68ㅡLetter

8K 1.3K 667
                                        

Pada akhirnya, ia berakhir di sini. Di ruangan serba putih dengan aromanya yang khas.

Hyesun terbangun dengan kondisi tubuh yang benar-benar lemas, ia belum mengatakan sepatah kata pun sejak ia bangun dari pingsannya tadi siang.

"Kau sudah merasa baikan?" Nyonya Jang tampak duduk di pinggir ranjang, sedang Hyesun tak menjawab. Ia lebih memilih untuk tetap diam dan menatap kosong ke arah jendela yang tertutup gorden.

Tangan Nyonya Jang meraih milik Hyesun, lalu kemudian meremasnya lembut. Dengan suara yang nyaris tidak terdengar, ia berdesis, "tenanglah, semuanya akan baik-baik saja."

Semuanya akan baik-baik saja. Hyesun ingat betapa seringnya ia mengatakan itu pada dirinya sendiri. Dan nyatanya, semua kalimat tersebut tidak berguna. Hanya sebuah euphoria.

Dokter bilang bahwa dirinya mengalami trauma berat, namun Hyesun tahu bahwa dirinya lebih dari sekedar trauma. Hanya dirinyalah yang tahu bahwa ada badai di dalam pikirannya yang tak kunjung berhenti, rasanya benar-benar lelah.

Belum lagi perihal berita tentang dirinya yang sudah disebar di mana-mana, ia dinyatakan sebagai korban yang selamat dari Taehyung yang berniat membunuhnya usai membunuh Jimin. Sinting, siapa yang menulis semua hal dusta tersebut? Jelas bahwa Taehyung menyelamatkan dirinya di sana, dan mengapa tidak ada seorang pun yang membela Taehyung?

"Mengapa Ibu melakukannya?" Hyesun berdesis tiba-tiba, jelas saja Nyonya Jang terkejut karena tidak menyangka bahwa pertanyaan itulah yang dilontarkan pertama kali oleh Hyesun. "Susu-susu itu, mengapa Ibu tidak langsung memberikannya padaku?" tanya Hyesun.

Belum sempat Nyonya Jang menjawab sepatah kata pun, Hyesun sudah lebih dulu menyambar kembali, "ah, pasti sulit ya? Berada di bawah tekanan seseorang seperti Jimin pasti sangat sulit, aku mengerti."

"Hyesun," panggil Nyonya Jang lembut, membuat Hyesun akhirnya menoleh dan menatap manik mata Ibunya lekat-lekat. "Maaf, maaf karena telah gagal menjadi seorang Ibu."

Air mata mengalir di pipi mereka masing-masing, Hyesun mengusap pipinya yang basah. "Jangan bercanda, kau adalah Ibu terbaik bagiku. Untuk selamanya, sungguh."

"Aku ada keberanian karena pemuda itu, pemuda yang bercerita bahwa kau adalah segala-galanya baginya," ucap Nyonya Jang.

Hyesun tertegun, "Taehyung?"

Tangisnya mereda, namun sesak menyerang dadanya saat ia kembali terhempas pada memorinya bersama Taehyung. Nyonya Jang mungkin tahu bahwa Hyesun belum mau membahas tentang Taehyung, namun ia harus menyampaikan pesan dari pemuda tersebut.

Nyonya Jang mengambil sebuah kotak hitam dari paper bag yang ia letakkan di lantai. Walau ragu, ia akhirnya menyodorkan sebuah kotak tersebut pada Hyesun yang tampak bingung.

Tanpa sepatah kata pun, Hyesun menerimanya. Ia membuka kotak tersebut dengan perasaan yang bercampur menjadi satu, dan pada akhirnya berakhir dengan matanya yang kembali memanas. Bagaimana tidak, ia mendapatkan handphone lamanya serta sebuah kotak kecil bewarna hitam di dalamnya.

Hyesun berdesis, "jangan bilang bahwa iniㅡ"

"Ia mendatangiku waktu itu, ia bilang bahwa ia merasa malu pada dirinya sendiri. Karena itu, Taehyung memintaku untuk memberikannya padamu," potong Nyonya Jang.

Fall Apart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang