Ia menyeretku paksa, dan akhirnya aku berakhir menyedihkan di dalam mobilnya.
Setelah sebelumnya aku memberontak dan berniat masuk kembali ke dalam rumah Yoongi, tenaganya jauh lebih kuat untuk menyeretku masuk ke dalam mobil sialannya.
"Kau ini sebenarnya kenapa? Masuk ke rumah orang sembarangan benar-benar tidak sopan." Aku mencoba meredam emosiku.
Jimin hanya diam, menatap lurus ke depan tatkala ia mulai menghidupan mobilnya dan melajukannya dengan kecepatan penuh.
"Kenapa kau tadi menghentikanku?"
Ia menghela napas gusar. "Ada kalanya kau lebih baik tidak tahu dibanding tahu kebenarannya."
Jawaban yang benar-benar aku benci, hanya menambah rasa keingintahuanku tentang Yoongi.
Aku memilih diam, menatap beberapa mobil di sekitar yang berhenti sejenak karena lampu merah dan kemudian menyandarkan kepalaku ke jendela mobil sebelum akhirnya sadar akan satu hal.
"Kau mau membawaku ke mana?!" tanyaku panik, namun Jimin hanya terkekeh ketika melihat responku yang sepertinya sangat terlambat karena saat ini kami bahkan sudah lumayan jauh dari tempat tinggal Yoongi.
"Ke mana lagi? Tentu saja apartemenku." Ia sempat mengulas senyumnya sebelum pada akhirnya benar-benar kembali terfokus ke jalanan dan melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh tatkala lampu kembali berubah menjadi hijau.
---
"Mengapa kau tidak memberitahuku bila membutuhkan tempat tinggal sementara?" Jimin menatapku penuh selidik.
Saat ini kami berada di apartemennya, duduk di ruang tengah dan kurasa ini bukanlah mengobrol dengan baik-baik melainkan seperti aku yang tengah ia interogasi karena melakukan sesuatu yang buruk.
"Tepat setelah kau pulang, Taehyung tiba-tiba muncul dan semuanya terjadi begitu cepat," jujurku tanpa ragu.
Ia mengernyit, "maksudmu kau membukakan pintu rumahmu lebar-lebar dan membiarkan si brengsek itu masuk?"
Oh, ayolah aku tidak tengah bercanda saat ini, tapi sepertinya aku memang akan melakukan hal tersebut sebelum tahu kebenaran mengerikan tentang Kim Taehyung.
"Tidak, ia sudah berada di dalam rumahku sebelum kita datang."
"Maksudmu dia masuk secara diam-diam ke dalam rumahmu? Baiklah, itu masuk akal bagi seorang Kim Taehyung yang benar-benar terobsesi padamu." Jimin mengendikkan bahunya dan bersandar di sofa dengan kedua matanya yang terpejam.
Aku berdehem, "maaf karena sempat tidak mempercayai perkataanmu."
Jimin terkekeh masih dengan mata terpejamnya, "aku sudah punya buktinya sekarang."
Aku mengernyit heran, Jimin membuka matanya dan langsung berdiri meraih remot TV di atas meja dan duduk di sampingku. Ia mematikan lampu ruangan, aku bahkan sempat berpikir bahwa kami mungkin akan menonton sebuah film.
"Kau sudah siap?" Ia berbisik tepat di telingaku, hal ini sukses membuat aku merinding di tengah-tengah kegelapan yang menyelimuti kami.
Aku mengangguk dengan bodoh tanpa mengingat bahwa Jimin tidak bisa melihatku di kegelapan seperti ini, namun sepertinya Jimin tidak butuh jawaban dariku karena ia menghidupkan TV miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall Apart
Fanfic| TELAH DITERBITKAN | Keinginan Hyesun untuk hidup normal di sekolah harus ia telan bulat-bulat saat ketiga pemuda dengan masalah mereka masing-masing mulai masuk ke dalam kehidupannya dan mengacaukan alur hidupnya. Ia benar-benar terjebak bersama...