"Hai.." sapanya ketika panggilan tersambung
"Ya??" balasku sedikit lesu karena kurang tidur. Bayangkan saja aku baru tidur 15 menit akibat marathon anime sejak malam tadi
"Kamu kenapa?? Kamu dimana??" tanyanya sedikit panik
"Mas berisik deh.. ganggu tidur aja nih.." ucapku sebelum akhirnya memutuskan panggilan dan men-silent-kan hpku dan menaruhnya jauh-jauh dari tempat tidurku lalu melanjutkan kembali tidur yang tertunda tadi.
"Rinnn.." panggilan tersebut benar-benar membangunkanku dari tidur indahku. Tidur dengan mimpi terindah yang pernah kumimpikan, penuh dengan cowok-cowok ganteng favoritku dengan latar cerita yang menyenangkan. Sepertinya itu adalah efek samping dari marathon anime yang kulakukan tadi malam.
"Bentar bun.. nanggung nih.. belum ending.." igauku untuk menghentikan panggilan menyusahkan itu.
"Kamu mimpi apa sih Rin??" pertanyaan itu kembali mengusikku. Kucoba untuk tidak menggubrisnya namun sepertinya aku sudah terbangun dari mimpi indah tersebut.
"Berisik deh.. gangguin orang aja nih.." ucapku sambil membalikkan badanku dan mencoba untuk tidur lagi.
"Bangun sekarang juga Rin.." suara itu kini meningkat dan menyebabkanku tersentak tiba-tiba. Kejadian tersebut meninggalkan rasa sakit dikepalaku.
"Apaan sih??" tanyaku judes pada sumber suara
"Kamu udah bangun??" tanyanya balik tanpa menjawab pertanyaanku
"Belum.. bentar lagi.." jawabku dan kembali menggulingkan badanku menjauh dari sumber suara tersebut. Namun sepertinya aku lagi sial, badanku menghantam laptop yang berada di sampingku ketika aku berguling tadi
"Ah.. mendoksai (menyebalkan)" geramku dan akhirnya aku pun duduk
"Udah bangun kan??" tanyanya lagi
"Iya udah.. ganggu banget sih..." ucapku sambil bergerak untuk bersender di kepala tempat tidur. Akibat bangun yang terburu-buru tadi kepalaku masih sedikit pusing.
"Kalau udah bangun ayok turun.. kita sarapan bareng keluarga kamu.." ucapnya sambil bergerak turun dari tempat tidurku
"Udah pada pulang??" tanyaku secara reflek saat dia bilang sarapan bareng keluarga
"Pulang?? Emang mereka darimana?? Jangan bilang kamu sendirian lagi dirumah??" tanyanya kembali mendekati tempat tidurku
"Ah.. bukan apa-apa.. Rin cuci muka dulu.." ucapku demi menghindar dari pertanyaan selanjutnya yang kurasa akan menyebalkan.
"Rin.." seru Rio kesal saat aku memasuki kamar mandi.
Setelah pintu kamar mandi tertutup aku langsung menguncinya dan duduk agak lama di bibir bathup. Selain untuk mengumpulkan nyawa yang masih diawang-awang, aku memikirkan beberapa strategi untuk menghadapi Rio hari ini. Aku was-was kalau dia hari ini akan seharian di rumah, mungkin ingin berbaikan. Sebenarnya aku tidak terlalu marah padanya, hanya saja aku kesal pada sikapnya yang tidak bisa tegas kalau sudah berhadapan dengan emosinya. Aku tahu cewek sialan itu adalah mantan Rio yang dikabarkan akan menikah dengannya. Namun karena suatu alasan yang aku tidak ingin tahu cewek itu meninggalkan Rio begitu saja dan membuat Rio depresi selama kurang lebih 3 tahun sebelum akhirnya dia melihatku sedang bekerja di kantorku. Saat itu dia ingin berkunjung menemui Mba Yuli dan Mas Putra. Mungkin takdir memang sedikit kejam padanya. Saat itu aku masih sedikit patah hati dengan cowok yang kuanggap masa depanku sehingga saat itu aku terlalu gila bekerja dan tidak memperhatikan sekitar. Demi membuatnya lupa akan masa lalu, Rio mulai menargetkanku sebagai target selanjutnya. Awalnya dia tidak berniat untuk sampai ke pernikahan, namun sepertinya takdir berkata lain semakin dia sering melihatku bekerja, semakin rasa itu muncul kepermukaan yang membuatnya nekat melamarku malam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wedding Blues (END)
Romance"apakah dia akan menjadi cinta sejati sekaligus suamiku?" adalah apa yang aku pikirkan setelah menerima lamaran dadakannya malam itu, tapi semakin ku pikirkan semakin aku menjadi takut akan pernikahan. sanggupkah aku menjalani perjalanan menuju kes...