Pagi ini Susan dan Sheva, serta Brian dan Rizky berencana untuk berkeliling. Berhubung juga cuaca mendukung untuk berjalan-jalan.
Susan memakai jins sedikit di atas lutut, lalu baju one piece putih yang jatuh menutupi celana pendeknya. Tidak berbeda dengan Susan, Sheva memakai pakaian bermodel sama hanya saja milik Sheva memiliki gambar bunga di setiap sisinya.
Susan memakai topi jerami, begitu juga Sheva. Keduanya tertawa melihat cara mereka berpakaian yang mirip. Tidak lupa mereka berswafoto sebelum keluar dari kamar.
Di lobi sudah berkumpul semua orang yang ingin berjalan-jalan, bahkan Verga dan Lona ada di sana.
Susan melirik Verga, tidak sengaja pandangan keduanya bertemu tapi Verga cepat-cepat memutuskan kontak mata mereka.
"Lama banget." Brian mencibir, mengundang delikan dan cubitan kesal dari Susan.
"Durhaka lo!" Susan mendengus. "Ayo, keburu siang." Susan menarik tangan Brian, sedangkan Rizky dan Sheva berjalan dengan tangan saling menggenggam.
Brian berjalan pelan, sementara Kakaknya terlihat sangat bersemangat berjalan di depannya dan tidak melepaskan tangannya. "Nggak usah lebay deh, Kak." Brian memutar bola matanya.
Susan mendelik, memelankan langkahnya agar langkah mereka sama. "Gue nggak lebay, cuma senang aja. Dari kemarin gue mau jalan-jalan!"
Brian memutar bola matanya. "Lo mau beli apa, sih?"
Susan mengangkat bahu. "Kalo ada yang cocok, ya beli. Sekalian oleh-oleh."
"Lo kayak nggak pernah di belikan oleh-oleh dari Bali aja, Papa sering kali belikan elo." Brian menatap pinggiran pantai yang terlihat lumayan ramai.
"Beda, kali ini lihat langsung. Dan gue bisa pilih sesuai selera gue." Susan kembali bersemangat, gadis itu menarik tangan Brian ke salah satu penjual aksesoris.
Susan tersenyum kikuk, ia tidak tau jika Verga dan Lona ada di tempat yang sama. Brian yang merasakan kecanggungan menarik Kakaknya ke salah satu aksesoris.
"Ini aja, Mama 'kan suka sanggul-sanggul rambut." Brian menunjuk sebuah tusuk konde. "Atau lo belikan Mama baju aja deh, Kak."
Susan mengambil tusuk konde yang di maksud Brian. "Cantik. Beli deh."
"Hai," Susan menoleh, tersenyum ke arah Lona yang menyapanya. Susan melirik Verga yang menggendong anak kecil berbaju biru bergambar mobil.
"Hai." Susan memberikan tusuk konde yang ingin dia berikan pada sang Mama pada penjual. "Pacarnya Verga?"
Verga seketika menoleh mendengar pertanyaan Susan. Cowok itu menatap Susan dengan pandangan tidak terbaca.
Lona tertawa. "Gue Nedilona, panggil Lona aja."Susan tersenyum, membalas uluran tangan Lona. "Susan."
Lona mengangguk. "Bukan pacar kok."
Susan manggut-maggut. "Cocok tapi."
Lona kembali tertawa, cewek itu terlihat luwes dan mudah bergaul. "Kita harus bicara lagi."
Susan mengangkat bahu. "Gue nggak menolak di ajak komunikasi."
"Okay," Lona menganggukan kepalanya. "Gue lanjut dulu, mau cari ke tempat lain."
Susan mengangguk. Mata Susan terus saja menatap pungung Verga dan Lona yang menjauh.
"Nggak usah di lihat terus napa." Sheva menepuk bahu Susan. "Kalo memang jodoh pasti nggak bakal pergi."
Susan mengangguk malas. "Ayo, gue mau cari baju."
***
"Caranya? Lo kira Verga mau begitu aja bicara sama gue?" Susan menatap Bara, Febrian dan Fajar dengan kesal. "Dia aja nggak mau lihat gue." Susan menunjuk Verga dan Lona yang bermain di pinggir pantai, sedangkan keempatnya duduk di sebuah kafe yang tidak jauh dari tempat Verga dan Lona.
"Tapi itu satu-satunya cara, kalo ada Verga pasti nggak bakal bisa. Satu-satunya cara adalah dengan menjauhkan Verga dari Lona." Bara menghela nafas pelan. "Katanya lo mau bantu kita."
Susan mengacak rambutnya frustasi. "Fine!" Gadis itu menyerah. Berdebat tidak akan menyelesaikan masalah. "Gue bakal ajak Verga, paling lama satu jam. Bicarakan baik-baik, ingat? Itu juga kalo berhasil." Ketiga cowok itu mengangguk.
Brian, Rizky dan Sheva sudah kembali ke hotel, katanya kelelahan. Dan Susan di sini terjebak dengan janji yang ia ucapkan.
***
Susan berjalan menuju pinggir pantai, Verga dan Lona yang sedang bermain air berhenti dan menoleh ke arah Susan yang tersenyum. Gadis itu mendekat.
"Kelihatan asik." Susan mendekat ke arah Lona. "Oh iya, gue baru ingat gue pernah lihat lo di acara pernikahan Tante Ava."
Lona terkekeh pelan. "Gue di undang sama Verga."
Susan mengangguk beberapa kali, melirik Verga yang terlihat menatap ke arah laut. Sedikit kecewa, Susan kembali menatap Lona.
"Anak kecil yang biasa sama lo mana? Waktu itu juga ada." Susan berpura-pura mencari keberadaan anak yang tentu saja Susan tau siapa.
"Sama pengasuh."
"Adik lo? Atau keponakan?" Susan menyelipkan rambut ke belakang telinganya.
"Anak gue." Susan menoleh, berpura-pura kaget.
"Anak? Maaf gue nggak tau." Susan menatap Lona penuh rasa bersalah. Sebenarnya ia sudah tau, sebelum membantu ketiga Kakak kelasnya itu, tentu saja Susan harus tau apa alasan mereka meminta bantuan Susan.
Lona tertawa pelan. "Nggak masalah. Gue senang kok dia hadir di dunia ini, buat hidup gue semakin berwarna."Susan manggut-manggut. "Sepertinya menyenangkan."
Lona tersenyum, matanya menerawang menatap laut. "Awalnya gue nggak terima, tapi lama kelamaan gue merasa lebih baik ikhlas."
Susan mengangkat tangannya. "Gue nggak mau tanya lebih jauh, kita baru kenal. Bisa aja gue sebarin berita miring tentang lo."
Lona tertawa. "Gue percaya sama lo kok." Susan tersenyum. "Lo kenal Verga darimana?"
Verga yang merasa namanya di sebut sedikit menoleh.
Susan terkekeh. "Nggak lebih dari teman sekelas yang saling sapa kalo ada perlunya aja." Susan memaksa senyum.
Lona mengangguk. "Kirain sahabat gitu, habisnya Sheva pernah cerita tentang elo. Katanya Verga bantu elo supaya nilai praktek lo bagus dan lo bantu Verga supaya nilai sikapnya baik."
Susan mengangguk. "Iya, tapi udah lama. Ulangan juga udah selesai, jadi nggak ada hubungan apapun," Susan mengangkat bahu acuh. "Ngomong-ngomong kalian cocok."
Lona tertawa. "Tuh dengar." Lona menyenggol bahu Verga, cowok itu diam. Matanya menatap Susan tajam.
"Hai," Susan menoleh, begitu juga Verga dan Lona. "Boleh gabung?"
. . .
![](https://img.wattpad.com/cover/117846069-288-k393688.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Versus
Teen Fiction"Vergara Saketa Rigelo, anak paling nakal, tukang bolos, player, dan yang terpenting Raja PHO!" "Wow," Verga berdecak kagum. "Lo hapal semua kelakuan gue, ternyata diam-diam elo stalker semua yang gue lakuin." Versus ©2017 ...