60. Dia Milikku

11.7K 617 14
                                    

Perjuangan Susan selama tiga tahun untuk membuat nilainya meningkat dan semakin baik di setiap semesternya berbuah baik.

Pada bulan Maret pengumuman jika dia lulus SNMPTN di salah satu universitas terbaik di Indonesia dengan jurusan Teknik Informatika membuat Susan bisa santai sementara waktu.

Sedangkan teman-temannya yang lain masih harus menunggu pengumuman untuk SBMPTN yang mereka lakukan beberapa bulan lalu.

Bulan Mei menjadi akhir masa SMA. Ini sehari setelah hari di mana mereka mendengar kelulusan mereka.

Susan tersenyum, gadis itu menatap seragam SMA miliknya yang berwarna, dia sengaja menggantung seragam sekolahnya itu di lemari. Agar dia ingat perjuangannya selama di sekolah. Setelah ini dia akan menginjak masa yang lebih tinggi.

"Di lihat terus." Susan menoleh, adiknya berjalan masuk dengan segelas susu di tangan. Padahal ini tengah hari.

"Nanti lo juga bakal rasa." Susan kembali menatap seragamnya, gadis itu mengusap seragamnua yang penuh warna. Tangannya berhenti pada warna oranye, warna yang di semprotkan oleh Verga pada bajunya. Meski ada warna yang sama di tempat yang berbeda, Susan ingat betul dimana letak warna pertama di seragamnya itu.

"Mama mau bikin acara kecil katanya." Brian menarik kursi belajar milik Susan, duduk di sana sambil meminum susu cokelatnya. "Gabung sama Kak Sheva."

Susan menutup almarinya. Menatap Brian bingung. "Kok sama Sheva?"

Brian mengangguk. Meminum susunya hingga setengah. "Katanya sih acara kecil aja. Lo juga nggak tau 'kan Kak Verga mau lanjut kemana. Karena kalian sempat buat jarak waktu itu." Brian melipat kedua kakinya di atas kursi.

Susan mengigit bibir bawahnya. "Kok gue nggak tau kalo Mama mau buat acara? Padahal harusnya Mama ngomong sama gue." Susan mengatakan itu tanpa menatap Brian.

Brian memutar bola matanya. "Jangan mengalihkan pembicaraan, Kak." Dia tau benar, Kakaknya mengalihkan pembicaraan dengan sengaja.

Susan membuang muka ke arah lain. "Gue nggak mengalihkan pembicaraan." Susan beralibi. Cewek itu berjalan keluar di ikuti Brian yang berjalan di belakang, masih dengan gelas susu.

Brian berdecak. "Lo nggak bisa bohong dari gue, Kak." Brian berhenti saat langkah sang Kakak berhenti, Susan berbalik. Mencubit gemas kedua pipi Brian hingga cowok itu berteriak.

"Sakit, Kak." Brian mengusap pipinya dengan pungung tangan. "Apa-apa kok sekarang main cubit sih?" Brian menatap kesal Sang Kakak yang tertawa.

Awalnya Susan mendaftar SNMPTN di dua tempat, satu di universitas negeri dalam kota yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal Susan dan satu lagi di USU. Dia di terima di Universitas yang dia inginkan, yaitu yang masih dekat dengan rumahnya, tapi Susan berbohong pada Brian, mengatakan jika dia di terima di Sumatera Utara.

Seharian adiknya itu merengek agar Susan tidak pergi ke sana. Tapi karena peraturan mengatakan jika lulus SNMPTN tidak boleh mengikuti SBMPTM, akhirnya Brian menyerah.

Tapi saat Susan mengatakan jika dia bukan di USU melainkan universitas yang tidak jauh dari rumahnya. Brian yang terus merengek diam.

Susan mengejek adiknya itu, padahal biasanya mereka hanya bertengkar.

"Lo gemesin." Susan tertawa. "Eh, kalo gue di USU aja gimana?"

Wajah Brian berubah datar. Cowok itu menatap tajam Susan. "Lo mau gitu, Kak. Di ingat terus." Brian kesal.

Susan tertawa. "Lo lucu banget sih waktu itu."

Brian cemberut, membuat Susan mencubit gemas pipi sang adik. "Gemes gue." Brian menepis pelan tangan Susan, pipinya terasa sakit.

VersusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang