Aku benar-benar merasa bahwa diriku dipermainkan dengan begitu apik oleh seorang pemuda bernama Kim Taehyung.
Bagaimana tidak? Taehyung berhasil membuat jalan hidupku tidak karuan, memikirkan bagaimana pemuda tersebut memperlakukanku begitu lembut saja sudah membuat jantungku kembali berdebar.
Namun setelah apa yang terjadi akhir-akhir, aku yakin bahwa Taehyung bukanlah pemuda baik-baik.
Jimin sudah pulang sedari tadi, sedangkan aku tidak punya alasan untuk menahan Jimin agar berlama-lama di sini. Jimin punya kesibukkan sendiri, walaupun saat ini aku benar-benar tidak ingin sendiri.
Aku merasa perasaanku masih tidak tenang memikirkan satu kalimat yang diucapkan oleh Jimin beberapa saat yang lalu.
"Bukankah ini nomor Taehyung?"
Tidak, barangkali hal itu tidak benar. Mana mungkin Taehyung mempunyai nomor Hara? Sejak kapan mereka berdua begitu dekat? Seluruh pertanyaan tersebut terlintas di benakku.
Aku menghela napas berat lalu membaringkan tubuhku di atas ranjang, tanganku mengetuk-ngetuk sisi ranjang, aku sama sekali tidak bisa tenang.
Entah sudah berapa lama aku melakukan hal itu, namun kurasa aku benar-benar tidak bisa menahan diriku lagi. Aku mengambil posisi duduk dan kemudian menatap tajam ke arah laci, di sanalah handphone milik Hara kusimpan.
Haruskah aku membukanya?
Aku menggeleng kuat, kurebahkan diriku kembali dengan kasar dan memejamkan mata. Aku berusaha memenuhi pikiranku dengan hal-hal baik namun gagal, Adegan di mana Hara dan Taehyung bermesraan berdua dan adegan di mana aku melihat seluruh lebam di tubuh Hara membuat aku tidak bisa menahan diri lagi.
Aku harus mengeceknya. Benar. Persetan dengan privasi, ini menyangkut alasan mengapa ia mempunyai tubuh lebam.
Aku turun dari ranjang, kuambil handphoneku yang berada di dalam tas dan kemudian mengeluarkannya. Masih sedikit ragu, akhirnya aku berhasil mengambil handphone Hara di laci.
Perasaan bersalah benar-benar menyelimutiku, namun mau bagaimana lagi? Ini harus dilakukan untuk melihat kebenaran.
Aku kembali pada posisi duduk di atas ranjang, kutaruh kedua handphone tersebut di hadapanku dan kutatapi satu persatu, akhirnya aku memilih membuka handphoneku terlebih dahulu.
Kubuka daftar kontak dan langsung menekan kontak milik Taehyung, aku harus mengecek apakah benar nomor yang menelepon Hara adalah nomor Taehyung atau bukan.
Dengan jantung yang berdegup kencang, aku menekan kembali tombol tengah handphone Hara. Layarnya hidup dan menampilkan beberapa notifikasi, namun yang paling utama kulirik adalah notifikasi delapan panggilan tak terjawab dari sebuah nomor yang tidak disimpan. Aku menatapi nomor tersebut cukup lama dan kemudian beralih ke layar handphoneku.
Saat itulah aku mengetahui bahwa Jimin benar. Nomor yang menelepon Hara hingga delapan kali tanpa henti tadi sore adalah nomor yang sama dengan nomor dengan nama kontak 'Si Maniak' di handphoneku, Taehyung.
Apa lagi kali ini? Bukti bila perkataan Jimin adalah benar dan Taehyung lagi-lagi menunjukkan sisi buruknya? Tidakkah Taehyung tahu tentang apa yang ia lakukan semua ini? Ia benar-benar sampah. Apa ia juga yang membuat tubuh Hara lebam-lebam?
Aku bergidik, lebam di tubuh Hara bukanlah lebam biasa. Lebamnya tampak benar-benar memperlihatkan bahwa gadis itu disiksa mati-matian.
Bagaimana bisa Hara bertahan hidup dengan tubuh seperti itu? Walaupun mungkin lebamnya akan hilang, apa ingatannya ikut hilang? Kapan Taehyung bisa melakukan hal itu pada Hara?
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall Apart
Fanfiction| TELAH DITERBITKAN | Keinginan Hyesun untuk hidup normal di sekolah harus ia telan bulat-bulat saat ketiga pemuda dengan masalah mereka masing-masing mulai masuk ke dalam kehidupannya dan mengacaukan alur hidupnya. Ia benar-benar terjebak bersama...