Bab 24

1.6K 58 0
                                    


"Ottoke (bagaimana *korea)..." gumamku panik saat aku baru selesai mandi.

Pagi ini aku terlambat bangun karena malamnya aku tidak bisa tenang sehingga tidur pun tidak nyenyak yang menghasilkan bangun lebih siang dari biasanya. Dengan terburu-buru aku memakai baju yang tadi malam sudah ku pilih dan berjalan cepat menuju meja rias untuk memasang make up ringan. Selesai memasang make up aku melihat jam tanganku yang menunjukkan pukul 6.50 pagi dan itu artinya 10 menit lagi Rio akan tiba. Hal itu membuatku semakin panik yang mengakibatkan tanganku tidak bergerak sesuai dengan perintah otak.

Otak memerintah untuk mengambil sisir yang terambil adalah maskara, setelah berusaha sekali lagi barulah sisir terambil dan aku menyisir rambut panjang bergelombangku. Selesai dengan sisir aku berencana mengepang rambut, namun sekali lagi yang dilakukan tanganku adalah mengumpulkan seluruh rambut menjadi satu seperti ingin menguncir kuda. Setelah akhirnya aku berhasil mengepang rambutku dan ingin mengambil kuncirannya yang terambil malah jepitan baday atau biasa dipanggil jeday. Sungguh pagi ini sangat rusuh.

Setelah mengambil napas panjang dan menghembuskannya perlahan, barulah badanku bergerak sesuai dengan perintah otak. Setelah menenangkan diri sejenak, aku kembali memasukkan barang-barang yang sekiranya perlu seperti charger, peralatan makeup, sabun cuci muka, dan tissue. Setelah menutup resleting tas dan menyambar jaket aku langsung bergegas keluar kamar karena aku sudah telat 15 menit. Namun sepertinya penyakit cerobohku muncul lagi, saat aku membuka pintu kamarku, pintu tersebut terbuka dan menghantam jari kakiku dengan lumayan keras.

"Au.." jeritku tertahan menahan sakit di kakiku

"Rin?? Kamu gak apa-apa??" seru sebuah suara dari pintu depan.

"Gak apa-apa mas.." sahutku sambil berjalan tertatih menuju pintu dan membukakannya

"Kamu gak apa-apa??" tanyanya lagi saat melihatku dibalik pintu

"Daijoubu (gak apa-apa).." jawabku keceplosan

"Maksudnya gak apa-apa mas.. masuk dulu yuk.. masih ada beberapa hal yang perlu Rin lakuin.. maaf telat buka pintu.." kebiasanku saat terburu-buru adalah banyak kalimat yang keluar dari mulut tanpa struktur yang jelas, alias asal ngomong

"Kamu tenang dulu deh.. kenapa panik gini??" tanya Rio saat dia sudah masuk kedalam rumah

"Gak panik kok.." jawabku terlalu cepat

"Duduk dulu.. biar mas ambilkan minum dulu.." ucapnya lagi sambil memaksaku duduk disofa

"Iya.." jawabku lesu. Sepertinya aku kembali menjadi tidak berguna. Kenapa malah tamu yang ngambilin minum buat tuan rumah? Sungguh tuan rumah yang tidak baik.

"Nah.. apa lagi yang harus kamu lakukan??" tanya Rio saat aku sudah meminum air yang dibawanya

"Kayaknya gak ada deh.. hehehe" jawabku dengan polosnya

"Jadi kita langsung berangkat aja nih?? Udah telat 30 menit loh.." godanya sambil menenteng ranselku

"Maaf.." ucapku merasa bersalah karena telat dikencan pertama kami. Yah.. sejak tadi malam aku selalu terbayang kata kencan yang mengakibatkanku gelisah, gugup, dan ceroboh seperti pagi ini.

"Gak apa-apa kok.. santai ajalah.. ini kan jalan-jalan pertama kita.. jadi gak usah buru-buru banget.." ucapnya sambil membukakan pintu mobil untukku.

Setelah kami berada didalam mobil Rio mulai menyalakan mobil dan menyuruhku menggunakan seatbelt dan menaruh ranselku di kursi belakang. Sebelum berangkat dia kembali menanyakan ada barang yang tertinggal atau tidak. Setelah mengingat-ingat ternyata hpku masih tertinggal diatas tempat tidur. Dengan cepat aku kembali memasuki rumah dan berlari menuju kamarku dilantai 2 untuk mengambil hp yang tertinggal itu. Setelah mendapatkan hp aku kembali melihat sekeliling kamar untuk memastikan tidak ada barang yang tertinggal lainnya. Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal aku kembali berlari secepat mungkin ke mobil supaya tidak meninggalkan Rio terlalu lama.

My Wedding Blues (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang