21. Cemburu

8.9K 628 10
                                    

"Ya ampun ini pelajaran gampang banget loh, masa lo nggak bisa sih?" Susan menunjuk soal menggunakan pensil.

"Gue nggak ngerti." Verga menggaruk kepalanya bingung.

"Gue ulang, satu atom C memiliki empat atom H, jadi lo tinggal lihat atom C-nya kurang berapa H supaya bisa jadi empat." Susan menjelaskan. "Kalo udah lo tinggal hitung, ini ada lima atom C, jadi namanya pentana, kalo rangkap dua namanya pentena, kalo rangkap tiga pentuna. Tinggal ganti belakangnya aja. Makanya kalo gitu menjelaskan dengar."

"Gue nggak ngerti kalo guru yang jelaskan." Verga menyengir. "Kalo lo baru gue ngerti."

"Alesan!" Cibir Susan.

Verga hanya menyengir dan melanjutkan tugas yang di berikan Susan. Sedangkan Susan hanya memainkan pensil.

"Udah!" Seru Verga semangat.

"Salah!" Susan menunjuk hasil kerja Verga yang salah.

"Kok salah sih? Perasaan gue kerja bener deh." Gimana Verga sambil menggaruk tengkuknya. "Oh, iya salah." Lanjutnya setelah tau di mana letak kesalahannya.

"Kerjain cepat." Perintah Susan.

"Lo nggak mau kasih gue minum gitu?"

Susan mendengus. "Iya, iya." Susan berdiri, segera menuju dapur untuk membuatkan Verga minum.

Verga hanya tersenyum kecil kemudian melanjutkan pekerjanya.

"Nih. Kalo kurang manis tambah sendiri." Susan kembali duduk, ia juga membawa beberapa camilan. Serta tambahan kacang untuk dirinya.

"Susan," Susan menoleh dengan alis yang naik. "Nama lo lucu deh."

"Lucu ya ketawa." Sinis Susan. "Nama gue itu bagus ya, di pake di film-film. Di Narnia di pake."

"Itu artinya nama lo pasaran." Dengan sadis Susan memukul kepala Verga mengunakan buku paket yang lumayan tebal, membuat cowok itu mengaduh kesakitan.

"Kejam banget lo! Berasa ibu tiri!"

"Bodo amat!" Susan melotot. "Sana pulang lo, males tau nggak lihat muka lo tiap hari!"

Verga tersenyum jahil. "Bilang aja lo naksir sama gue." Verga menaik turunkan alisnya.

Susan berdecak. "Naksir sama elo? Dih, sori gue bukan PHO kayak lo yang suka sama pacar orang."

"Lo mau gue putusin Dien supaya lo bisa suka sama gue? Tapi kok lo tau kalo gue punya pacar?"

Susan memutar bola matanya. "Lo aja nembak di lapangan. Masa gue nggak lihat sih. 'Aku nggak tau sejak kapan perasaan ini muncul. Tapi aku cuma mau bilang, aku sayang sama kamu. Mau jadi pacar aku?', kata-kata lo terlalu puitis."

Verga mengusap dagunya dengan wajah berfikir yang pura-pura, lalu tersenyum jahil ke Susan. "Lo... Cemburu?"

Tiba-tiba detak jantung Susan berpacu cepat, seakan mengiyakan perkataan Verga. Tapi dengan wajah di buat-buat tertawa Susan dapat mengatasinya.

"Cemburu? Sama elo?" Susan terbahak. "Enak aja. Gue itu cuma nggak suka lo rebut pacar orang sembarangan. Lo nggak sadar kalo lo udah buat orang lain patah hati? Buat orang lain sakit hati. Oh, gue lupa lo 'kan enggak punya hati." Susan menekan tiga kata terakhirnya.

Tatapan Verga berubah tajam. "Lo kalo nggak tau apa-apa nggak usah nyolot!" Tukas Verga dengan nada dingin.

Susan kaget akan jawaban Verga. Bahkan dia menatap tidak percaya ke Verga.

Mendengus, Verga segera merapikan semua buku serta peralatannya.

"Makasih buat hari ini." Setelah menggendong tas, Verga berlalu begitu saja.

VersusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang