Egi melajukan motornya dengan kecepatan yang cukup membuatku mengeratkan peganganku di pinggangnya. Aku sedang memikirkan sesuatu ketika Egi tiba-tiba mengerem motornya secara mendadak yang menyebabkan reaksi terhadap motornya dan aku. Motor tersebut berbelok secara tajam dan akibat dari rem mendadak tersebut adalah motornya terjatuh dengan terseret samping. Sesaat setelah Egi me-rem mendadak aku sempat merenggangkan peganganku pada pinggangnya sehingga tidak terlalu menempel pada punggung Egi. Motor yang berbelok tajam tersebut langsung menghantam trotoar jalan yang menyebabkan aku serta Egi terpelanting jauh dari motor. Berkat usahaku sebelumnya, dampak jatuh tersebut tidak terlalu berdampak namun tetap membuatku terguling di atas trotoar. Beda denganku, Egi justru terlempar sedikit jauh dari motor dan menabrak pohon di pinggir jalan dengan punggungnya.
Aku berusaha untuk bangun dan menolong Egi yang sepertinya tidak sadarkan diri itu, namun belum sempat aku beranjak dari posisiku, aku melihat seseorang berseragam serba hitam keluar dari mobil yang ku perkirakan sebagai sumber kecelakaan ini berjalan mendekati Egi yang tidak sadarkan diri itu.
"STOPPPP.." teriakku ketika melihat sesuatu bersinar di tangan orang yang berjalan mendekati Egi dan berlari secepat yang kubisa lalu berdiri di depan tubuh Egi.
Sebelum aku sempat berdiri di depan Egi, orang itu langsung berbalik kearahku dan mengarahkan pisaunya padaku. Aku takut, takut kalau dia akan mencelakaiku namun aku lebih takut lagi kalau sesuatu terjadi pada Egi. Hal itulah yang membuatku memberanikan diri menghadapi orang ini. Kami sempat saling berhadapan untuk waktu yang cukup lama, tidak tahu berapa menit, sebelum akhirnya dia mengacungkan pisau tersebut dan berjalan kearahku dengan kecepatan cepat. Sebelum aku sempat memikirkan apa yang akan terjadi, dia langsung menusukkan pisau itu kearah perutku. Beruntung reflekku dapat menghindarinya sehingga hanya menggores sedikit sisi perutku. Bukan luka yang serius, namun cukup sakit.
"Gue ingetin sekali lagi, batalkan pernikahan lu dengan Rio.." ucapnya sebelum berlari menuju mobilnya dan pergi begitu saja.
Sambil memegang sisi perutku yang berdarah, aku berjalan menuju Egi yang masih belum sadarkan diri itu. Kerumunan sudah mulai terbentuk dan aku mulai mendengarkan bisik-bisik bertanya apa yang terjadi dan sebagainya. Untuk sesaat aku mengabaikan semua itu dan duduk disamping Egi memeriksa keadaannya.
"Egii.. egii.." panggilku tanpa menggoyang tubuhnya terlalu keras. Aku takut dia mengalami luka di tempat yang tidak terlihat.
"Seseorang tolong telpon ambulan.." seruku pada beberapa orang yang membantu membangunkan motor Egi dan menepikannya.
"Naik mobil saya aja buk.. saya antarkan sampai rumah sakit terdekat.. manggil ambulan akan lama.." ucap seseorang yang langsung meminta bantuan yang lain untuk menaikkan Egi ke dalam mobilnya.
Aku langsung mengikuti Egi dan duduk disebelah Egi yang masih belum sadarkan diri. Dalam hati berdoa agar Egi baik-baik saja dan mengutuk orang itu. Kurasa dia ada dendam padaku. Selama perjalanan aku segera mengecek hp dan dompet, bersyukur tidak ada kerusakan berarti pada hpku, namun begitu memeriksa hp dan dompet Egi yang biasanya dia simpan di kantung celananya, aku terkejut dengan kerusakan hpnya. Untung saja dompetnya ada dan kartu identitasnya pun ada. Sekali gerak dan sambil menahan perih dari luka yang kudapat aku segera menghubungi orang rumah dan mengabarkan keadaanku dan Egi serta memberi tahu ke rumah sakit mana kami menuju.
"Iya bun.. Rin baik-baik ajaa.. sekarang lagi di mobil menuju rumah sakit YY.. bunda sama yang lain langsung aja nyusul kesana yaa.. soalnya Egi pingsan.." ucapku sebelum memutuskan sambungan dan kembali memperhatikan Egi.
Sesampainya kami di UGD rumah sakit, aku bersama bapak baik hati pemilik mobil meminta perawat untuk segera membawa Egi ke dalam dan memeriksa keadaannya. Aku takut dia mengalami cedera yang cukup parah dan tidak bangun lagi. Begitu menempatkan Egi diatas tempat tidur, mereka membawa Egi ke dalam ruang gawat darurat dan memeriksa keadaannya. Aku pun dibimbing menuju salah satu tempat tidur di sebelah Egi dan menunggu dokter lainnya untuk melihat keadaanku.
Mereka memeriksa Egi dengan sangat cekatan dan memutuskan kalau Egi hanya pingsan karena syok yang diterimanya dan itu tidak terlalu berbahaya. Namun selain itu mereka menemukan beberapa luka lecet pada kaki dan tangan Egi serta tulang kaki yang retak akibat kejatuhan motor. Mendengar hal itu aku hampir menangis namun masih bisa kutahan. Aku bersumpah siapa pun yang berniat mencelakaiku dan keluargaku akan menerima ganjarannya.
"Baiklah buk.. saatnya luka-luka ibu di bersihkan dan di obati yaa.." ucap salah satu perawat saat aku memperhatian mereka mengobati Egi
"Oh iya.. silahkan.." ucapku dan mereka memeriksa luka-luka yang ada di tubuhku. Ketika mereka mengangkat bajuku mereka kaget dengan luka gores panjang di salah satu sisi perutku.
"Ya ampun buk.. ini kenapa?? Dokk.. tolong disini.." seru perawat tersebut sedikit panic dan dokter langsung bergegas menuju tempat tidurku.
"Cuma luka gores aja kok.. gak parah.." ucapku sebelum mereka membuat kehebohan lainnya.
"Mungkin memang hanya luka gores tapi kita harus memastikannya dengan seksama agar tidak terjadi infeksi.. baiklah buk saya periksa dulu yaa.." kata dokter ganteng itu dan langsung membersihkan luka tersebut.
Cukup perih juga dibersihkan, sepertinya luka ini tidak hanya sekedar luka gores biasa. Karena dokter yang memeriksanya memasang wajah yang cukup menyeramkan.
"Lukanya lumayan juga buk.. ini seperti luka gores yang dihasilkan oleh benda tajam.. seharusnya kalau hanya jatuh dari motor luka ini tidak akan ada.." ucap dokter tersebut sambil membersihkan bekas darah di sekitarnya dan mengoleskan obat pada luka itu.
"Lalu luka di lengan ibuk ini jugaa.. lebih baik di obatin lagi yaa..lebih baik kita berjaga-jaga saja.. kalau bisa 2 hari lagi ibuk kembali untuk check up ya, mana tahu lukanya udah sembuh.. dan satu lagi jangan mandi dulu, lukanya jangan sampai kena air, kalau mau mandi lebih baik di lap aja badannyaa, biar lukanya cepat kering.. saya tunggu 2 hari lagi ya.." ucap dokter tersebut dan langsung ke pasien lainnya begitu siap merapihkan luka-lukaku.
つづく
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wedding Blues (END)
Romance"apakah dia akan menjadi cinta sejati sekaligus suamiku?" adalah apa yang aku pikirkan setelah menerima lamaran dadakannya malam itu, tapi semakin ku pikirkan semakin aku menjadi takut akan pernikahan. sanggupkah aku menjalani perjalanan menuju kes...