Hari ini Jimin menjemputku dan kami pergi ke sekolah bersama. Sepanjang jalan aku hanya memilih diam, ia melakukan hal-hal manis lagi seperti biasanya tapi entah kenapa aku malah memikirkan Taehyung ketika aku tengah bersama dengan Jimin.
"Kau baik-baik saja?" tanya Jimin sembari mengulurkan tangannya untuk menyentuh dahiku. Aku meraih tangannya dan menurunkannya, mengangguk dan tersenyum untuk meyakinkannya bahwa aku baik-baik saja.
Aku dan Jimin kali ini berjalan berdampingan menuju kelas, ia bilang ia takut apabila Taehyung tiba-tiba menyentuhku lagi.
Ketika aku dan Jimin menaiki tangga sembari tertawa karena lelucon yang ia berikan, Yoongi berada tepat di hadapanku. Aku dan Jimin menghentikan tawa kami, atensi kami sama-sama teralihkan seutuhnya pada Yoongi.
Lebam di wajahnya sudah hilang, tidak ada lagi plester menempel di wajahnya. Kupikir ia akan mengatakan satu atau dua kalimat namun ternyata tidak. Ia hanya menatap kami berdua datar lalu menyingkir dan kembali menuruni tangga dengan tenang.
Jimin meraih tanganku dan menggengamnya erat. "Ada apa?"
"Aku merasa tidak enak pada Yoongi."
Jimin mengendikkan bahunya dan menunjukkan sikap ketidaktarikannya pada topik pembicaraanku, sedangkan aku akhirnya mengalah dan melepaskan genggaman tangannya karena kami sudah sampai di kelas.
Seperti biasa, kelas langsung sunyi ketika Jimin memasuki kelas. Dan sepertinya murid di kelas sudah curiga tentang mengapa aku dan Jimin selalu masuk kelas pada saat yang sama atau hanya selisih beberapa menit. Tapi aku tidak peduli, mereka terlalu ikut campur urusan orang lain. Sangat memuakkan.
"Hara!" Aku melempar senyumku pada Hara dan buru-buru meletakkan tasku, ia membalas sapaanku seperti biasa.
Hara memang berubah, ia berubah sangat jauh dibandingkan saat aku bertemu dengannya. Ia menjadi sosok pendiam dan tidak banyak bicara. Entah kenapa semakin hari ia semakin jauh dan perilakunya semakin terlihat jelas bahwa ia tengah menjauhiku.
"Hari ini aku akan mampir ke rumahmu, ingat janjiku?" tanya Hara yang tengah melempar senyumnya padaku.
Aku mengangguk, "aku ingat! Ah, kita naik bus saja ya?"
"Tentu! Apa flat milikmu berada jauh dariㅡ"
Jimin memotong kalimat Hara. "Tidak bisa, hari ini aku dan Hyesun akan pergi ke suatu tempat."
Jimin sudah tiba di sampingku, ia merangkulku tanpa merasa bersalah sedikit pun sedangkan Hara tampak menunduk dan mengangguk mengerti.
"Jim, tapi Hara sudahㅡ"
"Tak ada penolakan." Jimin mengusap rambutku sekilas lalu kemudian beranjak keluar kelas. Aku melihat punggungnya yang menghilang dari balik pintu, Jimin memang tidak bisa membaca situasi. Aku jadi merasa tidak enak dengan Hara.
"Maaf, tapi besok mungkin kita bisa merencanakan hal ini lagi." Aku mendekat ke arah Hara, namun ia tiba-tiba berdiri hingga aku mengira bahwa ia marah padaku.
"Hara?"
"Aku ingin ke kamar mandi." Usai mengatakan hal itu, ia langsung pergi meninggalkan kelas. Aku yakin ia marah padaku jadi aku akhirnya memutuskan untuk menyusulnya.
Jam pertama telah dimulai namun aku sama sekali tidak peduli, aku memilih untuk menyusuri koridor yang sudah sepi dan kemudian masuk ke dalam kamar mandi wanita.
Kupastikan bahwa aku tidak salah masuk ruangan kali ini, mengingat bahwa waktu itu aku pasti sudah habis apabila Jimin tidak menolongku.
Jimin memang penyelamatku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall Apart
Fanfiction| TELAH DITERBITKAN | Keinginan Hyesun untuk hidup normal di sekolah harus ia telan bulat-bulat saat ketiga pemuda dengan masalah mereka masing-masing mulai masuk ke dalam kehidupannya dan mengacaukan alur hidupnya. Ia benar-benar terjebak bersama...