03ㅡMessage

22.6K 3.4K 199
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi nyaring. Aku membenarkan posisi kacamataku dan berjalan menyusuri koridor.

Sesampainya di gerbang, aku merasakan handphoneku berdering.

Ah, mungkinkah ini dari Hani untuk mengundangku ke pesta nanti malam?

Tanpa basa basi aku langsung merogoh handphoneku dan langsung membuka pesan yang masuk. Dan tidak ada ajakan pesta atau pun pesan dari Hani, melainkan sebuah pesan spam penipuan pemenang undian.

Harga diriku di mana sebenarnya? Mengapa aku malah mengharapkan undangan dari Hani?

Aku merasakan bahwa diriku tenggelam, bahkan Yoongi tidak mau menolongku lagi. Memalukan. Bagaimana bisa aku berpikir bahwa Hani akan mengundangku, sementara ia membenciku setengah mati?

Aku menggelengkan kepalaku kuat lalu mulai melangkah menaiki tangga Bus. Lantas kupilih tempat kosong yang berada di sudut kiri Bus.

Sepanjang jalan aku hanya menatapi jalanan kota Seoul dari jendela Bus, lengkap dengan earphone di telingaku yang mulai memutar musik.

Kupejamkan mataku saat Bus kembali berhenti di sebuah halte untuk mengangkut beberapa penumpang lain.

Ketika Bus mulai berjalan kembali, Aku menoleh ke sebelah kiriku yang ternyata sudah ditempati oleh seorang gadis cantik. Anehnya, ia tengah menangis terisak.

Tak mau berurusan dengan siapa pun lagi, aku mencoba untuk mengabaikannya. Kutarik kalimatku tadi karena ia malah mencolek bahuku yang mau tak mau membuat aku menoleh ke arahnya sembari melepas sebelah earphone yang tengah kukenakan.

"Permisi, tolong pinjamkan aku sepuluh ribu won." Dengan tiba-tiba, Ia menyodorkan tangannya dengan raut muka memelas.

Aku hampir memekik tak percaya, aku bahkan tak mengenalnya. Kenapa ia malah memilihku?

Ia mengoceh menggunakan bahasa korea yang berantakan dan membuatku langsung tahu bahwa ia sepertinya orang Jepang. Tentu saja dari aksen yang ia gunakan, terlebih wajahnya.

Aku membuka tasku dan akhirnya memberikannya selembar uang pecahan sepuluh ribu won. Ia kemudian mengucapkan terimakasih dan memelukku erat. Anehnya, aku tidak marah ketika ia memelukku di saat aku tidak mengenalnya sama sekali.

Mungkin saat ini aku benar-benar membutuhkan sebuah pelukan, dan dapat kuketahui namanya adalah Lee Hara sebelum akhirnya aku memutuskan untuk turun dari Bus.

Bus berlalu pergi, tapi bisa kulihat Hara tengah tersenyum sembari melambai-lambai ke arahku, gadis aneh.

---

Karena haus, akhirnya aku turun ke bawah menuju dapur untuk mendapatkan segelas air dingin. Kudapati Ibu tengah mengajari adikku, Kim Hyejin.

Usai menghabiskan segelas air dingin, aku kembali naik ke lantai atas di mana kamarku berada.

"Kau sudah makan?" Ibu menegurku.

Aku menoleh sekilas. "Sepertinya sudah," ucapku asal lalu kemudian pergi.

Bisa kudengar helaan napasnya yang seolah sudah lelah menghadapiku. Tapi aku tidak mencoba untuk memikirkan maksud helaan napas tersebut, aku juga sudah cukup lelah dengannya.

Aku kemudian segera masuk ke kamarku dan merebahkan diri di atas kasur. Kurasakan handphoneku bergetar di atas nakas, lalu sedetik kemudian aku meraih benda tersebut.

Sebuah panggilan dari nomor yang tidak tersimpan di kontakku. Tanpa basa-basi aku menggeser layarnya ke kanan walaupun sedikit ragu, mengangkat panggilan tersebut.

Fall Apart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang