Taehyung hanya terobsesi padamu.
Kalimat itu seolah-olah tidak bisa lepas dari benakku setelah Jimin mengatakan hal itu beberapa saat yang lalu.
Kami diselimuti keheningan ketika aku memilih berdiam diri sedangkan Jimin sendiri menyandarkan tubuhnya dan memejamkan mata, ia bernapas dengan teratur.
Aku bingung harus mengatakan apa tentang hal ini. Jimin sama sekali tidak terlihat mengatakan kebohongan, namun ia juga bukanlah orang yang bisa aku percaya.
"Aku tahu apa yang kau pikirkan." Jimin berdesis pelan, bahkan hampir terdengar seperti bisikan.
Aku berdehem pelan, "kau tahu bahwa aku tidak bisa mempercayaimu, Jim."
Ia memukul stirnya pelan, menatapku dengan sedikit kilatan marah di iris matanya.
"Terserahlah, kau akan kuberikan buktinya suatu saat nanti." Ia mengatakan kalimat itu dengan yakin, lalu kemudian merubah tatapannya menjadi sendu dalam hitungan detik.
Jimin memang penuh kejutan. Entah sudah berapa kali aku memikirkan hal itu, maksudku, Jimin memang tidak pernah bisa ditebak.
"Di mana rumahmu? Akan kuantar."
Kalimat tersebut sukses membuatku membulatkan mata dengan sempurna.
"Tidak, terima kasih. Aku akan pulang sendiri, dan aku akan kembali ke rumah Hara," jawabku ragu.
"Sudah kubilang, jauhi dia." Jimin kembali berdesis geram padaku dan ini jelas membuatku takut.
Dalam hitungan detik, aku mencoba membaca situasi. Benar, saat ini aku berada di dalam mobil di parkiran yang sepi berdua saja dengan Jimin yang bahkan bisa membunuhku kapan saja dan membuang mayatku di sungai Han. Aku bergidik ngeri membayangkan hal tersebut, saat ini aku menyadari bahwa aku tidak boleh bersikap semena-mena.
"Cepat beritahu aku alamat rumahmu," tukas Jimin tidak sabaran, dan aku akhirnya mengatakannya dengan satu tarikan napas.
Tanpa mengatakan apapun lagi, ia akhirnya melajukan mobilnya, sedangkan aku mengalihkan perhatianku pada jalanan. Aku yakin bahwa saat ini sangat dingin di luar sana, melihat banyak di antara pejalan kaki yang menggosok-gosokkan tangannya mencari kehangatan.
Angin juga sesekali berembus, sedangkan aku dan Jimin sama sekali tidak merasakan efek cuaca di luar. Tentu saja karena kami berada di dalam mobil yang dilajukan Jimin dengan kecepatan sedang. Ini pertama kalinya aku diantar seorang pria selain Taehyung yang juga pertama kali mengantarku beberapa waktu lalu.
Entah mengapa aku merasa sedikit bersalah tentangnya. Tunggu dulu. itu tidak benar. Ia bahkan melakukannya dengan Hara. Tidak ada alasan untukku merasa bersalah padanya karena ia sangat brengsek. Aku beruntung karena Jimin tidak terlambat memberitahuku soal kenyataan ini, dan kenyataan kedua.
Taehyung hanya terobsesi padamu.
Aku merasakan bulu kudukku meremang hanya karena memikirkan makna dari kalimat tersebut, tapi aku tahu bahwa ini tidaklah benar, bukan?
Taehyung yang selalu memperlakukanku dengan hangat, tidak mencoba memperlakukanku kasar, melindungiku, memelukku, mengusap surai rambutku, melepas kacamataku dengan lembut.
Mengingat betapa ia memperlakukanku dengan baik, aku jadi tidak percaya dengan perkataan Jimin.
Aku akhirnya kembali ke kenyataan di mana saat ini aku duduk dengan kaku di sebelah Jimin yang fokus menyetir. Walau ragu-ragu, aku akhirnya berani mengeluarkan suara.
"Kau bilang kau dekat dengan Taehyung, bukan?" tanyaku.
Ia menoleh sekilas menatapku, lalu menjawab pertanyaanku dengan santai. "Ya, tentu."
![](https://img.wattpad.com/cover/127792436-288-k959720.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall Apart
Fiksi Penggemar| TELAH DITERBITKAN | Keinginan Hyesun untuk hidup normal di sekolah harus ia telan bulat-bulat saat ketiga pemuda dengan masalah mereka masing-masing mulai masuk ke dalam kehidupannya dan mengacaukan alur hidupnya. Ia benar-benar terjebak bersama...