6. Menyebalkan

11.7K 856 1
                                    

Setelah tadi malam mewawancarai Verga, pagi ini Susan berniat mewawancarai salah satu ketua eskul lain. Yang telah Susan tetapkan, yaitu Bara Putra ketua dari eskul paskibraka. Eskul yang sama dengan Sheva.

Bel istirahat akan berbunyi 15 menit lagi, terasa sangat lama karena mereka di minta untuk mengerjakan soal. Tentunya Susan sudah selesai mengerjakannya.

"Lo udah? Lihat dong." Sheva yang nampak sangat kesulitan mengerjakan soal bertanya, dari samping Susan dapat melihat jelas kerutan hasil perjuangan otak yang ada di dahi Sheva.

"Susan di lawan." Sheva dengan senang hati menerima buku Susan, menyalin jawaban ke bukunya dengan kecepatan kilat.

Kring!

"Va, ntar kumpulan punya gue juga ya, gue ada urusan." Sheva hanya mengangguk, masih sibuk mencatat.

Susan mengambil buku yang ada di lacinya, semalam dia sudah membuat pertanyaan yang cocok untuk di tanyakan. Tentunya pertanyaan itu tidak jauh beda dengan yang Susan tanyakan ke Verga.

"Ver, ayo." Verga yang tadinya sedang tertawa bersama Rizky dan beberapa anak kelas berhenti.

"Ngapain?" Tanya Verga bingung.

Mendengus kesal, Susan berjalan menjauh dari Verga. Sepertinya cowok itu lupa jika dia mempunyai janji dengannya. Tanpa Verga dia juga bisa.

"Ngambek nih?" Cowok berambut messy itu mensejajarkan langkahnya dengan Susan.

Malas menoleh Susan hanya diam menatap lurus. Menganggap yang berbicara hanya angin.

Verga terkekeh geli. "Gue nggak lupa, tenang aja gue bantu kok."

"Hm." Jawab Susan dengan nada malas, sudah terlanjur kesal dengan sikap Verga.

"Lo mau kemana?" Verga menahan tangan Susan.

"Ke kelasnya Kak Bara lah."

"Dia nggak ada di kelasnya, pasti ada di ruang Osis atau nggak di kantin." Verga menarik tangan Susan agar mengikutinya. Sampai di kantin Verga mengedarkan pandangannya, hingga terhenti di salah satu meja yang ada di bagian tengah kantin. Ada tiga orang disana.

Verga kembali menarik tangan Susan, agak kasar.

"Verga ih! Sakit tau." Susan mengusap-usap tangannya yang agak memerah karena cengkeraman Verga.

"Bodo," Verga mengendikan bahunya.

"Ngapain lo?" Fajar bertanya dengan nada tidak suka.

"Selow, gue ke sini cuma temani dia doang. Katanya mau mau wawancara." Verga tanpa permisi duduk, dan tanpa dosa mengambil minuman milik Bara yang masih utuh lalu meminumnya hingga tersisa setengah.

"Lo mau wawancara siapa?" Febrian bertanya, masih dengan wajah datar tidak berekspresinya.

"K-kak Bara." Bara yang tadinya hanya menatap tajam Verga menoleh ke Susan yang memilin jarinya yang ada di atas meja.

"Lo mau wawancara gue?"

"I-iya Kak."

"Nggak udah kaku gitu, dia juga orang kali." Kata Verga santai, kata-kata yang dihadiahi tatapan menusuk dari tiga orang sekaligus.

"Mulai wawancaranya." Bara duduk dengan tegak.

Susan mulai membuka bukunya.

"Kenapa Kakak masuk paskibraka?"

"Karena itu cita-cita gue waktu kecil, yaitu pengen jadi paskibraka."

"Apa saja kesulitan yang sering dialami pada eskul paskibraka?"

VersusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang