Hari ini seluruh murid dipulangkan lebih awal.
Tentu saja ini semua karena kasus Taehyung dan Hara yang bahkan sudah beredar hingga tetangga sebelah, aku yakin bila reputasi sekolah ini akan tamat sebentar lagi.
Aku tahu bahwa Taehyung sering bermain dengan banyak siswi, namun mengapa harus Hara yang ia hamili? Apakah ia benar-benar mencintai Hara? Ah, tentu saja. Hara cantik, ia baik dan ia bisa membuat Taehyung terus-menerus menjaganya seolah ia berharga bagi Taehyung.
"Kau tidak ingin pulang?" Jimin membuyarkan lamunanku, aku segera mendongak dan mendapati Jimin yang berdiri di sampingku.
"Ah, boleh aku tetap seperti ini sebentar saja?" Aku menghela napas, Jimin kemudian duduk di bangku yang berada di hadapanku, ia menghadap ke belakang, tepat ke arahku yang memandangnya bingung.
"Aku sudah membuat Taehyung mendapatkan balasan setimpal, mengapa kau masih terlihat sedih?"
Aku tersenyum canggung. "Apa aku terlihat sedih?"
Jimin mengangguk, raut wajahku berubah saat ia meraih kedua tanganku dan menggenggamnya erat. Mata kami terkunci untuk beberapa saat sebelum ia akhirnya memejamkan matanya dan mengecup kedua punggung tanganku secara bergantian.
"Berhenti memikirkan Taehyung ketika aku berada di hadapanmu." Ia berdesis, nyaris seperti berbisik. Aku menarik kedua tanganku dengan canggung, kemudian membenarkan posisi kacamataku.
Untung saja saat ini seluruh murid telah pulang, Jimin kadang melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang.
"Kepanganmu berantakan, boleh aku memegang rambutmu?"
Aku mengangguk ragu, Jimin segera beranjak dari bangkunya dan berdiri di belakang bangkuku. Rasanya sedikit aneh saat ia mulai melepaskan kepanganku dan membiarkannya terurai, kupikir ia akan mengepang ulang rambutku, namun ternyata tidak.
Jimin menguncir rambutku, aku tertegun sejenak, emosiku kembali memuncak saat mengingat bahwa Taehyung pernah melakukan hal yang sama padaku saat di UKS, ia bahkan mengatakan dua kata yang membuat aku bersemu merah kala itu.
"Kau cantik."
Benar, itu adalah apa yang Taehyung katakan dengan senyum kotak yang terulas di wajahnya. Aku masih ingat saat ia mendaratkan satu kecupan di pipiku setelah memujiku bahwa aku terlihat cantik dengan hasil kuncirannya yang bahkan terlihat sangat kacau.
"Hyesun?"
Aku mengedipkan mataku, wajah Jimin berada di hadapanku. Ah benar, saat ini aku berada di kelas bersama Jimin. Rasanya seakan-akan aku kembali terhempas pada kenyataan di mana aku dan Taehyung tidak lagi saling mengenal, Jimin menggantikan posisi Taehyung dan aku harus membiasakan diri dengan hal ini.
"Kau terus-terusan melamun." Tersirat kesedihan di suara Jimin saat mengatakan hal itu, sedetik saja aku kembali dipenuhi rasa bersalah.
"Aku ingin ke kamar mandi." Aku beranjak dari bangkuku dengan ragu, Jimin mengangguk mengerti.
"Aku akan menunggu di sini!"
Tidak, aku tidak benar-benar ingin ke kamar mandi. Aku hanya butuh waktu sendiri, tas yang kutinggalkan di kelas hanya untuk memastikan pada Jimin bahwa aku tidak akan kabur meninggalkannya.
Aku seharusnya tidak melamun saat berjalan, kakiku melangkah mengikuti kata hatiku. Beberapa meter lagi, aku benar-benar tiba di depan ruang kepala sekolah. Ini tidak benar, mengapa aku terlalu peduli dengan mereka berdua? Urusan mereka bukan urusanku.
Namun sayangnya kakiku tetap nekat melangkah maju, koridor tampak sangat sepi. Para guru juga dipulangkan, kepala sekolah memanggil Taehyung dan Hara ke ruangannya, keputusan ada di kepala sekolah. Dan detik ketika kakiku hendak kembali melangkah maju, kedua sosok yang baru saja keluar dari ruangan kepala sekolah membuat aku terpaku di tempatku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall Apart
Fanfiction| TELAH DITERBITKAN | Keinginan Hyesun untuk hidup normal di sekolah harus ia telan bulat-bulat saat ketiga pemuda dengan masalah mereka masing-masing mulai masuk ke dalam kehidupannya dan mengacaukan alur hidupnya. Ia benar-benar terjebak bersama...