Aku tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Jimin dua hari yang lalu di UKS.
Yang aku tahu hanyalah fakta bahwa aku benar-benar membencinya, ia menyebalkan. Ia lebih buruk dari seorang Kim Taehyung yang terus menggangguku.
TidakㅡTidak.
Aku tarik kembali kalimatku.Mereka berdua sama saja, sama-sama brengsek dan memperlakukanku seenaknya. Memangnya mereka pikir mereka berdua itu siapa?
"Hyesun-ah, gwaenchana?"
Hara tiba-tiba menyentuh punggung tanganku, membuatku tersadar kembali pada realita di mana aku saat ini berada di kantin dan tengah menikmati makan siang dengan Hara.
Aku tersenyum canggung, lalu setelah mendapat respon dariku, Hara kembali menyuap nasinya, sedangkan aku hanya menatap ke arah makan siangku yang belum kusentuh sama sekali.
Aku tidak memiliki nafsu makan sama sekali untuk saat ini. Tapi aku harus makan beberapa suap karena aku tidak ingin berakhir seperti dua hari yang lalu.
Berakhir di UKS dan kemudian bertemu dengan brengsek sialanㅡmaksudku Park Jimin.
Beruntung Taehyung mengantarkanku pulang. Walaupun sesudah mengantarku, hubungan kami menjadi tidak jelas.
Ia tidak mencoba untuk menghubungiku sama sekali sejak dua hari yang lalu. Sejak Jimin mengatakan hal gila tentang perebutan mainannya.
Baru saja aku memikirkan hal kecil tentang Jimin, ia tiba-tiba muncul di depanku secara nyata. Aku hampir saja jantungan ketika ia duduk di depanku, dengan nampan makan siangnya.
Hara meremas rokku diam-diam, aku meliriknya sekilas. Secara terang-terangan ia menatapi wajah Jimin dengan mata berbinar-binar.
Aku tidak tahu, tapi sepertinya Hara menyukai sosok Jimin atau mungkin dia mengagumi sosok brengsek seorang Jimin.
Tapi hal yang patut kupertanyakan adalah mengapa ia duduk tepat di depanku, mengapa ia tidak duduk di depan Hara ataupun bangku kosong lainnya? Lain dengan tatapan Hara yang berbinar-binar, mataku malah menatapnya kesal secara terang-terangan.
"Sedang apa kau di sini?" Usai menanyakan hal tersebut aku berusaha tenang ketika ia membalasku dengan tatapan sinisnya.
"Apa kau buta?" Ia balik bertanya sembari terkekeh seolah aku adalah lelucon baginya, aku akhirnya menggeser nampan makan siangku seolah menyatakan aku tidak ingin makan lagi karena muak melihat wajah Jimin.
Aku berdiri, diikuti Hara yang ikut berdiri di sampingku. Ia menatapku heran. Lantas kuarahkan kakiku berjalan melalui Jimin, dan bisa kudengar suara hempasan seseorang yang terduduk dengan begitu keras di bangku.
Hara.
Aku cepat-cepat membalikkan badanku untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi, dan sungguh memuakkan. Hara sudah terduduk di samping Jimin tanpa jarak sedikit pun, dengan Jimin yang merangkulnya begitu mesra.
Kulihat tangan Hara yang mengepal terletak manis di kedua pahanya. Bisa kutebak ia ditarik oleh Jimin secara paksa dalam hitungan detik untuk menemani si brengsek itu makan siang.
Aku beralih mendekati mereka dan mendapat pandangan kecaman dari puluhan murid yang melihatku. Mataku diam-diam menangkap sosok Hani dan Hyuna yang tengah menatapku dengan senyum sinis.
Mereka mengharapkan aku dilempar Jimin dari jendela, mungkin.
Kakiku berhenti melangkah ketika melihat ke arah jemari Hara. Ia mengisyaratkan tanda 'OK' dengan jempol dan jari telunjuknya. Aku mati-matian menahan emosiku, dan menarik napas panjang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fall Apart
Fanfiction| TELAH DITERBITKAN | Keinginan Hyesun untuk hidup normal di sekolah harus ia telan bulat-bulat saat ketiga pemuda dengan masalah mereka masing-masing mulai masuk ke dalam kehidupannya dan mengacaukan alur hidupnya. Ia benar-benar terjebak bersama...