Bab 46

1.4K 71 11
                                    


"Assalamualaikum bu boss.." salam Alvin begitu sambungan telpon tersambung

"Waalaikumsalam Vin.. ada apa??" tanyaku setelah membalas sapaannya.

"Hari ini bisa ketemu gak?? Maaf ganggu hari minggu nya.."

"Seloww... ada apa nih??? Bisa aja sihh..."

"Masalah pembesaran caffe.. ada beberapa point yang harus bu boss denger.. kalau besok takutnya bu boss sibuk..."

"Okee.. kapan mau ketemu?? Dimana??"

"Di mall UV aja bu boss.. di tempat biasa kita nongkrong.. heheh"

"Oke dehhh.. sampai ketemu beberapa jam lagi yaa.." ucapku sebelum memutuskan sambungan.

Sesudah sambungan terputus aku memilih untuk membersihkan diri dan bersiap untuk pergi. Aku memakai pakaian paling santaiku dan bergegas menuju lantai bawah. Sesampainya di bawah aku menemui Mba Ika dan Mas Ryan sedang duduk santai di sofa.

"Mau kemana kamu Rin??" Tanya Mas Ryan begitu melihatku berjalan menuruni tangga

"Mau ketemu temen mas.." jawabku santai.

"Sama siapa kesananya?? Naik apa??"

"Naik taksi online kok mas.. masih belum berani bawa mobil sendiri.." jawabku

"Ohh yaudah hati-hati yaa.. nanti pulang minta di anterin aja sama temen kamu itu atau minta jemput Rio.. pokoknya kamu jangan yang aneh-aneh dehh.. udah deket tanggal kan.."

"Siapp mas..." sahutku dan langsung memesan taksi online di aplikasi.

Sambil menunggu pengemudi menuju rumahku, aku memakai sepatu dan mengecek isi tas. Tak lama kemudian taksi yang kupesan datang dan aku langsung meluncur ke lokasi. Sesampainya di loby mall, aku langsung menghubungi Alvin untuk memastikan mereka dimana.

"Buk.. kita udah di dalam Starbak ya... meja yang di luar.." ucapnya setelah menjawab panggilanku

"Okeyy.. gue kesana.." balasku dan melangkahkan kaki menuju Starbak.

Benar saja mereka bertiga telah duduk di salah satu meja di luar sambil bercerita heboh dengan 4 minuman di atas meja.

"Hai.. lama nunggu gak??" sapaku ketika sudah berada di meja

"Gak terlalu kok buk.. ini kami udah pesanin minuman buat ibuk.." jawab Alvin sambil menyodorkan minuman yang belum tersentuh ke hadapanku

"Thanks.." balasku dan mengambil duduk di samping Septi.

"Jadi.. diskusi kita siang menjelang sore ini mengenai pembesaran caffe yang sedang berlangsung.." buka Alvin dan diskusi pun dimulai.

Banyak hal yang kami diskusikan sore ini, selain pembahasan mengenai caffe dan proses pembesarannya, kami juga bercerita banyak hal. Saling mengejek satu sama lain, saling menggoda satu sama lain bahkan saling membicarakan keburukan masing-masing di tempat kerja. Walaupun mereka bawahanku di tempat kerja, namun aku sama sekali tidak pernah berpikir mereka lebih dibawahku. Aku selalu menjadikan karyawan-karyawanku sebagai teman sehingga mereka nyaman bekerja di tempatku. Banyak bercerita, banyak tertawa, banyak tersenyum, membuatku lebih lega dan bahagia. Kami telah menghabiskan masing-masing dua porsi miuman dan beberapa makanan ringan yang disediakan sebelum akhirnya berpindah tempat ke tempat makan yang menyajikan makanan berat.

"Buk bos.. gak kerasa udah tinggal beberapa minggu lagi ya buk.. gimana persiapan sejauh ini buk??" Tanya Alvin ketika kami sedang makan malam.

"Yaa.. sejauh ini sih lancar-lancar aja.. minggu depan mau di maksimalkan lagi persiapannya.. kalian jangan lupa datang yaa.." ucapku dan mereka kembali menggodaku.

Seharian ini aku sama sekali tidak menerima kabar dari Rio. Rio kembali menghilang seperti hari itu, tapi kali ini aku tidak ingin terlalu memikirkannya seperti hari itu. Aku mencoba untuk tidak terlalu memusingkan hal itu dan kembali bercanda dengan teman-teman. Hingga akhirnya perhatianku terpusat pada satu titik di seberang meja makanku. Aku melihat pemandangan yang sangat mengejutkan. Bahkan lebih mengejutkan dari pemandangan kemarin. Aku melihat Rama sedang berduaan dengan wanita sialan itu dengan ekspresi senang, yang membuatku kaget dan terkejut adalah kondisi perut wanita itu yang sangat berbeda dari beberapa hari yang lalu.

Sontak aku langsung berjalan keluar dari rumah makan, meninggalkan ketiga temanku yang heran melihatku pergi begitu saja, dan menghampiri pasangan itu. Ketika berjalan mendekati mereka aku terus memperhatikan gerak gerik mereka yang mencurigakan itu. Berusaha untuk mengumpulkan keberanian membuat onar di muka public. Satu-satunya yang ada di pikiranku saat ini adalah bagaimana caranya aku menemukan kebenaran dari semua peristiwa yang terjadi. Aku merasa mereka memiliki andil tertentu didalam kejadian yang ku alami akhir-akhir ini.

"..Jangan lupa sama janji lu yaa.." ku dengar sepenggal kalimat itu sebelum memutuskan untuk berbicara.

"Haii..." sapaku memotong pembicaraan mereka.

Mereka langsung melihatku dengan ekspresi yang berbeda. Kaget bercampur takut dari sisi Rama dan senyum menyebalkan dari sisi Katherin. Aku tahu, bahwa mereka sedang menyembunyikan sesuatu tapi aku tidak tahu apa itu pastinya. Yang jelas itu adalah sesuatu yang berbahaya dan menyebalkan.

"Ai..." ucap Rama setelah pulih dari kagetnya

"Hai Ram.." balasku dengan memasang senyum terpaksa. Berusaha untuk menunjukkan kekesalanku dalam diam.

"Kamu lagi apa disini??" Tanya Rama memutus tatapan benciku pada Katherin

"Lagi kencan..." jawabku sinis

"Ohh.. sama siapa?? Rio??" balas Katherin tak mau kalah sinis

"Jelas.. emangnya mau sama siapa lagi?? kan bukan gue yang suka jalan sama milik orang.." balasku dan kini kami kembali beradu tatap, tidak ada yang mau kalah

"Maksud lu, gue jalan sama milik orang gitu?? Orang jelas-jelas Rio masih sayang sama gue.. kenapa gue harus nolak ajakannya jalan.." balasnya tak kalah sengit

"Oh iyaa?? Apa Mas Rio pernah bilang masih sayang sama lu?? Seingat gue Mas Rio udah move on sejak kenal gue.. dan gue yang diajaknya ke pelaminan kan.. bukan lu.."

"Hehh.. kita liat aja nanti.. siapa yang akan dipilihnya nanti.. lu atau gue.."

"Jelas gue lahhh.. undangan udah siap, tinggal sebar.. kalau pun gak jadi, keluarga gue gak akan malu.. justru bangga karena gak jadi sama cowok yang gak bisa move on.."

"Kok lu ngeselinn sihh... cari mati lu yaaa..." ucapnya tanpa bisa menahan amarahnya. Kini aku tahu siapa dalang di balik semua kecelakaan yang terjadi.

"Ohh jadi selama ini lu yang nyakitin gue?? Gue bilangin yaa.. jangan pernah nyentuh keluarga dan sahabat gue.. kalau lu punya masalah hadapin gue langsung... lu juga Ram, jangan mau di bodohi sama cewek kayak dia.. mau berapa kali lu dibodohi sama tipe yang sama... lu bisa ketemu sama cewek yang lebih baik dari dia..." ucapku sebelum berputar meninggalkan mereka

Urggghh... mengesalkann.. kenapa juga sihh Mas Rio gak bisa ninggalin cewek ituu.. apa sihh bagusnya diaa.. gerutuku dalam diam

"Buk Boss... dari mana??" Tanya Alvin begitu melihatku berjalan mendekati mereka

"Memastikan sesuatu..." jawabku masih kesal

"Waahhh.. ada apa nihh kak?? Kok kesel??" Tanya Kelvin heran

"Gak apa-apa.. tadi abis ngeliat nenek lampir ajaa.." gerutuku kembali

"Waahhhh.. yukk pulang ajaa.. sebelumnya kita beli es krim dulu yaaa, biar buk boss redaan..." ucap Alvin sambil menarik tanganku dan setengah menyeretku menjauhi tempat itu.

Alvin menepati janjinya untuk membelikanku es krim kesukaanku dan langsung mengantarku pulang. Selama perjalanan pulang mereka tidak banyak bertanya tentang kejadian itu dan hanya berusaha untuk menaikkan kembali moodku. 

つづく

My Wedding Blues (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang