5. Hah?

12.6K 879 5
                                    

Susan mengenakan hoddie berwarna kuning pucat. Flatshoes ungu serta tas kecil berwarna putih yang sudah berada di punggungnya.

"Ma, aku berangkat!" Teriak Susan, menyambar kunci motor yang ada di atas meja.

Motor matic berwarna putih itu di keluarkan dari garasi, memang Susan jarang memakai motor ke sekolah. Namun bukan berarti tidak bisa, hanya sesekali. Atau hanya saat pergi eskul. Agar tidak merepotkan Mamanya.

Setelah mengenakan helm, Susan menyalakan motornya melajukan dengan kecepatan sedang.

Sepanjang perjalanan Susan menggumamkan lirik lagu yang sedang disukainya sekarang. Parkiran sekolah sangat lenggang karena tidak semua anak mengikuti eskul, atau mengikuti namun dengan hari yang berbeda.

Susan merapikan rambutnya setelah melepas helm miliknya. Lapangan nampak sepi karena eskul yang menggunakan lapangan biasanya eskul pada hari selasa. Termasuk basket. Kenapa dirinya mengingat tentang basket sekarang?

Susan menggeleng.

"Hai, Susan," Rizky menyapa. Tangannya sedang sibuk mengikat baju putih bersih miliknya, baju karate.

"Hai, juga Ky. Mau latihan ya?"

Rizky mengangguk. "Iya," jawabnya. "Teman lo mana?"

"Teman yang mana?" Tanya Susan balik.

"Sheva,"

"Oh, dia anak paskib. Besok baru latihan. Kenapa?"

Rizky menggaruk tengkuknya. "Cuma tanya aja kok. Gue ke lapangan dulu." Katanya agak gugup. Dengan langkah cepat pergi menuju lapangan yang mulai ramai oleh anak karate.

Susan tersenyum. Sepertinya Rizky merasa bersalah karena kata-katanya kemarin ke Sheva.

Ruang jurnalis sudah lumayan ramai. Susan memutuskan duduk di samping Aga. Salah satu anak yang tidak jauh beda kelakuannya dengan Verga tapi dia tidak PHO.

"Hai, Susan." Susan hanya tersenyum menanggapi Aga.

"Yah cuma di senyum doang." Sindirnya.

"Apa sih, Ga?"

"Enggak." Cowok itu mengeluarkan ponselnya. Bermain game.

Tidak lama Febrian sapa saja begitu masuk, ketua eskul Jurnalis. Dari tampang sih ganteng, banget. Putih lagi. Tapi sayang player. Susan tau, tidak ada yang sempurna, hanya Tuhan yang memilki kesempurnaan. Tapi kenapa selalu jika ganteng pasti player, jarang sekali yang ganteng tapi biasa saja. Pacar satu.

"Selamat sore semua."

"Sore."

"Oke, hari ini gue cuma mau kasih kalian tugas. Mudah, hanya gue minta kalian mewawancarai salah satu ketua eskul dari masing-masing eskul minimal dua. Misal kalian minta kapten basket putra sama putri itu sudah dua. Intinya kalian mewawancarai pemimpin dari sesuatu. Mengerti?"

"Mengerti."

"Baik, saya beri waktu sampai pertemuan minggu depan." Ucap Febrian. "Tapi lebih cepat lebih baik, jika bisa kalian kumpulkan sore ini juga."

"Lo mau kumpul kapan?" Tanya Susan.

"Pertemuan minggu depan. Nggak ada Verga sih." Jawab Aga.

"Verga?"

Aga bergumam. "Dia 'kan kapten basket."

"Hah? Dia kapten?!" Susan memekik keras hingga beberapa anak yang baru saja berniat keluar menoleh ke arahnya. Bahkan Febrian melirik ke arahnya.

Setelah mengucapkan maaf, lalu kembali menatap Aga.

"Gue kok kayak nggak percaya, ya?"

Aga membuat kombinasi, berdecak dan memutar bola matanya. "Lo pada nggak dekat di kelas sih makanya nggak tau. Lo tanya aja. Atau tunggu pertemuan berikutnya, basket juga harinya sama."

VersusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang