Banyak alasan kenapa aku sangat menentang menikahi Mas Rio di awal-awal pertemuan kami, ditambah lagi dengan semua masalah yang hadir membuatku meragukan Mas Rio dan diriku sendiri. Membuatku takut akan sebuah kata pernikahan. Namun Mas Rio mampu membuatku berpikir sebaliknya dan sangat menantikan acara pernikahan ini.
Pesta pernikahan yang dijadwalkan akhirnya berjalan dengan sangat lancar. Kedua pihak keluarga tidak ada yang saling menyalahkan atas kejadian minggu lalu dan mempersiapkan pesta super megah dan mewah ini.
Kalau ditanya beberapa bulan lalu, bagiku pernikahan hanyalah sebuah acara melelahkan tanpa ada manfaatnya. Kalau boleh jujur aku lebih memilih selesai akad nikah yaudah selesai aja semua acara. Tapi kini kalau ditanya hal yang sama, aku tidak akan protes dengan semua kemewahan ini dan semua perhatian yang diberikan oleh tamu undangan pada kami, pengantinnya.
Banyak kejadian lucu dan menggemaskan sejak kami pulang dari Pekanbaru dihari sabtu lalu. Seluruh anggota keluarga baik keluargaku maupun keluarga Mas Rio menjemput kami di bandara, dan tak terelakkan pula drama kecil disana. Rei dengan histerisnya memelukku dan tidak melepaskanku sampai kami tiba di rumah keluargaku. Dia dan Mas Rio berebut perhatianku selama seminggu hingga hari h acara yang membuat semua anggota keluarga bingung, siapa yang bocah siapa yang sudah dewasa. Tingkah mereka tidak jauh berbeda dan itu membuat hariku cerah.
Hingga akhirnya Mas Rio dengan lantang dan berwibawa mengucapkan kalimat akad nikah dihadapan ayahku, wali, penghulu, dan saksi-saksi yang ada. Ketika Mas Rio mengucapkan kalimat akad itu, tanpa bisa kutahan air mata bahagia kembali mengalir dari mataku yang membuat suasana kembali syahdu. Kini aku sudah tidak sendiri lagi. Sudah ada laki-laki yang mengambil alih tugas dan tanggung jawab ayah untuk membimbingku dan menjagaku. Hanya dengan kalimat itu, dia sudah berjanji dihadapan Allah swt dan dihadapan para saksi ini.
"Rin.. kamu capek??" tanyanya disela-sela pagelaran resepsi
"Lumayan mas.. udah lama juga berdiri.. dan Rin lapar..." jawabku jujur dan dia dengan senyum jahilnya mencubit pipiku
"Tahan ya sayang.. sebentar lagi juga selesai kok... itu tamu udah mau selesai..." ucapnya yang membuat MC menegur kami.
Setelah beberapa jam berdiri, tersenyum, bersalaman, dan terkekeh bahkan tertawa di acara bahagia itu, akhirnya selesai juga dan kami menuruni pelaminan menuju tempat makan yang sudah disediakan. Mas Rio kembali membimbingku agar tidak tersandung oleh gaunku sendiri dan membantuku duduk serta menyajikan makanan untukku.
"Buk boss.. selamat yaaa.. " ucap Alvin begitu aku menyuapkan makanan.
"Thank youuu..." sahutku santai sambil melanjutkan acara makanku.
Kini yang tinggal di gedung hanyalah keluarga dan teman-teman terdekatku saja. Kami makan malam bersama dan bercanda sambil sesekali meledek Mas Rio yang sangat overprotective terhadapku. Sejak pulang dari Pekanbaru itu sikap asli Mas Rio semakin terlihat. Overprotective dan sedikit posesif. Namun masih dalam tahap wajar dan menerima kalau aku tegur jika mulai berlebihan.
Selesai makan malam, kami semua kembali ke kamar hotel masing-masing. Berhubung acara kami selenggarakan di hotel. Kali ini aku tidak salah pilih dan kebahagiaan mendatangi hati siapapun yang berani untuk memilih. Aku memilih Mas Rio sebagai pendampingku walaupun banyak halaang rintang, namun cinta mampu membuatku melewati itu semua. Tidak pernah terpikirkan olehku kalau kata cinta akan ada didalam kamus hidupku. I Love You My Husband Rio.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wedding Blues (END)
Roman d'amour"apakah dia akan menjadi cinta sejati sekaligus suamiku?" adalah apa yang aku pikirkan setelah menerima lamaran dadakannya malam itu, tapi semakin ku pikirkan semakin aku menjadi takut akan pernikahan. sanggupkah aku menjalani perjalanan menuju kes...