Selama perjalanan pulang dari kantor aku merasa tidak tenang. Seperti ada sesuatu yang akan terjadi. Akhirnya kupercepat laju mobilku membelah jalanan ibukota yang semakin memadat. Hingga akhirnya sampai didepan rumah. Perasaan itu semakin kuat saat aku memasukkan mobilku digarasi. Dengan dada berdebar hebat, antara khawatir, takut, dan penasaran, aku melangkahkan kakiku menuju pintu rumah dan membuka pintu tersebut.
"Bunda.. Ayah.." panggilku setelah masuk
"Assalamualaikumnya mana sayang??" tegur suara bunda dari ruang tamu
"Assalamualaikum bunda.." ucapku dengan perasaan lega sambil memeluknya
"Waalaikumsalam.. anak bunda kenapa nih??" tanya bunda dengan lembut
"Gak tau kenapa bun.. dari tadi tuh perasaan gak tenang.." jawabku jujur masih didalam pelukan bunda. Berada didalam pelukannya dapat mengurangi rasa tak tenang itu.
"Ya sudah ganti baju dulu gih.. kita lagi kedatangan tamu.. kan tidak enak kalau ketemu kamunya baru pulang kayak gini.." ucap bunda sambil mendorong pelan bahuku
"Baiklah.. aku mandi dulu ya bun.." ucapku sambil berjalan menuju kamarku.
Sesampainya dikamar, segera kurebahkan badanku untuk sedikit mengurangi rasa lelah ini. walaupun aku sudah memastikan tidak ada yang salah dengan bunda, namun perasaan ini masih belum tenang. Seakan-akan memberitahukan padaku bahwa sesuatu yang sangat tidak mengenakkan akan segera terjadi.
Berusaha untuk tidak terlalu memikirkan hal itu, aku memasuki kamar mandi yang ada didalam kamarku dan mandi sambil berendam. Sejenak menghilangkan rasa penat dan tidak nyaman itu. Beberapa menit aku berendam terdengar suara ketukan di pintu kamar mandiku.
"Kak.. dipanggil bunda tuh kebawah..." serunya dari luar pintu
"Iyaa.. bentar lagi.." jawabku tak acuh
"Ihh.. ini penting kak.. disuruh bunda buruan mandinya.. lagian tadi cuman disuruh ganti baju aja juga.. tamunya jadi nunggu kan.." serunya lagi dengan nada tidak suka
"Lah.. kan tamunya untuk bunda dek.. kenapa jadi nungguin kakak.." jawabku sambil mengeringkan badanku.
"Tau tuh bunda.. katanya itu tamu buat kakak juga.. ayah juga udah di bawah nungguin dari tadi.." ucapnya lagi ketika aku membuka pintu kamar mandi
"Yaudah.. tunggu aja dulu bentar.. kakak pake baju dulu.." ucapku sambil berjalan menuju lemari untuk mengambil baju rumah.
"Oke dehh.. cepetan yaaa.." serunya ketika dia sudah berada di luar kamar.
Selesai berpakaian, aku segera keluar kamar untuk menemui tamu bunda. Karena aku akan menemui tamu bunda, baju rumah yang kukenakan sedikit kusesuaikan, celana panjang dan kaos serta kardigan berwarna magenta menjadi pilihanku malam ini. Rambut yang sedikit lembab kusanggul rendah saja.
"Kenapa bun??" tanyaku ketika sudah berada di ruang tamu
"Duduk dulu disini.." ucap bunda sambil menarik pelan tanganku agar duduk disebelahnya
"Jadi??" tanyaku ketika sudah duduk disebelahnya. Ketika aku melihat kearah depanku, aku melihat sesosok cowok yang tidak kukenal duduk disebelah ayah.
"Kenalkan Airin.. dia ini Fario Dewantara.. rekan bisnis ayah.." ucap ayah memecah keheningan
"Airin Hermawan.." ucapku mengenalkan diri
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wedding Blues (END)
Storie d'amore"apakah dia akan menjadi cinta sejati sekaligus suamiku?" adalah apa yang aku pikirkan setelah menerima lamaran dadakannya malam itu, tapi semakin ku pikirkan semakin aku menjadi takut akan pernikahan. sanggupkah aku menjalani perjalanan menuju kes...