Bab 18

1.5K 64 0
                                    


"Rinn.. sarapan lagi.." panggil bunda dari arah dapur saat aku membenarkan make upku untuk yang terakhir kalinya sebelum keluar kamar sambil menyeret koper miniku.

"Kamu mau kemana??" tanya sebuah suara bersamaan dengan menghilangnya koper dari tanganku

"Mas Rio.. kenapa ada disini??" tanyaku kaget begitu tahu siapa dia

"Mau nganter kamu kekantor.. dan tidak ada penolakan.. oke.." jawabnya sambil membawa koperku menuju ruang depan

"Sarapan dulu yuk nak Rio.." ajak Bunda yang dengan seenaknya menarik Rio untuk duduk disebelah kursiku

"Dina pergi sama siapa nanti??" tanyaku ketika melihat Dina sarapan bareng

"Sama Bang Egi, Kak.. soalnya Bang Egi mau sekalian ke Depok.. ada yang mau ditemuinnya.." jawab Dina sambil makan dengan bergegas

"Truss si Eginya mana??" tanyaku sambil melihat sekeliling ruangan dan tidak menemukan keberadaan adik cowokku yang bandel itu

"Lagi mandi Kak.. bentar lagi katanya.." jawab Dina dan kami melanjutkan sarapan

"Yuk berangkat lagi.." ucap Rio saat aku baru selesai makan dan dengan terpaksa aku harus menurut kali ini dan kami berjalan beriringan menuju mobilnya.

Setelah tiba di mobilnya, dia dengan gaya gentlemen membukakan pintu untukku dan memasukkan koperku ke kursi belakang lalu naik keatas mobil dan menyalakan mobil tersebut. Setelah kuperhatikan mobil ini berbeda dengan mobil yang digunakannya saat kencan pertama atau itulah yang kukatakan atau sebut saja dinner pertama kami dulu. Dalam hati aku bertanya-tanya seberapa kaya dia dan berapa jumlah mobil yang dimilikinya. Bukannya matre, tapi perempuan itu harus realistis terhadap kenyataan.

"Jadi.. koper itu isinya apa?? Kamu mau kemana lagi??" tanyanya memecahkan keheningan di lampu merah

"Isinya perlengkapan untuk seminggu kedepan.." jawabku jujur, aku mulai mencoba untuk jujur dan terbuka padanya, sehingga perasaan yang kurasakan tidak akan membebaniku dikemudian hari

"Kamu mau kemana lagi?? Baru pulang masa langsung pergi lagi.." tanyanya dengan nada tak suka

"Kan aku sudah pernah bilang jadwalku untuk 3 bulan kedepannya padamu.. aku mau ke Palembang.. ada proyek disana yang harus diawasi, dan minggu ini adalah giliran timku.." jawabku

"Tim mu?? Siapa aja??" tanyanya semakin tidak suka

"Ada 3 orang aku, Yuda, dan Qori.." jawabku mencoba mencerahkan suasana namun sepertinya hal tersebut tidak berhasil karena dia tiba-tiba menggas mobilnya dan tak lama kemudian kami sudah tiba didepan kantorku

"Hubungi aku lagi nanti.." ucapnya dengan nada dingin

"Jangan kayak bocah gini deh.. dewasa sedikit..ini pekerjaan dan bidangku tidak terisi oleh wanita-wanita karir yang cantik.. pekerjaanku ini pekerjaan yang menantang yang lebih membutuhkan tenaga laki-laki dan itu yang menyebabkan banyak laki-laki disana.. jangan suka menyimpulkan yang gak-gak.." ucapku sebelum turun dan mengambil koper dari kursi belakang lalu berjalan cepat menuju kantor.

"Rin.. kita berangkat jam 10 ya.." seru Yuda saat aku memasuki kantor

"Serius?? Emang penerbangan jam berapa??" tanyaku saat aku duduk dikursiku

"Jam 11.30" jawab Qori disebelahku

"Oke.." ucapku santai sambil menghidupkan monitor komputerku

"Rin.. gimana liburan kemaren??" tiba-tiba Mba Yuli muncul dari ruangannya

"Lumayan mba.." jawabku sambil membuka beberapa berkas yang perlu kukerjakan

"Jadi.. gimana ada perkembangan gak?? Rio nyusul kan kesana.." ucap Mba Yuli sambil menggodaku

My Wedding Blues (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang