[Side Story]

6.8K 1.3K 668
                                    

Aku berdehem beberapa kali, mencoba untuk menjaga suaraku agar tidak serak.

Kutarik napasku dalam-dalam sebelum akhirnya melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam sebuah ruangan yang sudah berisi dua orang pemuda di dalamnya.

Aku termenung sejenak di ambang pintu, menatapi satu persatu wajah kedua pemuda yang sudah duduk manis di tengah ruangan dengan meja persegi panjang sebagai pembatas di antara mereka.

"Jadi, kau orangnya?" Salah satu dari mereka menatapku dengan alis yang terangkat sebelah, aku menelan salivaku berat.

"Tunggu, bukankah aku harusnya hanya mewawancarai salah satu dari kalian? Ini tidak seperti yang direncanakan." Aku meremas naskah yang berada di genggamanku, kedua pemuda di hadapanku menatapku datar sebelum akhirnya aku kembali menarik napas panjang dan duduk di hadapan pemuda berambut oranyeㅡJimin.

Benar, saat ini aku terjebak di ruangan berukuran sedang dengan dua dari tiga tokoh utama Fall apart. Terdengar aneh, tapi begitulah kenyataannya.

"Mengapa duduk di sana? Duduklah di sampingku." Jimin menatapku tidak suka, aku menoleh ke sebelah kananku dan mendapati Taehyung tengah menatap Jimin tajam.

Tolong hentikan tatap-menatap itu,
ini bukan isi cerita.

"Hey, nona penulis. Kau tuli atau apa? Mau kucungkil mata empatmu itu?" Jimin kembali berulah, sialan.

Aku membenarkan posisi kacamataku dengan raut wajah kesal, lalu dengan buru-buru, aku membereskan naskahku dan hendak berpindah tempat ke samping Jimin.

Namun secara tiba-tiba Taehyung menarik tanganku, membuat aku kembali terduduk di sampingnya, aku melongo menatapnya tak percaya sebelum ia akhirnya berujar, "penulis bahkan tahu mana yang jahat dan yang mana yang baik, tetaplah di sini."

Wow, apa aku tengah diperebutkan?

Jimin tertawa menanggapi kalimat sarkas Taehyung, ia kemudian beranjak dari tempatnya dan menghampiriku. Tanpa basa-basi, ia menarik lenganku dan menyeretku paksa untuk duduk di sampingnya.

"Tahu diri, bodoh. Mainanmu bisa menjadi milikku kapan pun aku mau."

"Oke, tutup mulutmu, Park Jimin. Aku bukanlah Hyesun, jadi berhenti bersandiwara atau kalian akan kumusnahkan di chapter selanjutnya." Kalimatku sukses membuat mereka berdua bungkam dan kembali tenang.

Aku mengulas senyumku diam-diam dan membuka naskahku, membaca beberapa pertanyaan dari penggemar yang sudah kupilih dan akhirnya kembali menarik nafas.

Belum sempat aku melontarkan satu kalimat pembuka untuk pemuda di depan dan di sampingku, pintu ruangan tiba-tiba terbuka lebar. Yoongi berdiri di sana dengan rokok di celah jemarinya dan sebuah bungkusan di tangan kirinya, aku buru-buru meletakkan naskahku dan menghampiri Yoongi dengan tatapan datar, sebelum akhirnya menyeretnya ke salah satu kotak sampah terdekat.

"Buang," titahku.

"Apanya?" tanyanya sembari menghisap dalam-dalam rokoknya dan menghembuskan asapnya, aku melangkah maju dan berniat mengambil puntung rokok di tangannya sebelum ia akhirnya mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

"Baik, baik. Satu hisapan terakhir dan aku akan membuangnya."

Aku menunggu dengan tidak sabaran saat ia kembali menyesap rokok tersebut, dan kemudian ia membuangnya di kotak sampah, sesuai dengan apa yang aku mau. Kemudian kami berjalan beriringan sepanjang koridor, aku menatapi bungkusan yang tengah ia bawa dengan tatapan heran.

Fall Apart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang