"Permisi sebentar.." ucapku sambil berdiri dari dudukku. Ketika aku mau melangkah pergi, sejenak mataku bertemu pandang dengan matanya dan dari sana aku dapat melihat ketidaksukaan dan keingintahuan. Tanpa memperdulikan hal itu, aku menggeser tombol hijau dan menempelkan hp ketelinga.
"Iya boy??" ucapku setelah tersambung sambil berjalan menjauhi meja makan menuju halaman belakang
"Assalamualaikum.." sapa suara diseberang
"Heheheh.. waalaikumsalam.." jawabku sambil cengengesan
"Ketawa mulu.. besok jadi gak??" tanyanya saat aku sudah duduk di bangku yang ada ditaman belakang
"Jadi dong... pada ikut kan?" tanyaku lagi
"Yap.. Ikun sama Pongki malam ini tiba di Jakarta.. jadi besok kita jemput mereka ke hotel ya.. kebetulan hotel mereka sama jadi gampang jemputnya.. oh iyaa.. jemput gue juga yaa.." jawabnya
"Lah?? Kenapa gue yang jemput.. kenapa gak lu aja boy??" tanyaku protes
"Ogah ahh.. lagian mobil lu muat ini kan.. kalau gue mau naik apaan?? Motor?? Bawa motor aja gue gak bisa.." jawabnya dengan nada kesal.
"Hahahaha.. oh iyaa gue lupa.. Hahahaha.." aku pun tertawa dengan jawabannya
"Ketawa aja teruss.. besok pagi pokoknya udah ada didepan rumah gue aja.. awas telat.. macet ntar.." ancamnya yang semakin membuatku tersenyum lebar
"Siap bos.." ucapku sebelum akhirnya memutus sambungan
"Siapa yang nelpon?" tanya sebuah suara dari belakangku yang membuatku terlonjak kaget
"Astagfirullah.." ucapku spontan
"Siapa yang nelpon??" tanyanya lagi saat aku sudah duduk disebelahku. Reflek aku bergeser menjauhinya sedikit
"Teman.." jawabku sekenanya
"Senang banget kayaknya.." ucapnya sedikit menyindir
"Iyalah.. teman lama soalnya..." jawabku spontan
"Owh.." hanya itu kata yang terucap sebelum akhirnya hening kembali
"Hoaammm.." tanpa bisa dicegah aku pun menguap tanda mengantuk
"Sepertinya sudah cukup larut.. aku pulang dulu yaa... oh iya jangan lupa besok jam 9 aku jemput.. kita ke wedding fair sama-sama.." ucapnya sambil berdiri dan berjalan kedalam rumah
Seperti kebiasaanku, aku berjalan dibelakangnya mengantarnya kedepan. Selama perjalanan dari halaman belakang ke pintu depan yang tidak seberapa itu, aku sudah menguap beberapa kali. Sepertinya aku memang cukup mengantuk.
"Tidurlah.. mimpi indah.." ucapnya sambil mengelus kepalaku lembut sebelum akhirnya dia menaiki mobilnya dan menghilang dibelokan jalan
"Airin?? Masuk yuk.. angin malam gak baik.." aku sama sekali tidak menduga dengan tindakannya barusan sehingga membuatku terpaku ditempat. Jika saja bunda tidak memanggil, mungkin saja aku masih terpaku diteras.
"Iya bun.." balasku sambil mempercepat langkah memasuki rumah
"Bunda... besok aku izin keluar kota ya.." ucapku meminta izin ketika menemui bunda yang sedang duduk di depan tv
"Mau kemana?? Sama siapa??" pertanyaan andalan Bunda
"Mau ke Puncak.. sama Deby,Rezka, dan Ivon.. kebetulan Rezka dan Ivon lagi di Jakarta.. mereka lagi ada pengerjaan proyek disini.. jadi kebetulan juga besok dan lusa Airin dan Deby libur.. jadi kami merencanakan kegiatan jalan-jalan ini bun.." jelasku
"Kok 2 hari?? Malamnya tidur dimana?" tanya bunda dengan nada khawatir
"Rezka punya cottage di Puncak bun.. jadi kami mau 'ngerusuh' disana.." jawabku dengan senyuman
"Yaudah.. hati-hati ya.. besok jam berapa perginya??" tanya bunda lagi
"Jam 7 udah ditempat Deby, bun.. jadi dari rumah sekitar jam 6.." jawabku lagi
"Yaudah.. tidur gih.. mata kamu udah merah.. besok berangkat pagi kan??" ucap bunda
"Iya.. Airin tidur dulu ya bun.." ucapku kemudian memeluk bunda sebelum akhirnya berjalan menuju kamarku
Sesampainya dikamar aku segera merebahkan badanku kekasur dan memeluk teddy bearku. Sebelum tertidur, aku melaksanakan kewajibanku sebagai seorang hamba, barulah akhirnya aku teridur.
つづく
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wedding Blues (END)
Romantik"apakah dia akan menjadi cinta sejati sekaligus suamiku?" adalah apa yang aku pikirkan setelah menerima lamaran dadakannya malam itu, tapi semakin ku pikirkan semakin aku menjadi takut akan pernikahan. sanggupkah aku menjalani perjalanan menuju kes...