53. Sadar

7.9K 581 14
                                    

Setelah malam itu, Verga semakin diam. Bahkan semakin jarang berkumpul bersama keluarganya.

Hari ini minggu, dan Verga hanya diam di dalam kamarnya. Setelah beberapa jam berbincang dengan sang Mama yang kini tinggal berpisah darinya.

Pintu kamarnya terbuka, Sheva di sana bersama Laura. Gadis kecil yang telah menjadi adik tiri Verga.

"Lo kenapa, dah?" Sheva membawa Laura duduk di atas kasur Verga, cowok itu masih pada posisinya.

Verga menenggelamkan wajahnya pada bantal. Dengan kedua tangan menutup telinga.

"Kak Verga." Laura menarik tangan Verga yang menutupi kedua telinga cowok itu. Verga melirik, tersenyum dan mengusap rambut gadis kecil itu. "Laura ketemu ini di kolam." Laura memberikan sebuah buku. Buku yang Verga buang ke dalam kolam seminggu lalu, tetapi Sheva belum mengembalikan karena masih berusaha untuk mengeringkan isi novel yang telah basah semua itu. Namun gagal.

"Nggak bisa di selamatkan, bukunya udah keburu basah semua. Padahal," Sheva menggantungkan ucapannya. "Ada sesuatu di sana. Lo bakal nyesal seumur hidup karena nggak baca novel itu."

Laura menepuk pungung Verga. "Kakak Verga baca!"

Verga mengambil novel itu, dan ia baru sadar akan sesuatu. Tulisan yang hampir pudar yang berada di bagian atas novel bertuliskan 'Susan Violin' dengan huruf yang tidak lagi jelas.

Verga merubah posisinya menjadi duduk, matanya menatap Sheva. "Siapa yang tulis novel ini?"

Sheva tersenyum, dia menarik Laura dan mengajak gadis kecil itu untuk bermain di luar. "Cari tau aja sendiri." Sheva berjalan keluar.

Verga terdiam, apa ia salah baca? Atau karena novel ini berasal dari Susan membuat ia berhalusinasi?

"tapi gue harap lo baca. Karena novel ini, gue yang tulis. Hasil dari apa yang gue rasakan."

Verga tiba-tiba teringat ucapan Susan, ucapan yang telah lewat seminggu. Gadis itu yang menulis cerita ini? Sungguh?

Verga beranjak, meraih ponselnya yang ia letakan di atas meja belajar. Dengan cepat mengetikan nama Susan Violin pada mesin pencari. 

Banyak artikel, tetapi Verga membuka gambar untuk situs yang ia cari. Ada berbagai macam foto. Verga menekan sebuah foto, gambar sampul dari novel yang tak terbentuk lagi padanya.

Susan Violin

Versus

Dia, selalu saja dia

Verga menatap gambar itu. Verga mencari gambar lain, dia membuka beberapa gambar hingga berhenti pada sebuah gambar yang dari seseorang yang familiar.

Verga menekan gambar tersebut. Foto Susan yang sedang menandatangai novel, lalu ada pula Susan yang tersenyum sambil memegang sebuah novel, lalu ada pula Susan yang berfoto bersama beberapa orang yang memegang novel.

Verga tak sengaja menekan sebuah foto. Foto dengan kata-kata yang berasal dari novel tersebut.

Untuk Vergaran

Padamu, yang datang. Yang membuatku tersenyum saat dunia tidak tersenyum padaku.

Padamu, yang memberikan harapan namun singgah hanya sebentar.

Padamu, yang menghancurkan dinding pertahanan yang ku buat selama ini.

Padamu, yang menggenggam tanganku erat bagai tidak akan pernah terlepas. Walau nyatanya kau pergi, melepaskan genggaman mu padaku. Berpaling, tanpa peduli rasa ku. Tanpa peduli Hatiku, tanpa peduli perih yang ku rasa.

VersusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang