"Rin... buruan.. udah jam segini..." teriak bunda dari ruang makan
"Iya bun.. bentar.. ambil hp dulu..." balasku dari dalam kamar dan dengan segera mengambil hp yang terchas dan memasukkannya kedalam tas kecil favoritku lalu berlari menuju ruang makan
"Hey jagoan.. udah siap nih untuk masuk sekolah? Hari pertama loh..." ucapku sambil mengacak rambut Rei yang sedang memakan sarapannya
"Kamu sarapan juga gih.. buruan.. nanti Rei telat.." ucap bunda sambil menyodorkan piring bersih kearahku dan aku menerimanya dengan senang hati.
"Kak... nanti anterin aku kekampus ya.. abis nganterin Rei juga gapapa kok.." ucap Dina saat aku sedang makan
"Jemputan kemana emangnya??" tanyaku usil
"Lagi berantem.." jawabnya ngambek
"Oke... berarti sekali jalan aja ya.. " ucapku dan bangkit menuju tempat piring kotor dan mencuci piring kotorku
"Sekalian ya Rin..." ucap Mas Ryan dan langsung menaruh beberapa piring kotor di atas piring kotorku yang sudah kusabuni
"Cuci sendiri kek.." seruku kesal namun tetap kukerjakan juga.
Yaa.. beginilah keseharian pagi kami jika kami berkumpul bersama. Sikap iseng Mas Ryan dan Egi tidak pernah berkurang sedikit pun. Sikap manja Dina semakin tua semakin menjadi dan sekarang kami mempunyai penghuni baru yaitu Rei dan Mba Ika yang menambah keseruan pagi kami. Namun keseruan pagi ini tidak bertahan lama ketika terdengar teriakan Mba Ika dari ruang tengah. Dia sedang duduk bercengkerama bersama ayah dan bunda ketika teriakan itu terdengar. Dengan sigap kami yang berada di ruang makan, aku, Mas Ryan, Egi, Dina, dan Rei, langsung berlari menuju ruang tengah dimana Mba Ika berada. Mas Ryan dengan sigapnya langsung menghampiri istri tercintanya dan bertanya ada apa yang tidak langsung dijawab oleh Mba Ika. Egi yang sepertinya masih bisa berpikir normal langsung mengambil kunci mobil yang digantung di tempat gantungan kunci dan berlari menuju garasi. Tak lama kemudian aku mendengar suara mobil dihidupkan.
"Mas Ryan, ayah, dan bunda pergi aja ke rumah sakit.. biar Rei dan Dina, Rin yang jaga.. Kasian Mba Ika udah kesakitan gitu.. mungkin ada gejala yang perlu diperiksakan.. Egi udah nunggu didepan tuh.. mobil juga udah siap.." ucapku sambil menahan Rei yang ingin memeluk mamanya
"Mobil udah siap didepan mas.. bisa langsung berangkat.. kerumah sakit yang kemarin kan??" ucap Egi sambil membantu Mas Ryan memapah Mba Ika
"Iya.. kau bisa nyetir kan?? Kau yang bawa ya Gi.." ucap Mas Ryan sambil memapah Mba Ika
"Hati-hati ya Gi bawanya.. ingat Mba Ika lagi hamil.." ucapku mengingatkan Egi ketika mereka semua sudah berada didalam mobil. Untung mobil yang dibawa Egi adalah mobil keluarga yang berarti adalah Avanza. Di kursi penumpang ada Mas Ryan yang setengah memeluk Mba Ika sambil sesekali mengucapkan kata-kata pendukung dan bunda yang membantu Mas Ryan menenangkan Mba Ika dan disebelah Egi adalah ayah.
"Jagain Rei ya Rin.. kami pergi dulu.." ucap Mas Ryan sebelum akhirnya mobil berangkat menuju rumah sakit tujuannya.
"Aunty.. moms gonna be alright, right??" tanya Rei ketika aku membimbingnya menuju teras rumah
"She's gonna be alright.. kita percaya aja sama dokter disana nanti ya.. sekarang kalau Rei cemas, coba doa untuk kesembuhan mama ya.." ucapku dan mendudukkannya di kursi teras
"Tunggu disini ya.. biar aunty keluarin mobil dulu... Din.. buruan ambil barangnya.. kita berangkat lagi.. jangan lupa kunci pintu yaa.." seruku dari depan pintu
"Udah siap semua?? Ada yang ketinggalan??" tanyaku pada mereka yang kini duduk di dalam mobil
"Siap... dan gak ada.. pintu udah dikunci semua dan barang-barang gak ada yang ketinggalan.. tas Rei ada, tas kakak juga ada.. dan perlengkapan kuliah Dina juga lengkap.. saatnya berangkat.." seru Dina dari kursi belakang
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wedding Blues (END)
Lãng mạn"apakah dia akan menjadi cinta sejati sekaligus suamiku?" adalah apa yang aku pikirkan setelah menerima lamaran dadakannya malam itu, tapi semakin ku pikirkan semakin aku menjadi takut akan pernikahan. sanggupkah aku menjalani perjalanan menuju kes...