Pemuda tersebut mengeraskan rahangnya, tangan kirinya mengepal kuat, sedangkan yang satu lagi menggenggam erat handphone miliknya.
Beberapa saat yang lalu, Ia baru saja hendak tidur. Namun dentingan handphone miliknya yang tidak berhenti berbunyi membuat ia gusar bukan main, matanya nyaris membulat sempurna ketika ia melihat apa yang ada di handphonenya.
Sebuah pesan masuk dilengkapi dengan beberapa foto yang sengaja di kirim si pengirim di sana. Ia menelan salivanya berat, matanya tidak berpaling dari handphonenya barangkali sedetik pun.
Di sana, terpampang beberapa foto yang memperlihatkan seorang wanita tengah tidur dengan pria berambut oranye yang sangat ia kenal siapa mereka berdua, Jimin dan Hyesun.
Sialan kau Park Jimin, batinnya mengumpat.
Pemuda tersebutㅡTaehyung, benar-benar merasa marah. Ingin ia membunuh Park Jimin yang sudah dengan berani menyentuh miliknya begitu saja. Tanpa banyak bicara, ia melempar handphone miliknya ke dinding, membuat benda tersebut hancur dan terlihat menyedihkan.
Ia tak perduli tentang handphonenya, yang ia inginkan adalah melihat gadis itu saat ini juga. Melihatnya baik-baik saja dan tidak bersama dengan Jimin. Tapi nyatanya, Hyesun bahkan saat ini tengah tidur bersama Jimin.
Taehyung merasa jantungnya berdebar, ia kemudian sedikit meringis, membuka lacinya dengan tergesa-gesa dan mengambil satu tablet obat fluvoxamine. Ia memasukkannya ke dalam mulut, meraih segelas air putih di atas nakas dan meneguknya hingga habis.
Masih terengah-engah, ia memutuskan untuk merebahkan diri, berniat tidur dan melupakan segalanya.
---
Ini adalah hari ketiga tepat setelah rumor tentang Hyesun bertebaran di seluruh penjuru sekolah, Taehyung sengaja tidak masuk selama dua hari karena menghindari Hyesun dan tidak ingin melihat wajah gadis yang membuatnya tidak bisa berpikir dengan jernih dan ingin menyentuhnya.
Setelah kejadian semalam, di mana ia menyusup ke dalam rumah Hyesun, memeluk gadis tersebut dan kemudian menciumnya untuk pertama kali. Ia merasa sedikit terpukul karena sekarang ia hanya bisa melakukan hal-hal seperti ini secara diam-diam.
Tentu saja agar pria brengsek bermarga Park itu berhenti menganggu Hyesun. Tapi sepertinya hal tersebut tidak berguna sama sekali karena Jimin punya beribu cara tersendiri.
Ia memutuskan untuk meninggalkan rumah Hyesun pagi-pagi buta, membiarkan gadis itu tidur sendirian di dalam kamarnya. Selebihnya, Taehyung tidur di dalam mobilnya dan akhirnya memutuskan untuk pergi ke sekolah lebih awal.
Ia memakai fasilitas sekolah dengan baik, mandi dan tidur di UKS sekolah di saat para murid dan guru lain belum datang. Ia menyesalkan tentang handphonenya yang hancur membuat ia tidak bisa mengirimi sekedar satu pesan ke Hyesun, tidak ada yang dapat ia lakukan selain berbaring di salah satu ranjang UKS dan akhirnya tertidur, ia benar-benar merasa penat.
Ketika sinar mulai menyeruak masuk dan menerpa sebagian wajahnya, Taehyung akhirnya terbangun dan mengusap wajahnya sekilas, mengedarkan pandangannya ke sekitar ruangan dan mendapati bahwa ia berada di UKS dan ini sudah masuk pelajaran pertama.
Ia berdiri dan menarik napas dalam-dalam, Mengingat Hyesun yang biasanya berada di depannya, memunggunginya dan kemudian mengingat bahwa ia tertidur dengan Hyesun di sampingnya di ranjang UKS ini membuat Taehyung tidak ingin meninggalkan ruangan.
Indera pendengarnya tiba-tiba menangkap suara derit pintu UKS yang terbuka perlahan, langsung saja Taehyung membalikkan tubuhnya. Ia tentu tidak munafik dengan tidak berharap bahwa sosok itu adalah Hyesun, namun yang berada di sana bukanlah Hyesun.
Melainkan teman baik HyesunㅡLee Hara, si murid pindahan yang berasal dari jepang.
Mata Taehyung memandangi tubuh gadis tersebut dari atas ke bawah dan ia akhirnya mengernyitkan dahinya, pantas saja Hara di bicarakan banyak orang. Ia mempunyai wajah serta kulit yang bagus, proporsi badannya juga ideal.
"Sensei, Maksudku Ssaem ... sedang apa?" tanya Hara ragu-ragu.
Ia mempunyai aksen yang lucu, pikir Taehyung.
Taehyung berdehem singkat. "Kau sakit? Beristirahatlah. Aku akan keluar," ujar Taehyung pelan. Ia benar-benar pergi usai mengatakan hal tersebut, melewati Hara dan kemudian meninggalkan si gadis jepang itu di sana.
Namun tepat ketika ia baru saja melangkah satu langkah keluar dari ruangan, ia dihadapkan dengan seseorang yang tengah bersandar di dinding sebelah pintu masuk UKS dengan tangannya yang bersidekap di depan dada.
Taehyung sangat ingin memukul pemuda kurang ajar yang berusia tiga tahun di bawahnya ituㅡJimin.
"Apa maumu?" tanya Taehyung datar, melirik sekilas ke arah sekitar dengan hati-hati, takut apabila muncul rumor baru.
"Menyukai apa yang kukirimkan padamu, Hyung?" Jimin terkekeh pelan, mencoba memancing emosi Taehyung yang sebenarnya sudah tengah Taehyung tahan sebisa mungkin.
Taehyung menatap Jimin tidak suka ketika pemuda tersebut menekan kata Hyung padanya. "Berhenti berbuat seenaknya Park Jimin, kau tahu bukan bila aku tidak akan melepaskanmu untuk kedua kalinya?" Taehyung memasukkan kedua tangannya di saku celananya, tatapan mata dinginnya ia tujukan pada Jimin.
"Kau harus belajar dari pengalaman sebelum aku akhirnya membuatmu tidak akan pernah bisa belajar lagi." Taehyung mengulas senyum miringnya yang akhirnya luntur karena Jimin kemudian mengungkit hal yang ia benci.
"Hyung, kau mau orang di dekatmu seperti Ayahmu? Meninggalkanmu begitu saja ketika harusnya kau dinyatakan tidak bersalah? Ayolah, kau harus tahu diri," sahut Jimin dengan senyum kemenangannya.
"Persetan dengan semua omong kosongmu," ketus Taehyung yang membalikkan badan hendak meninggalkan Jimin sendirian di sana. Ia sudah benar-benar muak dengan apa yang Jimin katakan.
"Kau tidak ingin masa lalumu terulang, bukan?!" Jimin berteriak, memenuhi lorong koridor dengan suaranya. kata-kata itu sukses membuat Taehyung berhenti melangkah, ia membalikkan tubuhnya kembali menghadap Jimin yang berada dua meter darinya.
"Apa yang kau inginkan?" Taehyung melangkah mendekat ke arah Jimin yang masih tersenyum, namun jantung Taehyung berasa seperti diremas kuat ketika Jimin menunjuk ke arah pintu UKS sebagai jawaban.
"Bermainlah dengan si gadis Jepang satu kali, maka aku tidak akan menganggu mainanmu lagi."
Taehyung terkesiap. "Aku tidak mau," sahut Taehyung cepat, ia sempat berpikir dirinya sudah gila karena akan menuruti Jimin.
"Kau yakin? Apa kau sudah lupa apa yang kau perbuat tiga tahun lalu?" Pertanyaan yang dilontarkan Jimin membuat Taehyung terdiam sesaat dan pada akhirnya menyanggupi permintaan tidak masuk akal Jimin usai menimang-nimang dengan cepat.
"Penuhi janjimu setelah ini, Jimin."
Jimin mengangguk masih dengan senyumnya, ia melihat Taehyung masuk ke ruang UKS tanpa ragu. Well, mengapa Taehyung tiba-tiba berubah hanya karena gadis bernama Hyesun?
Itu adalah salah satu pertanyaan yang berada di benak Jimin saat ini. Tetapi ia membuangnya jauh-jauh karena memikirkan itu membuatnya membuang waktunya sia-sia, ia lebih memilih membuka sedikit pintu UKS dan mengintip apa yang tengah terjadi. Taehyung ternyata benar-benar melakukannya, ia mencium si gadis Jepang tersebut tanpa diberikan perlawanan oleh lawannya.
Taehyung memang penurut, sama seperti Ayahnya. Mereka berdua memang cocok menjadi bawahan.
Jimin lagi-lagi mengulas senyumnya, ingin ia berteriak penuh kemenangan sekarang. Ia meraih handphone miliknya dan menyelipkannya di celah pintu yang terbuka, merekam segala sesuatu yang terjadi dan ketika di rasa cukup.
Jimin memutuskan untuk ke kelas dan menarik Hyesun untuk melihat pertunjukkan dari Taehyung. Ia benar-benar tak sabar melihat reaksi Hyesun yang melihat ini. []
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall Apart
Fiksi Penggemar| TELAH DITERBITKAN | Keinginan Hyesun untuk hidup normal di sekolah harus ia telan bulat-bulat saat ketiga pemuda dengan masalah mereka masing-masing mulai masuk ke dalam kehidupannya dan mengacaukan alur hidupnya. Ia benar-benar terjebak bersama...