"Kak Rin..." panggil Egi dari luar kamar
"Apa??" sahutku dengan malas sambil membuka pintu kamar yang semalaman ku kunci
"Egi mau pergi kerumah sakit buat ngaterin sarapan sama baju ganti Rei.. mau ikut??" tanyanya dan aku memperhatikan bawaannya
"Sarapannya siapa yang buat??" tanyaku saat tidak melihat dia membawa makanan
"Nanti beli bubur aja di luar.. " jawabnya santai yang kubalas dengan desahan pasrah
"Biar kakak aja yang buatin.. tunggu bentar.." ucapku dan berjalan menuju dapur lalu bersiap membuatkan nasi goreng untuk dibawanya pergi.
30 menit kemudian aku selesai memasak nasi goreng lengkap dengan lauk dan sayur pelengkapnya. Dibantu Egi aku mengemasnya kedalam rantang untuk dibawanya kerumah sakit. Selesai mengemasnya aku membantunya menyusun makanan tersebut di dalam mobil keluarga yang dibawanya pulang tadi malam dan mengantarnya keluar dari rumah. Seperginya Egi, aku kembali memasuki rumah dan mengambil hp serta headphone-ku dan berjalan menuju ayunan ditaman belakang.
"Rinn.. jalan nyok.." tiba-tiba pesan tersebut muncul dilayar hp saat aku sedang bermain games sambil mendengarkan musik
"Kemana??" balasku
"Dufan deh yang deketan.. butuh piknik nih.." jawabnya yang langsung ku setujui
"Oke... setengah jam lagi gue samper lu ya Boy.." balasku dan langsung melesat menuju kamar untuk bersiap.
Selesai mandi aku langsung mengambil jins selututku dan memadukannya dengan kaos serta melapisinya dengan kemeja berbahan flanel yang sedikit kebesaran. Selesai berpakaian aku memakai makeup tipis yang cocok dengan temaku hari ini. Selesai berdandan aku langsung mengambil ransel berisi botol minum dan kemeja ganti yang selalu setia berada didalam tas dan berlari kebawah, tidak sabar untuk bermain hari ini dan melupakan sejenak masalah yang ada.
Baru saja aku berpikiran untuk melupakan masalah, sumber masalahku muncul dihadapanku. Ketika aku menuruni tangga aku menemukan sumber masalah tersebut sudah berdiri di bawah tangga seakan-akan menungguku. Kupikir aku sudah tidak akan merasakan sakit apapun setelah menangis semalaman, tapi ternyata hati itu masih bereaksi dan menyebabkanku tidak mood untuk tersenyum.
"Hai..." sapanya dengan senyum lembutnya itu
"Hai" balasku dengan dingin.
"Mau kemana?" tanyanya sambil mengikutiku kedapur
"Main" jawabku masih dengan nada dingin
"Sama siapa??" sepertinya dia masih berusaha membuatku berbicara seperti sebelumnya, tapi entah kenapa aku tidak suka dia bersikap seperti ini.
"Bukan urusan mu" ucapku dan langsung melaju menuju mobil yang terparkir di garasi.
"Rin.. jangan kayak gini.. kalau ada masalah bisa kita bicarakan baik-baik kan.." serunya saat aku sudah mengeluarkan mobil ke luar pagar
"Ada masalah?? Gak ada tuh.. minggir.." balasku dan sedikit mengusirnya saat dia menghalangiku untuk mengunci pintu rumah
"Rin.. " serunya sambil menahanku memasuki mobil
"Lepasin.. gue gak mau berurusan lagi sama lu.. minggir.." balasku sambil menarik tanganku dari cengkeraman tangannya dan sedikit mendorongnya menjauhi pintu mobilku.
Setelah duduk di kursi pengemudi langsung saja kukunci pintu agar tidak bisa dibuka dari luar dan melajukan mobil menuju rumah Deby. Saat aku melajukan mobil tadi aku sempat melihat ekspresi wajahnya yang terlihat kaget sekaligus menahan amarah. Aku tahu sikapku tadi sudah sedikit berlebihan. Aku tidak pernah sekasar itu pada siapapun termasuk terhadap teman-temanku. Selama ini aku selalu berusaha untuk bersikap baik agar dapat diterima oleh lingkungan. Namun sikapnya kemarin sudah melebihi batas emosi yang bisa kutangani.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wedding Blues (END)
Romance"apakah dia akan menjadi cinta sejati sekaligus suamiku?" adalah apa yang aku pikirkan setelah menerima lamaran dadakannya malam itu, tapi semakin ku pikirkan semakin aku menjadi takut akan pernikahan. sanggupkah aku menjalani perjalanan menuju kes...