Mereka berbahaya. Kalimat tersebut terngiang-ngiang di kepalaku, aku tidak mengerti. Setelah kejadian tadi siang, aku memutuskan untuk izin pulang dan beristirahat di rumahku.
Beruntung aku tidak menemukan Hyejin atau pun Ibu di rumahku. Tidak penting mereka ke mana, lagipula aku tidak pernah di anggap di sini.
Kurebahkan tubuhku di atas kasur, lalu memejamkan mataku. Aku tidak berniat berganti baju karena memang saat ini rasanya aku tengah malas untuk melakukan apapun.
Wajah Taehyung, Jimin serta Yoongi tiba-tiba muncul di benakku tanpa meminta izin terlebih dahulu. Sial. Mereka muncul secara bergantian, membuatku muak.
Kubuka mataku dan kemudian mengusap wajahku merasa frustasi. Aku mengharapkan kehidupan yang normal, tapi mengapa aku malah dijadikan sasaran empuk bagi pria brengsek seperti Taehyung dan Jimin?
Lain halnya dengan Yoongi, aku merasakan bahwa ia menyembunyikan sesuatu. Maksudku, mengapa ia sampai memperingatkanku seolah ia benar-benar mengenal mereka?
Setelah berkutat agak lama dengan pikiranku dan tidak menemukan jawaban yang memuaskan, aku memutuskan untuk tidur.
Melupakan seluruh masalahku dan tidur begitu saja tanpa berganti baju.
---
Aku baru saja bangun dari tidurku, melihat ke arah jam dinding di kamar dan akhirnya sadar bahwa ini sudah larut malam, bahkan hampir tengah malam. Tidak ada satu orang pun yang membangunkanku. Sial. Dan aku malah tertidur sepanjang hari tanpa berpikir bahwa malam ini aku tidak akan bisa tidur.
Aku menuruni tangga dengan hati-hati, sedikit was-was bila Hyejin dan Ibu sudah pulang.
Sampai di tangga terakhir, aku mengernyit heran karena aku tidak mendapati mereka di lantai bawah atau pun di kamar Ibu, bahkan suaranya saja aku tidak mendengarnya. Kondisi di lantai bawah tetap sama seperti saat aku pulang ke rumah tadi siang. Lalu pada akhirnya aku beralih ke dapur untuk mendapatkan segelas air dingin.
Sebuah kertas memo berwarna kuning tertempel rapi di pintu kulkas, di sana tertulis bahwa Ibu dan Hyejin tidak akan pulang selama beberapa hari. Bagus, setidaknya aku mendapatkan ketenangan di rumah, tidak bertemu iblisㅡmaksudku Ibu.
Kepalaku sedikit pusing, mungkin ini efek karena aku tidur seharian dan tidak melakukan apapun. Segelas air dingin berhasil menyegarkan kembali tenggorokanku yang terasa kering.
Aku kembali menaiki tangga setelah memutuskan mematikan seluruh lampu yang ada di lantai bawah. Lalu kemudian sedikit menyesali keputusanku, karena sekarang ruangan di lantai bawah benar-benar gelap tanpa penerangan sedikit pun. Tapi setelah kupikir-pikir, aku sudah mengunci seluruh jendela dan pintu masuk.
Tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan.
Kututup pintu kamarku lalu kemudian merebahkan diri di atas kasur, lalu setelah agak lama aku kembali beranjak. Kuposisikan tubuhku berdiri di depan cermin, lalu merutuk sebal.
Bagaimana bisa aku tidak mengganti bajuku?
Bahkan pita seragamku masih terpasang rapi di kerah seragam sekolahku, walaupun aku sempat melepaskan kepanganku dan membiarkan rambut sebahuku terurai, bisa-bisanya aku tidak berganti pakaian.
Tepat ketika aku hendak melepas pita seragamku, lampu rumahku tiba-tiba padam. Aku yakin Ibu tidak memutuskan listrik atau sengaja tidak membayar listrik bulan ini karena akan pergi, bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall Apart
Fanfiction| TELAH DITERBITKAN | Keinginan Hyesun untuk hidup normal di sekolah harus ia telan bulat-bulat saat ketiga pemuda dengan masalah mereka masing-masing mulai masuk ke dalam kehidupannya dan mengacaukan alur hidupnya. Ia benar-benar terjebak bersama...