Bab 20

1.7K 68 1
                                    


"Rin... lu kok kayaknya ngantuk banget?? Gak bisa tidur ya??" tanya Qori saat kami menunggu Yuda mengambil mobil.

"Iya nih.. tadi malam gak bisa tidur.." jawabku lemas karena memang tadi malam aku tidak bisa tidur nyenyak

"Kok bisa?? Tumben.. biasanya kalau udah ketemu kasur langsung tidur..." ledek Qori yang kuabaikan.

Bukannya tidak bisa tidur, tetapi telpon teror tersebut terus berdering sepanjang malam yang membuatku tidak nyaman tidur. Setiap ku jawab yang kudengar hanyalah kesunyian panjang yang akhirnya ku putuskan secara sepihak. Tetapi telpon tersebut terus menyerangku. Bukannya aku tidak mau memblok panggilan tersebut, tetapi tidak bisa, dia menelpon menggunakan nomer yang dirahasiakan. Sungguh menyebalkan dan hal itulah yang membuatku tidak bisa tidur nyenyak.

"Aman kan Rin??" tanya Yuda saat aku melamun di dalam mobil

"Ah?? Ohh aman kok.." jawabku setengah sadar

"Kalau masih ngantuk tidur aja lagi.. nanti kalau udah nyampe bandara kita bangunin.." ucap Qori yang duduk disebelahku.

"Ntar ajalah di pesawat.. masih bisa ditahan kok.." jawabku dengan senyum kecil

"Oke deh.." sahut mereka berdua dan mereka kembali fokus ke jalan dan gadget masing-masing.

Akhirnya kami sampai dibandara mepet waktu lagi. Dengan terburu-buru kami check in dan bergegas menuju ruang tunggu. Selama menunggu pesawat tiba, aku tidak bisa menahan mata ini untuk tidak tertutup. Aku memang biasa begadang tapi selama ini tidak dibarengi dengan perasaan takut dan cemas, sehingga hal tersebut membuatku lebih lelah dari biasanya. Setelah menunggu kurang lebih 15 menit, kami menaiki pesawat. Seperti saat keberangkatan kami mendapat tempat duduk dengan 3 baris dan aku kembali berada ditengah. Kini aku tidak mempunyai tenaga lebih untuk melerai perbedaan pendapat 2 cowok ganteng di kanan-kiri ku. Saat pesawat lepas landas saat itu pula mataku tertutup dan aku pun jatuh tertidur selama perjalanan pulang.

"Rin.. bangun.. udah nyampe.." ucap Yuda sambil mengguncang-guncangkan bahuku

"Hmmm..." igauku setengah sadar

"Subhanallah anak satu ini lah... susah banget bangun kalau udah tidur..." ucap Qori sambil membantu membawa ranselku. Dan kami berjalan menuruni pesawat yang sudah sepi.

Sesampainya di tempat bagasi tak butuh waktu lama untuk mengambilnya karena memang tinggal sedikit bagasi yang berputar. Untung saja tidak sampai melapor ke pos karena terlalu telat mengambil bagasi. Kali ini pun bagasiku dibawakan oleh Yuda, padahal diapun membawa barang tidak sedikit. Kami berjalan keluar pintu dan menemukan mobil perusahaan sudah menjemput kami. Setelah menaikkan bagasi mereka setuju untuk mengantarkanku pulang terlebih dahulu. Selama perjalanan kami lebih banyak diam dan ternyata Yuda serta Qori jatuh tertidur.

Setelah sampai didepan rumahku, aku langsung turun dan mengambil bagasi dan berpamitan dengan mereka. Sebelum berpisah Yuda sempat mengacak rambutku karena memang itulah kebiasaannya saat berpisah denganku dan Qori dengan santainya mencubit pipiku, katanya sih biar aku bangun dan tidak melindur saat masuk rumah. Dengan bete aku langsung mengusir mereka pulang. Enak aja aku diperlakukan seperti anak kecil. Mereka pikir mereka siapa. Setelah menyaksikan mobil tersebut hilang di belokan gang aku menyeret koperku memasuki rumah dan langsung berjalan menuju kamar. Sepertinya orang rumah sedang tidak ada. Mungkin mereka sedang beraktivitas masing-masing. Seperti bunda dan ayah yang sepertinya masih dipasar.

Setelah menaruh sembarangan koper didalam kamar, aku langsung mengganti jinsku dengan celana hawai favoritku dan membuka kemejaku asal sehingga menampakkan tank top hijau toskaku. Dengan sekali gerakan aku sudah bergelung diatas tempat tidurku mencari kenyamanan semu tersebut. Tak lama setelah itu aku pun kembali tertidur pulas diatas kasur favorit itu.

My Wedding Blues (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang