Pagi ini aku terbangun oleh teriakan Rei yang memekakkan telinga di pagi hari. Sepertinya dengan adanya Rei di rumah ini, kedamaian pagi yang selalu ada akan menjadi tidak ada. Dengan bergegas aku melakukan kebiasan di pagi hari dan bersiap untuk pergi ke kantor. Siap dengan baju tempur yang selalu kugunakan dan make up tipis untuk menyokong kegiatan hari ini, aku berjalan keluar kamar menuju ruang makan dan menemukan seluruh keluargaku sudah berkumpul untuk sarapan. Sepertinya hari ini kegiatan Mas Ryan adalah mencari sekolah dasar untuk Rei dan keperluan lainnya yang tidak ada di rumah ini. Untuk hal itu dia meminjam mobilku.
"Mas pinjem mobilmu yan Rin.." ucap Mas Ryan saat aku akan berpamitan
"Lah.. terus Rin pergi kekantornya naik apa?? Kan ada mobil keluarga mas.. pake mobil itu ajalah.." jawabku sambil berjalan menuju ruang tamu
"Lah.. kamu kan dijemput.. tuh jemputan udah dateng.. jadi pinjem ya.." ucap mas Ryan bertepatan dengan datang Rio menjemputku seperti kemaren.
"Yaudah.. untuk hari ini Rin pinjemin.. tapi inget jangan di rusakin ya.." ucapku tidak rela melepaskan Reddy (nama mobilku) dan memberikan stnk mobil tersebut dan segera masuk ke dalam mobil Rio dan dia langsung melaju menuju kantorku.
"Besok dan besoknya lagi dan seterusnya.. setiap pagi akan mas jemput jadi kamu gak usah repot bawa mobil sendiri.." ucapnya saat lampu merah
"Yakin?? Kantor kita beda arah loh.. nanti mas telat gimana?" tanyanyaku khawatir. Bagaimanapun juga dia adalah pemilik perusahaan bergengsi yang mempunyai jadwal padat.
"Gak papa.. telat dikit gak masalah kok.." jawabnya santai sambil kembali melajukan mobilnya
"Gimana kalau mas ada rapat pagi? Dan gak bisa telat?? Kayak rapat redaksi atau rapat pemegang saham gitu..." ucapku masih khawatir
"Kalau gitu mas tinggal jemput kamunya lebih pagi aja.. biar sama-sama gak telat.." jawabnya super santai. Dikiranya gue suka bangun pagi kali yaa..
"Hmmm..." gumamku membayangkan harus bangun lebih pagi dari jadwal biasanya dan itu sudah membuat moodku jatuh
"Ahh.. kamu bukan tipe pagi ya.. " ledeknya tepat ketika kami sudah sampai didepan kantorku
"Udah tahu gak usah nanya.. apalagi ngeledek.." ucapku bete sambil membuka pintu mobil
"Maaf.. nanti mas jemput ya.. jam biasa??" tanyanya sambil menahan tanganku agar tidak keluar dulu
"Iya.. belum ada perubahan jadwal kan?? Oh iya gedungnya gimana??" tanyaku
"Nanti mas kabarin lagi.. kamu gak usah sibuk mikirin gedung.. mas udah ada planningnya dan dibantu juga sama Tori.. jadi kamu nanti tinggal pilih aja mana yang sesuai dengan keinginan kamu.." jawabnya lembut sambil mengelus lembut pipiku dan itu membuatku tersipu
"Manisnya.. udah masuk sana... nanti kena hukum lagi sama Alex.." ucapnya sambil mengelus rambutku lembut dan aku segera keluar dari mobil tersebut sebelum aku kehabisan napas disana.
Setelah turun dan melambaikan tangan kearah mobil yang melaju keluar aku segera masuk kedalam gedung sebelum ketahuan oleh pak Alex dan mendapatkan ceramahan andalannya tersebut. Sesampainya di ruangan aku hanya dapat menemukan beberapa orang saja disana. Oh iya.. beberapa dari mereka ada yang melakukan pekerjaan lapangan minggu ini. Berarti minggu ini adalah minggu yang sepi.
Seperti biasa aku mengerjakan pekerjaan yang ada diatas mejaku. Walaupun jumlahnya tidak pernah berkurang dari sebelumnya, setidaknya sudah tidak ada lagi pekerjaan sampingan dari pak Alex. Sepertinya dia sudah terkena ancaman oleh Rio dan aku senang akan hal itu. Hohohoho.
Pekerjaan hari ini berjalan seperti biasanya. Walaupun ruangan tidak seramai dan seseru biasanya, namun pekerjaanku tidak terhalangi sama sekali. Aku mengerjakan pekerjaan yang bisa kukerjakan hari ini, entah itu bagian hari ini maupun bagian besok. Aku mempunyai firasat kalau besok aku akan bekerja setengah hari. Selesai jam kerja seperti biasanya, aku menunggu Rio di loby dan seperti kemarin dia terlambat menjemputku. Yahh walaupun ini baru 2 hari dia menjemputku, namun aku tidak terlalu keberatan menunggu, asal dia tidak membuatku menunggu terlalu lama saja.
Setelah mengobrol sebentar di lobi, kami berjalan bersama menuju mobil. Sesampainya di dalam mobil, aku menemukan beberapa selembaran di kursi belakang. Dengan penasaran aku mencoba mengambil beberapa lembar dan melihat isinya. Ternyata isinya adalah paket pernikahan yang diambil oleh Rio di tempat Tori. Selama perjalanan pulang kami berdua membahas gedung mana yang akan kami gunakan nantinya. Akhirnya tepat ketika kami sampai didepan pagar kami memutuskan akan menggunakan gedung YY.
"Besok kita survei tempat ya bareng Tori, jadi kamu kerja sampe siang aja.. udah mas mintain izinnya kok sama Alex.. jadi tenang aja ya.. besok mas jemput lagi.." ucapnya sebelum dia berlalu pulang.
Setelah mobil tersebut menghilang di belokan aku pun berjalan memasuki rumah yang saat ini kosong. Kemana semua penghuni rumah ini? Ketika aku berjalan keliling rumah untuk menghidupkan lampu aku menemukan secarik kertas tertempel di pintu kulkas.
'Rin.. kami pergi jalan-jalan dulu ya.. hari minggu balik.. yang tinggal cuman kamu sama Egi.. cuman Egi katanya nginep dirumah temennya sampe senin, persiapan naik gunung, mungkin baliknya hari senin apa selasa.. jaga rumah yah.. nanti pulang bunda bawain oleh-oleh deh.. oh iya jangan berduaan aja sama nak Rio ya.. kalian belum muhrim...' tulis pesan tersebut.
Selesai membacanya aku hanya meremukkan kertas tersebut dan membuangnya di tempat sampah, dan bergegas mengunci pintu dan jendela yang ada dirumah besar ini. Walaupun sudah biasa ditinggal seperti ini, namun aku tetap tidak bisa menghilangkan rasa takut dan khawatir itu. Berhubung hanya tinggal aku seorang di rumah ini, aku langsung menyiapkan makan malam tanpa mengganti baju terlebih dahulu. Selesai makan malam, barulah aku membersihkan diri dan bersiap tidur. Tapi sebelum tidur aku kembali mengecek pintu dan jendela yang ada, setelah yakin semua terkunci barulah aku tertidur.
つづく
![](https://img.wattpad.com/cover/126124033-288-k389435.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wedding Blues (END)
Romance"apakah dia akan menjadi cinta sejati sekaligus suamiku?" adalah apa yang aku pikirkan setelah menerima lamaran dadakannya malam itu, tapi semakin ku pikirkan semakin aku menjadi takut akan pernikahan. sanggupkah aku menjalani perjalanan menuju kes...