-RIO POV-
"Iya Ma.. Rio udah baikan kok sama Rin.... iyaa Rin baik-baik aja... " jawabku untuk kesekian kalinya menenangkan emosi mama yang naik 2 hari belakangan ini.
"Udah ya ma.. Rio masih ada urusan lagi nih.." ucapku sebelum memutuskan sambungan.
Sepertinya keputusanku yang terburu-buru malam itu tidak berakhir baik. Awalnya aku memang tidak berniat mengajak Kate ke rumah karena tahu akan menyakiti hati Rin, tapi entah kenapa aku masih bimbang dengan perasaanku terhadap Kate yang tiba-tiba muncul kembali di hadapanku. Dia dengan tiba-tiba datang kembali dengan wajah penuh airmata dan sedang berbadan dua. Memang aku sudah tidak mempunyai perasaan apapun padanya tapi aku hanyalah seorang manusia yang mempunyai empati dan simpati. Aku kasihan terhadap keadaan yang dialaminya. Aku membayangkan bagaimana jika Airin mengalami hal yang sama. Maka dari itu aku berbaik hati kembali padanya. Tapi sepertinya banyak yang menentang keputusanku dengan mengatakan aku egois dan tidak berperasaan. Entahlah aku bingung apa yang seharusnya kulakukan saat ini.
Ketika aku berjalan kembali memasuki ruang tengah tempat kami mengobrol tadi aku sudah tidak melihat Airin. Kemana anak itu pergi? Aku masih tidak mengerti apa yang ada di isi kepala anak itu. Semua terasa absurd. Suatu ketika dia bisa sangat senang tapi disuatu ketika dia bisa tiba-tiba murung. Memang semua emosinya terlihat jelas di air wajahnya, tapi aku tetap tidak bisa menebak langkah terbaik untuk mengatasi emosinya yang masih labil. Ya, labil adalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan sikapnya. Aku tahu dia berusaha untuk bersikap dewasa namun disatu sisi aku juga melihat keinginannya untuk bersikap manja. Hanya saja aku tidak tahu apa yang harus kulakukan untuk tetap membuatnya senang.
Ketika aku memutuskan untuk melamarnya malam itu aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk membahagiakannya, hanya saja saat itu aku tidak berpikir akan sesulit ini. Aku tidak pernah melihatnya menangis didepanku, marah, apalagi merajuk. Dia selalu memasang wajah senang penuh senyumnya tersebut. Walaupun aku pernah melihatnya kesal tanpa alasan apapun. Dia beralasan karena kurang tidur. Lalu apa yang menyebabkan dia kurang tidur? Pekerjaannya? Aku selalu bertanya pada Yuli tentang pekerjaannya dan tidak terlalu banyak dan aku juga sudah menyuruh Alex untuk berhenti memberinya pekerjaan tambahan. Lalu apa yang membuat dia restless akhir-akhir ini? Setiap aku bertanya dia selalu menjawab tidak ada, baik-baik saja, atau jawaban sejenisnya. Benar-benar membuatku frustasi. Lalu kemarin malam saat aku membawa Kate kerumah, disatu sisi aku merasa bersalah karena telah menyakiti hatinya, tapi disisi lainpun aku penasaran dengan reaksinya. Memang aku melihat kilatan sakit dimatanya dan itu cukup membuatku merasa bersalah, tapi aku ingin melihatnya menangis dan memintaku untuk menjauhi Kate.
Sekarang aku merasa seperti cinta yang bertepuk sebelah tangan. Aku sangat menyayanginya dan mengagumi auranya, hanya saja aku tidak yakin apakah dia benar-benar menyayangiku seperti aku menyayanginya. Tapi kuakui aku senang melihatnya marah kemarin, walaupun itu berakhir dengan pertengkaran yang tidak kuinginkan. Setidaknya aku yakin dia sudah mulai mempunyai rasa terhadapku. Sekarang aku hanya akan menunggunya untuk mengucapkan kata tersebut.
Akhirnya setelah mengelilingi rumah besar yang kosong ini aku menemukannya di dalam kamarnya sedang tertidur membelakangi pintu. Perlahan aku memasuki kamar tersebut yang sudah sangat kuhapal letak barang-barangnya. Ya kuakui aku sering masuk tanpa izin kedalam kamarnya. Hal itu kulakukan untuk dapat melihat wajah tidurnya yang berantakan itu. Bisa dibilang dia adalah cewek paling aneh yang pernah kutemui. Salah satu hobinya adalah tidur. Kapanpun aku berkunjung kerumahnya aku selalu menemuinya sedang tertidur lelap tanpa bisa diganggu.
Kudekati tempat tidurnya secara perlahan dan mencari posisi duduk yang enak disebelahnya. Walaupun dia aneh dan berantakan saat tidur, tapi wajah tidurnya yang damai tersebut dapat membawa kedamaian tersendiri bagiku. Ahh rasanya ingin sekali cepat-cepat kunikahi dia. Kenapa waktu itu aku setuju untuk diundur jadi 3 bulan sih, kan lebih baik kalau lebih cepat. Cewek ini benar-benar melewati ekspektasiku sejak pertama bertemu. Awalnya aku sedikit penasaran dengan salah satu karyawati di kantor Alex yang selalu terlihat sibuk. Entah apa saja yang dilakukannya sehingga aku melihatnya sangat menarik. Dia sama sekali tidak memperhatikan sekitarnya saat bekerja, benar-benar fokus dan berusaha yang terbaik walaupun aku mendapatinya beberapa kali bersikap ceroboh yang akhirnya terkenal omelan Yuli. Namun dari situlah aku mulai penasaran dan bertanya banyak hal pada Yuli, Putra, bahkan pada Alex yang ku tahu mempunyai ketertarikan yang sama. Pada akhirnya aku tahu siapa namanya dan dimana dia tinggal. Setelah mengetahui beberapa point penting, aku meminta bantuan pada Fahri untuk mencari info tentangnya bahkan info sekecil apapun itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wedding Blues (END)
Romance"apakah dia akan menjadi cinta sejati sekaligus suamiku?" adalah apa yang aku pikirkan setelah menerima lamaran dadakannya malam itu, tapi semakin ku pikirkan semakin aku menjadi takut akan pernikahan. sanggupkah aku menjalani perjalanan menuju kes...