12. Cantik

10.7K 698 1
                                    

Setelah beberapa hari di rumah, Susan kembali ke sekolah. Walau Mamanya bilang seharusnya belum boleh ke sekolah, namanya juga Susan pasti cewek itu akan keukeuh dengan apa yang diucapkannya.

Tapi dengan syarat Mamanya yang mengantar ke sekolah. Dan Susan harus memakai jaket tebal, jangan kelelahan dan membela bekal. Tapi yang terakhir Susan menolak, alasannya karena ia membawa kacang almond yang kemarin diberikan Verga. Dan itu sudah cukup. Jeni mengiyakan tapi Susan harus tetap makan. Saking niatnya Mamanya itu sampai menelfon Verga agar memperhatikan jika dirinya akan makan.

"Jangan kecapean." Jeni mencium puncak kepala Susan.

Susan mengangguk. "Bye, Dek." Brian hanya mengangkat satu tangannya.

Rasanya sudah sangat lama tidak Susan tidak menginjak kaki ke koridor sekolah. Di kelasnya belum banyak anak yang masuk, baru beberapa.

Susan meletakan tasnya di kursi, Susan mengeluarkan kacang almond yang sudah di buatnya di dalam kotak kecil. Mengambil beberapa, Susan meletakan kotak berisi kacang itu di laci meja.

Susan memakan kacang almond ini dengan tenang, senandung kecil terdengar dari bibirnya. Ia memang sedang menyukai sebuah lagu, memang sudah lumayan lama. Jujur Susan memang orang yang kudet, ia akan telat mengetahui sesuatu. Termasuk lagu.

Lagu Treat you better dari Shawn Mendes mengalun dari earphone yang ia pakai.

Susan tersentak saat kacang yang ada di tangannya di ambil dari belakang.

"Serius amat makan kacangnya, sampe gue di kacangin." Verga memasukan kacang almond itu ke dalam mulutnya.

"Gue nggak tau kalo lo udah datang."

"Terlau serius sih lo." Verga mengacak pelan rambut Susan. "Nanti ke rumah gue, kita latihan lagi." Verga duduk di kursi yang ada di depan meja Susan. Duduk dengan menghadap ke Susan.

Susan hanya mengangguk.

"Kacang lo udah habis semua?"

Susan menggeleng. "Mama gue simpan, padahal gue pengen banget makan. Gue cuma boleh makan sedikit." Susan memanyunkan bibirnya.

Verga tertawa pelan. "Lo udah kebanyakan makan kacang. Pasti cacing yang ada di perut lo ngeluh karena lo selalu makan kacang."

"Emang ada cacing di dalam perut gue?" Susan memegang perutnya.

"Ada, cacing planaria."

"Itu adanya di daging sapi." Susan memutar bola matanya.

"Bicarain apaan nih? Asik bener. Eh, ada Susan. Udah sehat?" Rizky menyengir.

"Udah," Susan tersenyum.

Tiba-tiba Sheva datang dengan wajah tertekuk.

"Napa lo?" Sepertinya Sheva sedang dalam keadaan tidak stabil karena menatap Verga super tajam, hingga cowok itu agak takut.

"Lo kenapa?"

"Huaaa, Susan." Susan kaget karena Sheva tiba-tiba memeluknya.

"Lo kenapa?"

"Susan," Susan mengusap punggung Sheva. Susan juga merasakan bahunya basah. Apa Sheva menangis?

"Lo kenapa?" Susan bertanya tentunya setelah Sheva tenang. Cewek itu duduk di kursinya.

"Mama gue..." Sheva sesegukan.

"Tante Ava kenapa?" Susan memegang tangan Sheva.

"Mama, mau nikah lagi." Susan memeluk Sheva lagi. Setahunya Mama Sheva itu adalah single parent, Ayah Sheva sudah berkeluarga lagi. Mereka bercerai saat Sheva masih sangat kecil, dan mulai saat itu Sheva besar tanpa kehadiran seorang Ayah.

VersusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang