18. Secret Garden, Eh?

9.1K 675 4
                                    

Susan dan Verga duduk di teras belakang rumah Verga.

"Ver, lo kenapa sih suka rusak hubungan orang? Nggak takut karma atau apa gitu?" Sejujurnya mulut Susan sudah sangat gatal ingin bertanya, bahkan sejak pertama mereka jadi lumayan dekat.

Verga menoleh. Tersenyum kecil. "Belum waktunya lo tau."

"Kenapa?" Susan tidak bisa menahan mulutnya untuk bertanya.

"Lo belum punya hak buat itu." Susan sedikit kecewa dengan jawaban Verga. Tapi itu benar, ia memang tidak memiliki hak untuk tau semua itu.

"Gue balik aja, ini udah jam 1 juga. Brian paling udah ada di rumah." Susan berdiri. Verga juga ikut berdiri.

"Jangan dengerin kata Zara." Verga menatap Susan. "Lo nggak ada hubungannya dengan gue, sama sekali. Jadi nggak udah pedulikan apa kata orang."

Susan mengangguk. "Tenang aja. Gue nggak bakal peduli kok. Kita juga dekat karena Bu Eka."

"Gue antar." Susan menggeleng.

"Buat apa? Rumah dekat aja kok." Susan mengambil tasnya yang ada di atas meja. "Gue balik. Salam buat Mama lo."

Verga mengantarkan Susan hingga ke gerbang. Ia hanya memperhatikan cewek itu dari gerbang rumahnya. Memperhatikan dari jauh, hingga cewek itu masuk ke dalam rumahnya baru Verga masuk ke dalam.

***

"Kak, Mama kemana?" Brian yang tampaknya baru selesai mandi bertanya.

"Nggak tau. Gue aja baru nyampe." Susan berjalan ke dapur. "Ini ada note." Susan mengambil note berwarna kuning yang tertempel di pintu kulkas.

"Apa isinya?" Brian mendekat ke Susan.

"Mama nggak pulang sampe malam. Katanya ada seminar." Susan bisa memaklumi itu, Mamanya memang bukan hanya seorang ibu rumah tangga tapi juga dokter di salah satu rumah sakit. Tidak jarang juga mengikuti seminar, bahkan pernah sampai berhari-hari.

"Kak, lapar." Brian mengusap perutnya. "Tadi nggak istirahat karena ngerjain tugas."

"Mi aja, ya?" Brian mengangguk. Walau kadang ia gemas pada Kakaknya, tapi ia tau Kakaknya itu tidak pernah menolak apa yang ia minta. Walapun ia sering nakal pada Kakaknya itu.

Susan mengambil dua bungkus mi goreng yang memang selalu di siapkan oleh Mamanya. Karena Mamanya tidak jarang lupa memasak saking sibuknya.

Setelah air mendidih Susan memasukan mi setelah menunggu beberapa menit ia mengangkat mi dan meniriskannya.

"Nih." Susan memberikan mi goreng yang sudah siap makan itu ke Brian. Dengan binar Adiknya itu menerimanya.

Susan juga memasak untuk dirinya, ia ingat hanya sempat memakan mi gorengnya di sekolah tidak sampai lima suap. Apalagi di rumah Verga ia meminum minuman dingin.

"Kak, masa ya kemarin gue lihat Kak Sheva sama Tante Ava jalan sama laki-laki, udah tua sih kayaknya. Seumuran sama Tante Ava. Terus kayak mesra gitu."

Susan menyirngit, apa mungkin itu adalah Papa baru Sheva?

"Mungkin itu calon, katanya sih Tante Ava memang mau nikah lagi." Susan mengendikan bahunya.

"Mungkin." Brian memberikan jeda. "Jalan-jalan yuk, Kak. Bosan di rumah."

Susan menoleh. "Kemana?"

"Ke mana kek, ke siapa kek."

"Elo aja maunya kemana, gue ngikut." Brian mengangguk.

"Harus, ya?" Susan hanya mengangguk.

***

VersusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang