga dengan buku Minion miliknya. "Daripada elo setan!"

"Daripada elo boneka santet." Susan melotot.

"Kalian berdua kalo jodoh cocok banget kayaknya." Celetuk Rizky, salah satu anak dari perkumpulan lingkaran iblis.

"Gue sama dia?" Verga mendengus. "Tunggu hujan salju di indonesia baru gue bakalan jadi jodoh dia."

"Siapa juga yang mau jadi jodoh lo, tunggu unta beranak beruang baru gue mau sama elo."

Sheva hanya geleng kepala melihat tingkah dua orang itu. Padahal mereka berdua adalah sekretaris satu dan wakil sekretaris, namun keduanya bagai kucing dan tikus. Tidak bisa akur.
. . .

First Publish-21 Agustus 2017

VersusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang