Selesai makan siang yang sangat terlambat itu, kami melanjutkan perjalanan menuju percetakan untuk mengambil cetakan undangan mereka. Sesampainya di percetakan yang turun hanya Ojan karena memang kami hanya mengambil disini. Selesai menaruh cetakan tersebut kedalam bagasi mobil, mobil kembali melaju menuju hotel. Sesampainya di hotel Ojan dan Frans serta Ferdi menurunkan cetakan undangan tersebut dari bagasi menuju lobi hotel yang paling dekat dengan taman di hotel tersebut. Setelah kami orang dewasa duduk dan mulai memesan makanan ringan dan minuman pada waitress di hotel ini, Leo mulai berlarian kesana kemari.
"Ante Eboyy.. main yuk.." ucap Leo di dekat kaki Deby
"Main apa Leo??" tanya Deby
"Ayo adu lari lagi.. Eo gak akan kalah..." ucapnya dengan mata yang berbinar-binar
"Udah sana ajak main gih.. biar kami bisa tenang masukin undangan ke plastiknya ini.." ucap Icha sambil mengeluarkan beberapa undangan keatas meja dan mulai memasukkannya kedalam plastik pembungkusnya
"Eh.. lu gak nulis tujuannya dulu? Bukannya lu tulis dulu ya dikolom putih ini sebelum masukin ke dalam plastik?" ucap Ivon ketika melihat Icha langsung memasukkan undangan kedalam plastik
"Oh iya.. gue lupa.. hehe" jawab Icha sambil cengengesan dan kami mulai menulis tujuan dari undangan tersebut sesuai dengan daftar tamu undangan.
Namun keheningan itu tak bertahan lama setelah kami semua mendengar teriakan Leo dan Deby dari arah taman. Dengan bergegas kami langsung menuju ketempat mereka berada dan disana kami melihat Leo sudah terduduk dengan luka berdarah yang mengalir dari sudut bibir dan sikunya. Dengan panik Ivon langsung mendekati Leo yang sudah menangis dengan kencangnya tersebut. Sepertinya hanya aku yang masih bisa berpikir jernih disini, Rezka yang memang sejak dulu pobhia terhadap darah langsung mundur dan lemas yang untungnya langsung ditangkap oleh suaminya kalau tidak mungkin dia sudah pingsan dan terjatuh ditanah. Icha dan Ojan yang langsung berlari menuju hotel untuk mencari pertolongan pertama. Frans yang sibuk menenangkan istrinya yang sudah sangat panik. Aku tahu kalau ini terus dibiarkan, bisa saja Deby yang disalahkan karena tidak bisa menjaga Leo. Dengan cepat aku berlari menuju Deby yang terduduk bagai patung tak jauh dari posisi Leo saat ini.
"Deb.. ada apa ini??" tanyaku sambil memegang lengannya dan aku merasakan dia meringis kesakitan. Dengan cepat aku menaikkan lengan bajunya yang memang panjang hari ini dan menemukan luka yang lebih parah dari luka yang didapati Leo. Luka ditangannya sepertinya dalam dan terlihat seperti luka yang terseret. Dengan hati-hati aku mengikatkan lengan bajunya diatas luka tersebut dan kembali memeriksa luka yang didapatinya.
"Yaampun Deboy juga luka.. kok bisa.." teriakan Icha sedikit mengalikan perhatian Ivon dari Leo yang masih saja menangis
"Biasa aja ah.. gak seberapa kok ini.." ucap Deby sangat santai dan aku bisa melihat Ivon kembali panik. Kali ini kepanikannya double. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, aku segera memanggil Icha untuk mendekatiku
"Lu bawa kotak P3Knya kan?" tanyaku setelah memanggilnya
"Bawa.. dan ini Ojan juga bawa air putih..." ucapnya sambil menyerahkan kotak dan beberapa botol air mineral
"Tahan ya Boy.." ucapku sambil mengucurkan air mineral tersebut kearah lukanya untuk membersihkan luka tersebut.
"Au.. sakit woy.." ucapnya sedikit meringis
"Kan udah gue bilang tahan.. " bantahku setelah memastikan luka tersebut bebas dari kerikil ataupun debu.
Setelah memastikan luka tersebut bersih, aku mulai membuka kotak P3K yang tadi diberikan Icha dan mencari obat merah atau betadhin untuk dioleskan ke luka Deby. Setelah menemukannya aku pun mengoleskan obat tersebut diatas lukanya dan membiarkannya mengering dengan sendirinya sebelum aku menutupnya dengan kain kasa agar tidak terkontaminasi dengan udara luar yang penuh dengan bakteri. Setelah selesai menangani luka Deby aku pun beralih ke Leo yang masih menangis, bahkan kini suara tangisannya sangat menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wedding Blues (END)
Romance"apakah dia akan menjadi cinta sejati sekaligus suamiku?" adalah apa yang aku pikirkan setelah menerima lamaran dadakannya malam itu, tapi semakin ku pikirkan semakin aku menjadi takut akan pernikahan. sanggupkah aku menjalani perjalanan menuju kes...