59. Putih dan Abu-abu

7.9K 552 9
                                    

Masa putih abu-abu adalah masa yang paling indah, itu kata kebanyakan orang. Masa untuk mencari jati diri dan masa di saat tau tentang cinta, benci dan segala hal yang baru.

Mengecap indahnya masa SMA, masa yang tidak akan di lupakan. Masa transisi dari anak kecil yang hanya tau belajar, bermain dan belum mengenal dunia luas. Di masa SMA semua bagai terjalin semua.

Masa akhir. Kelas 12, yang telah merasakan masa belajar selama 12 tahun. Masa yang di akhiri dengan aksi coret-coret seragam dan saling mengucapkan perpisahan.

Masa depan Tuhan yang mengatur, tapi manusia lah yang menjalankan. Membawa ke jalan yang di inginkan, yang di kehendaki.

Ada yang ingin bekerja setelah lulus SMA, ada yang ingin mengambil Ikatan Dinas di berbagai daerah, ada pula yang ingin mengejar cita-cita untuk berkuliah di universitas yang mereka idamkan.

Setelah melewati USBN, dan UNBK, setelah di gantung lebih dari sebulan. Akhirnya, pengumuman itu datang.

Tanda kelulusan.

Tanda bebas.

Susan, menatap namanya yang berada di mading. Sengaja di tempel untuk memberitahukan daftar murid yang lulus dari SMA Sakti Bangsa. Seratus persen murid kelas 12 di kelas itu lulus.

"Lulus!" Sheva memeluk Susan erat, tentunya di balas tidak kalah erat oleh Susan. "Kita lulus!" Sheva berteriak. Begitu juga murid lainnya yang merayakan kelulusan mereka dengan meriah.

Susan mengusap air matanya yang tiba-tiba mengalir, rasa senang, dan haru menyatu. "Kita lulus.."

Sheva ikut menangis saat Susan menangis, keduanya kembali berpelukan.

Masa SMA yang telah berakhir, kenangan tiga tahun bersama teman-teman seperjuangan. Kenangan yang tidak akan di hilangkan, kenangan putih abu-abu yang sangat berarti.

"Jangan nangis dong, ini hari bahagia." Sheva mengusap air matanya. "Kita ke Rizky, yuk."

Sheva menarik tangan Susan menuju Rizky yang sedang mencoret-coret dan menyemprotkan piloks segala macam warna ke baju teman-temannya.

"Lulus, kan?" Rizky tersenyum ke arah Sheva. "Aku udah bilang." Rizky menepuk kepala Sheva.

Sheva menyengir. "Karena kamu juga."

Rizky tersenyum iseng, dengan sengaja menyemprotkan piloks berwarna hijau neon pada baju Sheva. Membuat gadis itu berteriak, dengan kesal mengejar Rizky yang berlari menghindar dari Rizky.

"Aduh!"

Sesuatu menabrak Susan hingga gadis itu hampir jatuh, berbalik dan ingin marah, namun kata-kata gadis itu tertahan di ujung lidah.

"Maaf." Verga yang tidak sadar jika Susan lah yang dia tabrak meminta maaf dengan kepala menunduk. Tapi saat mengangkat kepala, cowok itu tertegun.

Susan tersenyum kaku, mengulurkan tangannya. "Selamat, lo pasti lulus."

Verga menatap tangan Susan, perlahan meraih tangan itu. "Lo juga."

Susan menarik tangannya, begitu juga Verga. Pertemuan terakhir keduanya adalah saat Verga memberikan boneka kura-kura pada Susan. Setelahnya mereka fokus pada ujian.

Lalu hari ini mereka bertemu, tentu saja ada rasa canggung. Padahal masing-masing ingin mengatakan sesuatu. Tetapi tidak berani.

Verga menggaruk tengkuknya, merasa gugup.

"Rambut lo berwarna." Verga menatap Susan yang menunjuk rambutnya yang sempat terkena piloks yang mengakibatkan rambutnya berwarna hijau dan oranye.

VersusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang