Bab 23

1.7K 54 0
                                    


Pagi ini aku terbangun oleh suara alarm yang sengaja kuhidupkan lebih awal. Dengan malas aku berusaha untuk bangun dan mencuci mukaku. Setelah terkena air dingin barulah aku terbangun dan menjalankan kewajiban pagiku. Selesai melakukan rutinitas pagi yang lebih awal dari biasanya aku langsung menyusun perlengkapan yang kubutuhkan kedalam tas favoritku, seperti botol minum yang terisi penuh, bedak, lipstik, payung lipat, dan kemeja ganti serta parfum. Setelah mengecek semuanya telah lengkap aku membawa tasku tersebut turun. Karena pagi ini aku hanya sendiri sehingga aku hanya membuat sarapan super simple yang terlintas di pikiranku, yaitu roti bakar dengan selai coklat kacang di barengi dengan jus jeruk kartonan yang ada dikulkas.

Karena aku paling benci dengan kesunyian, aku menghidupkan musik dari hpku agar rumah ini tidak terlalu sunyi. Lagu terus bernyanyi melengkapi kegiatan pagiku. Selesai sarapan langsung saja kucuci piring kotor tersebut dan melihat jam. Walaupun aku sudah berusaha bangun pagi, tapi tetap saja aku kesiangan. Tak sampai 5 menit, Rio sudah sampai di depan rumahku. Klaksonnya berbunyi seperti orang yang tidak sabaran. Dengan buru-buru aku menggendong tasku dan berlari kedepan untuk memakai sepatu super kilat lalu mengunci pintu.

"Maaf lama.." ucapku setelah duduk rapi di sampingnya

"Tumben telat?? Kamu begadang lagi ya??" tanyanya sambil menjalankan mobil menuju kantorku

"Bisa dibilang gitu kok.." jawabku asal. Bukannya begadang hanya saja aku tidak bisa tidur karena rumah terlalu sunyi dan itu membuatku mengingat sesuatu yang tidak pernah ingin kuingat.

"Jangan keseringan begadang loh... nanti kamu cepat tua aja.." ledeknya yang kubalas pukulan ringan di lengannya.

"Udah jangan ngambek lagi.. tadi kan mas cuman bercanda aja.. kerja sana yang bener.. nanti siang mas jemput lagi ya.." ucapnya sambil mengelus rambutku pelan yang kujawab dengan anggukan semata. Sepertinya efek kurang tidurku mulai memunculkan dirinya.

Setelah melihatnya pergi aku langsung menuju ruanganku dan kembali fokus dengan pekerjaanku. Walaupun terkadang aku harus menguap untuk meluapkan rasa ngantuk ini, namun untung saja pekerjaanku tidak terlalu sulit. Aku masih bisa bertahan hingga jam makan siang akhirnya tiba. Sejenak aku menidurkan kepalaku ke lipatan tangan diatas meja. Sebelum mata ini tertutup hpku bergetar minta diangkat. Dengan lemas aku mengangkatnya dan langsung menempelkannya ketelinga sedangkan kepalaku masih diatas meja.

"Halo.." sapaku setengah ngantuk

"Mas udah di lobi.. kamu udah selesai kerjanya??" tanya suara tersebut yang membuatku mau tak mau membuka kesadaranku kembali.

"Ah iya.. bentar aku turun.." jawabku sedikit bergegas merapikan meja dan langsung berjalan cepat menuju lift dan turun menuju lobi.

"Maaf.. nunggu lama ya??" tanyaku saat menemukannya sudah duduk di sofa biasanya aku duduk

"Lumayanlah.. lagi banyak kerjaan ya??" jawabnya sambil berdiri dan kami berjalan menuju parkiran bersama

"Hmm.. ya gitu deh.." jawabku asal dibarengi dengan menguap

"Kamu capek??" tanyanya saat aku masih menguap saat masuk kedalam mobil

"Gak kok.. cuman kurang tidur aja.. jadi masih ngantuk.." jawabku sambil menyenderkan badan di kursi dan menarik seatbelt.

"Jadi kita kemana hari ini??" tanyaku saat mobil sudah menyala

"Bandung.." jawabnya singkat

"Hah?? Jauh banget.. kenapa gak ambil gedung yang disini aja sih??" tanyaku kaget

"Rin sayang.. kan kemaren kita udah sepakat mau ambil gedung YY.. nahh gedung itu adanya di Bandung.. jadi kita kesana sekarang buat lihat gedungnya.." jawabnya dengan nada lembut. Mungkin dia malas menjelaskannya

My Wedding Blues (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang