Bab 15

1.7K 73 2
                                    


Sepertinya malam ini aku tidak bisa tidur dengan tenang karena panggilan misterius itu kembali datang. Dengan perlahan aku menjawab telpon tersebut dan seperti malam-malam sebelumnya panggilan itu diawali dengan keheningan.

"Sudah kubilang untuk menjauhi Rio kan, kenapa kau masih dekat-dekat dengannya HAH" suara aneh itu yang kuduga ia menggunakan alat pengubah suara melengking sangat tinggi dan membuatku terkejut begitu juga dengan Deby yang sedang tertidur

"Kubilang jauhi dia atau kau mati, jangan anggap ancamanku ini main-main ya Airin" ucapnya lagi sebelum panggilan itu terputus. Dia tahu namaku, siapa dia? Apa maunya? Kenapa dia mengincarku? Apa salahku? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu berkeliaran di dalam otakku saat ini

"Siapa Rin??" pertanyaan Deby membawaku kembali ke kenyataan

"Gak ngerti.. dari kemaren nelpon minta gue jauhin Rio.." jawabku berusaha meredam rasa panikku. Aku memang orang yang gampang panik, maka dari itu aku berusaha untuk mengendalikan rasa panik itu.

"Dia ada nyakitin lu gak? Kalau ada kita lapor polisi aja gimana?" saran Deby yang kini sudah bangun sepenuhnya

"Gak usah... palingan cuman telpon iseng.. udah deh tidur lagi yuk.." ucapku sambil meluruskan badanku dan aku pun kembali tertidur.

"Tante.. main yukk.." panggilan sadis itu kembali terdengar ketika aku melakukan rutinitas pagiku dikamar mandi. Dengan hembusan napas kesal aku keluar dari kamar mandi dan menemukan Leo dan Rendy sudah duduk di atas tempat tidurku dengan senyuman khas anak-anak

"Kenapa kalian ada disini??" tanyaku pada mereka sambil mencari Deby

"Tadi pagi kata Mama aku disuruh ajak Ante Rin main sama Leo soalnya Mama mau ngobrol sama Papa dulu.." jawab Rendy dengan logat anak kecilnya

"Kalau Leo??" tanyaku pada Leo yang tertarik dengan mainan yang dimainkan oleh Deby diatas tempat tidurku. Ternyata dia sedang bermain disana

"Mama bilang main di kamar Ante Rin.." jawabnya lugu dan aku merasa kalau aku dan Deby ini sudah menjadi semacam baby sitter mereka

"Oke lahh.." ucapku sambil duduk disamping Rendy yang ikut tertarik dengan games di hp Deby tersebut

"Ketaman yuk.." ajak Deby saat dia mulai kesal diganggu oleh duo setan cilik itu

"Ayokkk" seru dua bocah itu dan akhirnya kami kembali bermain ditaman seperti pagi sebelumnya.

Aku memperhatikan Deby yang bermain kejar-kejaran dengan Leo dan Rendy dari bangku taman tak jauh dari mereka dengan persiapan total. Kali ini aku bukan hanya menyiapkan air minum dan betadhin saja, tetapi juga tisu dan coklat jaga-jaga kalau mereka mendadak ingin makan sesuatu yang manis. Selama memperhatikan mereka main aku juga memperhatikan sekitarku, memang taman hotel ini terletak di pinggir jalan yang dilalui kendaraan bermotor, namun tidak banyak kendaraan yang berlalu lalang pagi ini. Aku sedikit merasa tidak enak hari ini, aku merasa seakan-akan sebuah tragedi akan segera terjadi, maka dari itu aku terus memperhatikan sekitarku agar kejadian pagi beberapa hari yang lalu tidak terulang kembali.

"Ante.. ayok ikut main.." ajak Rendy ketika dia menghampiriku untuk meminta minum.

"Tante disini aja deh.. tante lebih suka liat kalian lari dengan semangatnya.." jawabku sambil menghapus peluh dari dahi kecilnya.

"Yahh.. Ante gak seru nih..." ucapnya ngambek dan aku hanya tersenyum senang melihat ekspresinya tersebut. Sangat lucu dan menggemaskan.

My Wedding Blues (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang