Sesampainya di parkiran cafe, aku memarkirkan mobilku ditempat yang sudah dipersiapkan untuk pemilik cafe. Selesai memarkir mobil, aku keluar sambil menggendong ransel. Begitu memasuki cafe aku dapat merasakan suasana yang homey banget. Aku berjalan melewati beberapa meja dan langsung menemukan sosok Leo yang sedang bermain di pojok bermain yang baru beberapa minggu ini dibuka.
Cafe ini adalah cafe bersama yang kubuat bersama Deby, Rezka dan Ivon. Awal terbentuknya cafe ini adalah dari mimpiku yang ingin membangun sebuah bangunan cafe yang didalamnya tidak hanya terdapat tempat makan, tetapi terdapat perpustakaan juga. Nama lainnya adalah Cafe Book. Konsep yang digunakan disini adalah konsep cafe yang ramah lingkungan, dengan harga yang terjangkau dan kalian dapat membaca buku mulai dari novel hingga ensiklopedia. Cafe ini terbagi menjadi 2 lantai. Lantai pertama terdapat cafe yang berkonsep ramah lingkungan, harga terjangkau dan homey banget. Di lantai 2 terdapat deretan buku koleksi pribadi maupun sumbangan, yang dapat dibaca di tempat maupun dipinjamkan. Selain itu dilantai 2 juga terdapat pojok Film. Pojok Film ini terdapat kumpulan film-film barat, drama-drama korea, hingga anime jepang. Selain dapat menonton ditempat, film-film tersebut dapat dibeli dengan harga terjangkau. Kami tidak menyiapkan film tersebut dalam bentuk disc karena cepat rusak dan tidak terjamin kualitasnya. Karena itu kami hanya menyiapkan film tersebut dalam bentuk soft copy. Bagi yang berminat membelinya dapat menyerahkan flashdisknya dan film yang diinginkan dapat langsung di pindahkan ke dalam flashdisk tersebut.
Usaha ini sudah berjalan kurang lebih 3 tahun. Pertama kami membangunnya hanya sebagai cafe, belum memasukkan konsep perpustakaan didalamnya. Namun setelah 1 tahun berjalan ternyata pendapatan cafe tersebut cukup besar dan ketika mensurvei pelanggan yang datang ternyata kebanyakan adalah siswa hingga mahasiswa, akhirnya kami berani memasukkan konsep perpustakaan didalamnya. Pojok film baru berdiri sekitar 1 tahun dan sekarang kami memasukkan pojok bermain bagi pelanggan yang kebetulan membawa adik atau anaknya yang masih balita. Agar mereka tidak bosan dan rewel akhirnya kami memikirkan ide ini. Untunglah pojok bermain tersebut dapat terjalankan dengan baik beberapa bulan ini.
"Ante Lin..." panggil bocah lucu nan unyu tersebut ketika melihatku memperhatikan keadaan cafe
"Hai Leo.." balasku memanggilnya dan dia dengan lucunya tersenyum lebar hingga menyebabkan matanya menghilang
"Airin.. akhirnya datang juga... kita telponin dari tadi gak diangkat-angkat.." ucap Ivon
"Sory.. hp gue silent dan masih gue taro di tas.." ucapku meminta maaf dan duduk di meja terdekat dengan pojok bermain.
"Jadi.. ada proyek baru buat cafe?" tanya Rezka yang baru kembali dari kamar mandi
"Ya.. gitu deh.. gue ada ide sih.. cuman mau gue diskusiin dulu sama kalian.." ucapku sambil mengeluarkan hp dari dalam ransel. Ternyata benar, Ivon sudah memanggilku belasan kali ditambah dengan Rezka dan Deby.
"Sory.. hp tadi gue taruh di tas.. jadinya gak kedengaran.." ucapku meminta maaf dan saat itu juga hp-ku kembali berdering
"Sorry... kalian liat dulu aja rencana gue.. nanti gue susul.. telpon penting.." ucapku sambil memberikan notebook yang berisi catatanku dan blue print cafe.
"Assalamualaikum.." sapaku ketika akhirnya aku berada di luar cafe
"Waalaikumsalam.. kamu dimana??" pertanyaan yang sama yang selalu dilontarkannya
"Lagi di cafe daerah ZZ.." jawabku sambil memperhatikan lapangan parkir cafeku
"Ngapain?? Kenapa gak langsung pulang??" tanyanya dengan nada penuh kecurigaan
"Lagi ada pekerjaan disini.. " jawabku sekenanya saja. Karena memang tidak ada yang tahu kalau aku mempunyai sebuah cafe disini, bahkan orangtuaku sekalipun.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wedding Blues (END)
Romance"apakah dia akan menjadi cinta sejati sekaligus suamiku?" adalah apa yang aku pikirkan setelah menerima lamaran dadakannya malam itu, tapi semakin ku pikirkan semakin aku menjadi takut akan pernikahan. sanggupkah aku menjalani perjalanan menuju kes...