Rasanya sedikit aneh karena bangku di sebelahku kosong. Hara bilang ia tidak enak badan jadi aku meninggalkannya dan membiarkannya istirahat di rumahnya.
Aku masih merasa was-was ketika aku menyempatkan pulang untuk mengambil seragam sekolahku, rasanya seperti seseorang mengawasiku.
Yang paling membuatku merinding, aku sekarang tahu bahwa bila benar apa yang aku pikirkan tentang seseorang mengamatiku, maka itu adalah Kim Taehyung.
Kuhela napasku beratㅡseberat beban yang kurasakan saat ini, lalu kemudian menelungkupkan kepalaku ke atas meja.
Ia melakukannya lagi padaku.
Kepalaku terasa berdenyut-denyut ketika mengingat kalimat Hara yang ia katakan kemarin, hingga detik ini aku tidak mengetahui siapa lelaki sialan tersebut.
Setelah ia mengatakan hal tersebut berkali-kali tanpa berniat menjelaskannya, aku muak dan membiarkannya saja.
Malam itu Hara mandi dan akhirnya menjadi sedikit tenang walaupun ia tetap tidak mengatakan apapun perihal lelaki mana yang ia maksudkan. Aku juga tidak ingin memaksanya bercerita jika itu membuatnya merasa lebih terbebani, aku tidak ingin membebaninya.
Masalah membebani, aku berpikir akan menginap beberapa malam di rumahnya. Namun sepertinya aku harus berpikir dua kali untuk itu.
Uang simpananku sepertinya cukup untuk menyewa sebuah flat kecil, tapi apakah itu termasuk pemborosan? Aku punya rumahㅡmaksudku rumah yang tak aman lagi.
Aku bangun dan menatap ke sekitar, saat ini jam kosong karena guru tengah melaksanakan rapat dan mungkin kami tidak akan belajar seharian, tapi ini akan berakhir membosankan karena aku sendirian, maksudku Hara tidak masuk sekolah.
Mataku mengarah ke satu bangku kosong selain milik Haraㅡbangku Park Jimin. Ia tidak masuk, harusnya aku membiasakan diri dengan hal satu ini. Ia memang sekenanya, tiba-tiba datang dan pergi begitu saja, sama seperti ketika ia menarikku ke UKS untuk melihat Taehyung.
Sebuah benda dingin tiba-tiba menempel di pipi kiriku, aku meringis dan menoleh untuk melihat siapa pelakunya.
"Satu botol Yoghurt untuk hari ini."
Yoongi tersenyum, menarik kembali tangannya dan menaruh botol minuman tersebut di atas mejaku. Aku terdiam sejenak, melirik ke sekitar dengan perasaan khawatir Hyuna atau Hani yang menatapku dengan mata tajam mereka, tapi mungkin aku harus bersyukur karena aku tidak menemukan kedua sosok tersebut.
"Bila kau mencari Jimin, dia tidak masuk hari ini." Yoongi tiba-tiba sudah mengambil bangku milik Hara dan duduk di sampingku.
Apakah aku terlihat tengah menunggu kehadiran Jimin? Konyol sekali.
"Aku tidak mencarinya," ujarku pelan namun terkesan tegas karena aku tidak ingin Yoongi salah paham. Ia melihatku tanpa berkedip, membuat aku sedikit salah tingkah.
"Ah, terimakasih untuk minumannya." Aku meraih botol minuman tersebut untuk menghilangkan kegugupan konyolku, namun Yoongi tiba-tiba sudah lebih dulu merebutnya. Ia membuka tutup botol tersebut dengan cepat lalu kemudian memberikannya lagi padaku.
Mengapa ia seperti ini?
Ini malah membuat kegugupanku bertambah berkali-kali lipat. Aku mengucapkan terima kasih ke sekian kali padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall Apart
Fanfiction| TELAH DITERBITKAN | Keinginan Hyesun untuk hidup normal di sekolah harus ia telan bulat-bulat saat ketiga pemuda dengan masalah mereka masing-masing mulai masuk ke dalam kehidupannya dan mengacaukan alur hidupnya. Ia benar-benar terjebak bersama...