"Reii.." ucapku kaget karena di seruduk olehnya
"Aunty.. are you okay?? Did someone do something bad to you?? Who is it??" tanyanya dengan wajah marah namun air mata menggenang di mata kecilnya.
"I'm okay.. I'm sorry for scaring you..." ucapku menenangkannya.
"Who is the bad guy?? That uncle?? What did he do to you??"
"Nothing.. it's my fault.. again.. so you can't accuse someone else.."
"I don't believe it... tell me.." ucapnya semakin marah
"Reii.. laki-laki itu memiliki sifat yang kami kaum wanita tidak akan pernah mengerti... mungkin aunty hanya sekali lagi salah..." balasku memeluk badannya, menghirup wangi anak-anaknya dan berusaha untuk tidak kembali menangis.
"Aunty gak pernah salah..." ucapnya sambil membalas pelukanku.
Setelah berpelukan cukup lama, Rei tertidur di kasurku dan aku kembali ke rencana awalku untuk men-charge hpku dan menghidupkannya. Setelah hidup banyak pesan masuk, namun dari sekian banyak pesan yang masuk hanya ada 1 pesan dari Mas Rio.
'Rin.. mas minta maaf, mas gak pernah bermaksud menyakitimu, tapi sepertinya sikap mas membuktikan sebaliknya.. mas akan beri kamu waktu sejenak untuk tenang sehingga kita bisa berbicara dengan tenang.. sudah banyak ceramahan yang mas dapat baik itu dari keluargamu, keluarga mas atau pun teman-temanmu... mas mengaku mas salah Rin... mas minta maaf..' begitu bunyi pesannya yang masuk beberapa menit yang lalu. Tidak ada telpon masuk darinya bahkan pesan pun hanya 1. Aku ragu dia benar-benar merasa bersalah.
Kuputuskan saat ini juga kalau aku akan pergi dari hidupnya. Banyak rencana jahat yang terlintas di pikiranku, hanya saja aku tidak tega untuk melakukannya. Setelah berpikir cukup lama, akhirnya aku memutuskan untuk tidak memberitahunya tentang kepergianku besok dan menjadikannya sebagai ujian untuk melihat ketulusan hatinya. Bergegas aku merapihkan isi koperku untuk keperluan pergi dan menyusun rencana agar lebih matang.
Pukul 2 pagi aku baru selesai merapihkan koper dan menyusun rencanaku. Tanpa membangunkan Rei yang tertidur, aku menarik koperku dan menaruhnya di dalam mobil. Aku mempersiapkan semuanya dengan matang agar tidak ada yang ketinggalan ataupun hal yang tidak kuinginkan terjadi.
"Rin..." panggil sebuah suara lembut ketika aku turun dengan baju rapih dan siap pergi
"Bundaa.." sapaku ketika melihat siapa yang memanggilku
"Kamu mau kemana sayang?? Masih dini hari lohh..." ucapnya menarikku kedalam peluknya dan mengusap hangat punggungku
"Mau ke bandara bun... pesawat Rin jam 7 nanti.. ada jadwal inspeksi lapangan.." jawabku membalas pelukannya.
"Kamu lagi ada masalah dengan Rio yaa?? Dia ngapain kamu?? Kemarin bunda tanya dia gak bisa jawab... apa harus bunda batalkan rencana pernikahan kalian??" tanyanya mengagetkanku
"Kok bunda bisa berpikir kesana??" tanyaku kaget
"Kamu pikir, bunda kenal kamu berapa tahun?? Kamu itu lahir dari dalam diri bunda... tentu aja bunda tahu apa yang kamu rasakan... tapi bunda tanya sama kamu.. keputusanmu gimana??"
"Kali ini Rin gak mau berakhir sia-sia bun... Rin mau ngasih ujian buat Mas Rio.. kalau dia bisa nemuin Rin sebelum waktu pernikahan kami minggu depan berarti dia menang dan dia beneran sayang sama Rin.. tapi kalau dia gak berhasil berarti dia memang gak sayang sama Rin dan dia bukanlah lelaki yang pas untuk Rin... bunda jangan kasih tahu siapa pun ya kalau Rin ada tugas keluar..."
"Baiklahh kalau itu maumu nak... bunda dukung apa yang terbaik buat kamu... hati-hati disana yaa.. jaga kesehatan.. bunda sayang kamu..." ucap bunda sebelum mengantarku dan menutup pagar rumah.
Aku melajukan mobilku dengan kecepatan sedang dan tidak terburu-buru. Aku sedikit berbohong pada bunda dengan mengatakan pesawatku jam 7 pagi. Sebenarnya pesawat ku dijadwalkan jam 8 pagi dan sekarang masih jam setengah 5 pagi. Ketika jam menunjukkan pukul 5 pagi aku sudah tiba di bandara dan sedang berjalan menuju masjid bandara untuk melaksanakan sholat subuh. Aku berdoa dengan sangat khusyuk meminta pertolongan Yang Maha Kuasa atas perjalanan hidupku. Selesai sholat subuh aku kembali berjalan santai menuju parkiran untuk mengantar mobilku ke parkiran inap yang disediakan oleh bandara. Selesai memarkirkan mobilku, aku menutupnya dengan penutup mobil agar tidak ada yang curiga kalau mobilku ada di bandara. Sambil menarik koper, aku berjalan mencari rumah makan yang sudah buka dan nihil, aku tidak menemukan rumah makan yang sudah buka. Akhirnya kuputuskan untuk duduk di salah satu caffe yang menyajikan makanan ringan dan kopi. Berhubung aku belum bisa check in, aku menghabiskan waktuku disini sambil menikmati teh hangat dan donut.
"Rin.. lu udah dimana???" tanya Yoni di seberang sambungan
"Di caffe x.." jawabku santai
"Lah?? Kok disana?? Buruan ke gate kita mau check in... mumpung belum terlalu terlambatt..." serunya yang langsung ku lakukan.
Dengan sekali telan aku menghabiskan donutku yang ketiga dan berjalan menuju gate dengan menarik koper di tangan kiri dan gelas teh di tangan kanan.
"Sorryy... gue pikir tadi masih lama waktu check innyaa.. ternyata udah jam 7 ajaa.." ucapku meminta maaf ketika bertemu dengan teman-teman sekelompokku di depan gate.
"Emangnya lu datang dari jam berapa?? Dari setengah jam yang lalu gue berusaha untuk nelpon lu tapi gak nyambung-nyambung..." dumel Roy sambil mendelik melihat kearahku
"Jam berapa yaa??? Gue lupaa.. tapi sepertinya udah lama.. yaa maaf tadi hp gue silent dan taruh di tas.. jadinya gak kedengeran.." ucapku menunjukkan gesture menunjuk ke headphone yang bersandar di leherku
"Kebiasaan jelek lu itu lebih baik dihilangkan dehh.. suka lupa waktu kalau udah berhubungan sama music dan buku..." timpal Dion mengacak rambutku
"Maaf maaf..." hanya itu yang bisa kuucapkan sebelum akhirnya kami memasuki gate mengikuti semua prosedur untuk check in.
Mengikuti semua prosedur check in hingga masuk ruang tunggu membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga ketika kami sudah berada di ruang tunggu kami hanya meninggalkan sedikit waktu sebelum memasuki pesawat. Selama mengantri untuk memasuki pesawat aku memikirkan pesan terakhir apa yang akan kukirimkan pada Rio sebelum akhirnya memulai ujian ini.
つづく
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wedding Blues (END)
Romance"apakah dia akan menjadi cinta sejati sekaligus suamiku?" adalah apa yang aku pikirkan setelah menerima lamaran dadakannya malam itu, tapi semakin ku pikirkan semakin aku menjadi takut akan pernikahan. sanggupkah aku menjalani perjalanan menuju kes...